Review Immortals of Aveum: Peluru Berganti Sihir!
Sayangnya..

Sayangnya, terlepas dari gimmick kuat yang mengikuti Immortals of Aveum berkat dunia berbasis sihir dan elemen RPG yang cukup kental diimplementasika di dalamnya, ia berujung jadi game FPS yang tidak bisa kami nikmati secara maksimal. Ada dua alasan yang menyebabkan hal ini terjadi tentu saja: ekspektasi dan desain.
Ekspektasi? Karena jelas ia berujung melenceng. Dari beragam presentasi dan trailer yang mereka lepas menuju rilis finalnya, selalu ada kesan bahwa immortals of Aveum akan berujung menjadi “DOOM dengan serangan sihir” yang tentu saja mengindikasikan sebuah game FPS super cepat, ketat, punya tingkat kesulitan tinggi, dengan musik pemicu adrenalin yang siap membahana. Namun begitu mencicipinya? Cita rasa FPS yang ia usung justru lebih dekat dengan game-game yang hendak menjual narasi seperti Call of Duty misalnya.
Oleh karena itu, alih-alih terus bergerak cepat dari satu pertempuran ke pertempuran lainnya, Immortals of Aveum mengisi dirinya dengan beragam skenario dan scene yang diracik sedemikian rupa hanya untuk mendorong cerita yang ada. Ini berarti scene-scene dimana Anda berjalan lambat di belakang NPC untuk mendengar eksposisi cerita mereka soal yang terjadi, scene dimana Anda berjalan masuk kembali ke hub utama hanya untuk bergerak ke ruangan lain demi memicu cut-scene baru yang mendorong cerita lebih jauh, atau sekadar menikmati percakapan panjang penuh guyonan antar karakter di beberapa titik. Jak bukanlah Doom Guy yang datang dengan tiga misi utama: BUNUH, BUNUH, BUNUH!

Sementara dari sisi desain, sensasi tak maksimalnya sebagai sebuah game FPS datang dari dua hal yang kami anggap sebagai masalah: penyertaan puzzle sebagai bagian dari cerita utama dan juga minimnya varian musuh yang Anda hadapi.
Penyertaan puzzle di dalam sebuah game action, termasuk game FPS sekalipun, bukanlah sesuatu yang baru. Ia menawarkan ekstra tantangan di luar sekadar aksi tembak yang mungkin bagi beberapa gamer, mudah terasa monoton. Sayangnya, kami merasa bahwa implementasinya di Immortals of Aveum justru mencabut pacing gameplay yang seharusnya menjadi kunci dan berujung membuatnya terasa berantakan. Bayangkan ketika adrenalin Anda yang memuncak karena baru menyelesaikan area pertarungan cukup seru tiba-tiba disuruh berpikir di area selanjutnya, untuk mencari solusi kira-kira apa yang harus dilakukan untuk membuka pintu besar yang terus “memandang” Anda. Absennya clue soal apa yang harus dilakukan juga berujung membuat Anda harus menerka-nerka soal apa yang butuh Anda lakukan, yang di beberapa situasi harus diakui, tidak cukup jelas.


Ketidakpuasannya sebagai game FPS tersebut juga datang dari fakta bahwa varian musuh yang Anda hadapi dari awal hingga akhir permainan bisa dibilang terbatas. Selain seekor naga super menarik yang menjadi satu-satunya pertempuran boss yang kami ingat jelas, Anda akan bertemu dengan varian musuh yang itu-itu saja dengan solusi yang selalu nyaris serupa. Lebih buruknya lagi? Terlepas dari kombinasi-kombinasi musuh yang berusaha mereka dorong, ia tetap terasa menawarkan tantangan yang repetitif untuk diselesaikan. Akan ada pemanah jauh di belakang, beberapa musuh melee, satu atau dua musuh melee agak besar, yang ketika selesai akan ditutup dengan satu atau dua mini-boss bersaman. Immortals of Aveum benar-benar butuh lebih banyak varian musuh yang darinya, bisa melahirkan kombinasi tantangan yang akan menuntut Anda untuk lebih aktif mencari solusi alternatif dengan skill dan senjata yang Anda miliki.
Dengan semua kombinasi ini, bahwa alih-alih terus beraksi dari satu area ke area selanjutnya, pengalaman FPS Anda selalu terasa “tertahan” karena sesuatu. Bahwa Anda harus kembali ke hub dan bergerak ke satu ruangan dulu sebelum memicu cut-scene, bahwa Anda harus menyelesaikan puzzle tanpa clue dulu sebelum melanjutkan perjalanan, bahwa Anda akan menemukan area baru dengan peti yang ternyata hanya berisikan resource kecil walaupun sudah melakukan detour, ataupun terdistraksi dengan puzzle-puzzle yang belum bisa Anda selesaikan karena absennya kekuatan atau kunci yang dibutuhkan karena konsep Metroidvania itu sendiri. Sejujurnya, kami berharap ia lebih terasa seperti DOOM yang datang tanpa basa-basi, lugas, dan berfokus pada aksi.
Kesimpulan

Datang dengan gimmick dan ide yang menarik, Immortals of Aveum hadir sebagai sebuah game FPS yang solid namun harus diakui, berujung gagal memesona. Ada rasa apresiasi yang kuat pada world-building yang ia usung, dimana Anda jelas mengerti dan memahami bahwa ada sejarah panjang yang menyertai Aveum sebelum Anda bergerak menggunakan Jak untuk menikmati apa yang ia tawarkan. Namun di sisi lain, sayangnya konsep tersebut tidak dieksplorasi lebih jauh. Ia tidak banyak memberikan detail soal budaya atau jenis kehidupan beragam kerajaan yang ada, hingga membuat Anda tidak banyak peduli soal konflik yang ia usung. Ia juga mau tidak mau mempengaruhi keterikatan Anda pada si karakter utama – Jak yang juga terasa dangkal.
Walaupun demikian, Immortals of Aveum bukanlah game FPS yang buruk. Anda masih akan menemukan banyak momen dimana akurasi mata-tangan Anda dituntut untuk sedemikian efektifnya, di tengah skenario pertempuran yang berhasil dicarik epik. Sayangnya, momen-momen ini berujung jarang.
Pada akhirnya, kelemahan Immortals of Aveum justru datang dari identitasnya sebagai game FPS. Di luar implementasi RPG yang membuatnya terasa unik dan berbeda, lengkap dengan sistem crafting dan upgrade, ada begitu banyak desain yang membuat cita rasa FPS-nya justru menjadi bagian yang paling lemah. Kita bicara soal varian musuh yang terlalu sedikit, kehadiran puzzle di tengah progress cerita yang terasa mencabut pacing pertarungan yang ada, hingga aksi jalan ke satu area untuk sekadar memicu cut-scene yang menurut kami tidak dibutuhkan. Sulit untuk tidak mengaku bahwa ada harapan besar bahwa game ini lebih mengadopsi konsep ala DOOM alih-alih FPS berbasis narasi pada umumnya.
Immortals of Aveum tetap menempatkan dirinya sebagai game FPS yang menarik untuk dijajal, terutama Anda yang tengah bosan dengan pendekatan militeristik di begitu banyak judul yang ada. Tentu saja, tidak ada kebutuhan mendesak untuk mencicipinya secepat mungkin, dimana menunggu masa diskon sepertinya jadi pilihan yang lebih rasional. Pada akhirnya, ini hanya soal peluru yang berganti menjadi sihir.
Kelebihan

Aveum – sang dunia terlihat dan terasa menarik
Tingkat kesulitan menantang
Pertarungan boss rahasia akan menguji kemampuan Anda
Desain beberapa level yang memukau mata
Elemen RPG lumayan solid
Kekurangan

Varian musuh terlalu sedikit
Puzzle di tengah progress cerita terasa mengacaukan pacing yang ada
Musik kurang memorable dan gagal memacu adrenalin
Barisan karakter yang dangkal dan tidak menarik
Cerita tidak menarik
Kurang mengeksplorasi detail soal keunikan masing-masing kerajaan dan wilayah
Cocok untuk gamer: pencinta FPS dengan gimmick unik, butuh game FPS dengan narasi
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan FPS secepat dan seketat DOOM, yang ingin karakter yang kompleks dan dalam