Review Immortals of Aveum: Peluru Berganti Sihir!
Dunia Sihir yang Menarik

Membangun sebuah cerita fantasi tentu saja tidak bisa sekadar dibangun dengan asal. Setidaknya dunia fantasi yang diusung harus berpijak pada pondasi yang kuat,baik dari sekadar sejarah, lore, atau bagaimana mekanismenya sendiri bekerja. Walaupun tidak memberikan banyak kesempatan untuk mengeksplorasi keseluruhan dunia yang ia tawarkan, Ascendant Studios setidaknya berhasil melakukan tugas yang baik untuk membuat sang dunia – Aveum tampil sebagai dunia yang menarik di Immortals of Aveum ini. Hanya dari sekadar percakapan atau dari desain dunia-nya sendiri, Anda memahami bahwa ada sejarah yang panjang terkait dunia yang satu ini. Ia tidak terasa seperti sebuah dunia fantasi yang dibangun dalam waktu semalaman saja.
Namun sayangnya, kesempatan untuk mengeksplorasi Aveum ini secara keseluruhan memang tidak disediakan oleh Ascendant Studios. Terlepas dari betapa kaya dan menariknya sang dunia, Immortals of Aveum tetaplah sebuah game FPS linear dimana pergerakan karakter Anda ke stage selanjutnya akan ditentukan oleh kemana sang cerita bergerak. Yang diberikan kesempatan oleh Ascendant hanyalah kesempatan untuk mengunjungi kembali area yang sudah sempat Anda singgahi mengingat konsep metroidvania yang juga ia usung, sesuatu yang akan kita bicarakan di sesi selanjutnya. Agak sedikit disayangkan juga game ini tidak memberikan banyak ruang bagi Anda untuk mempelajari dan mengenal kedua kerajaan – Lucium dan Rasharn dari perspektif lebih dalam.


Alhasil? Alih-alih diberikan kesempatan untuk mempelajari dan menyelami bagaimana tatanan sosial Lucium dan Rasharn bekerja dan bagaimana keduanya berbeda ketika menghadapi sebuah situasi misalnya, Immortals of Aveum terlalu berfokus pada konflik Everwar keduanya tanpa mengeksplorasi potensi ini. Hasilnya? Anda terus disuguhi informasi soal unit-unit perang yang di satu titik antara kedua negara ini tak terasa berbeda. Masalah bentuk kerajaan, kebijakan, atau hal seperti perbedaan arsitektur misalnya hanya dijadikan dialog sembari lalu tanpa diberi penekanan. Sebagai contoh? Anda akan diberi informasi soal bagaimana Lucium dipimpin raja, namun tak pernah diperlihatkan siapa sebenarnya sosok sang raja. Padahal sekali lagi seperti yang kami bicarakan di atas, Aveum adalah dunia yang menarik.
Mengingat tidak ada pondasi untuk memahami dan mengerti budaya masing-masing kubu, maka sulit pula untuk membangun rasa ketertarikan pada karakter-karakter yang ditawarkan game ini, bahkan sang protagonis utama – Jak sekalipun. Tanpa latar belakang kuat, Jak berujung menjadi protagonis super standar yang ikut membela Lucium karena motivasi dangkal. Semua karakter NPC yang Anda temui juga berujung sama standar dan tak menariknya, karena interaksi yang biasanya berujung sekadar mendorong cerita. Sementara dari sisi musuh? Kembali karena tidak ada pengenalan soal kultur yang kuat, Anda juga tidak pernah diberi pemahaman mengapa prajurit Rasharn misalnya berpakaian spesifik seperti yang Anda temui, mengapa beberapa di antara mereka terlihat seperti monster, atau bagaimana cara militer mereka bekerja.


Lebih buruknya lagi? Sisi presentasi ini juga tidak didukung dengan sisi audio yang baik. Kita tentu saja tidak bicara soal VA untuk banyak karakter yang menurut kami pantas untuk diacungi jempol, tetapi lebih ke fakta bahwa tidak ada satupun OST yang benar-benar berujung memorable, dari start screen, eksplorasi, bahkan hingga saat Anda bertarung sekalipun. Sebagai gamer yang sudah dimanjakan dengan efektifnya musik metal di DOOM dan DOOM Eternal untuk membangun adrenalin, fakta bahwa hal serupa tak ditawarkan oleh Immortals of Aveum tentu saja berujung mengecewakan. Game ini benar-benar butuh varian musik yang lebih menghentak, sesuatu yang lebih keras, sesuatu yang lebih brutal, untuk mendukung aksi pertarungan sihirnya yang terkadang cepat dan penuh warna.
Sihir Warna-Warni

Secara sederhana, Immortals of Aveum bisa disederhanakan sebagai game FPS dengan sihir sebagai gimmick. Bahwa alih-alih pelontar granat, AK47, atau Desert Eagle di tangan, yang Anda miliki adalah sebuah sarung tangan penguat dan pengendali magic di tangan kanan yang bisa Anda gunakan untuk melontarkan proyektil mematikan bagi semua yang Anda jadikan sebagai target. Yang membuatnya sedikit berbeda dengan game FPS kebanyakan adalah implementasi sistem yang lebih dekat ke game RPG dan tentu saja absennya kebutuhan peluru. Anda tidak perlu mengumpulkan resource hanya untuk menembak karena kesemua sihir ini berbasis cooldown. Berita baiknya? Anda selalu bisa melakukan reload kapan saja Anda inginkan dengan indikator berapa banyak peluru tersisa yang tepat berada di tengah layar.
Jak akan dipersenjatai dengan tiga buah jenis sihir sebagai serangan proyektil utama: Biru dengan sifat yang sama seperti Rifle, Merah dengan sifat yang sama dengan shotgun, dan Hijau yang punya kecepatan muntah peluru bak senapan mesin. Menariknya lagi? Mengadopsi sistem ala game RPG, Anda akan menemukan lebih banyak varian sarung tangan (Sigil) yang juga beberapa di antaranya akan mengubah gaya senjata Anda bekerja. Namun pengkategorian senjata di atas tetap akan bertahan. Sebagai contoh? Konsep senapan mesin untuk Sihir warna hijau akan diadaptasikan ke beberapa varian seperti yang punya gaya seperti SMG atau yang “segila” Gatling Gun. Namun pada akhirnya, ia berfungsi bak senapan mesin.


Dengan semua varian senjata seperti ini, Anda mungkin mengira bahwa sebagian besar musuh yang Anda hadapi di Immortals of Aveum akan memaksa Anda untuk terus bergonta-ganti dengannya atas nama untuk menundukkan mereka. Secara mengejutkan, ternyata tidak. Dari total semua musuh yang Anda hadapi dari awal hingga akhir permainan, ia akan berperan bak musuh game FPS pada umumnya dimana setiap serangan akan sama efektifnya. Anda akan bertemu dengan beberapa jenis musuh yang menjadikan sihir warna ini sebagai pelindung, dimana Anda harus menggunakan sihir dengan warna sama untuk menghancurkannya lebih dulu sebelum bisa membunuh mereka. Hanya ada sekitar 3 varian musuh yang didesain sedemikian rupa agar ia hanya bisa dilukai dan dibunuh dengan warna sihir yang sama. Kami sendiri termasuk gamer yang menyambut keputusan ini dengan tangan terbuka, memungkinkan Anda untuk tetap memilih dan mengandalkan varian warna sihir yang memang cocok dengan gaya bermain Anda. Tidak ada banyak “paksaan” untuk terus bergonta-ganti dari waktu ke waktu.
Bersama dengan “senjata” yang disebut sebagai Sigil ini, Jak juga akan dibekali dengan skill-skill sihir yang bisa diakses dengan menggunakan Mana yang juga diposisikan bak peluru yang bisa diisi dengan resource yang Anda temukan saat eksplorasi atau setelah bertarung. Skill-skill ini juga dibagi ke dalam tiga warna dominan untuk disesuaikan jika musuh Anda menggunakan pelindung dengan warna yang sama: Biru, Merah, dan Hijau sembari tetap bisa digunakan untuk menyakiti musuh yang berada dalam kondisi netral (tidak condong ke warna tertentu). Anda juga akan dibekali dengan satu skill melee spesifik di slot yang sama untuk menghancurkan musuh dengan armor secara instan.
Sisanya seperti yang bisa diprediksi adalah menuntut Anda untuk membaca situasi pertarungan secepat mungkin dan juga menyesuaikan serangan sihir warna jika dibutuhkan. Berita baiknya? Tidak hanya untuk ofensif, Jak juga dibekali dengan dua kemampuan – Shield dan Blink untuk Dodge. Shield untungnya tidak akan mengorbankan kemampuan Anda menyerang. Dengan hanya satu tombol, Anda bisa menaikkan shield Anda sembari tetap menembak musuh yang ada. Kerennya lagi? Tidak hanya menyerap serangan dari musuh saja, Shield yang pecah juga akan otomatis melambatkan waktu hingga Anda bisa memasukkan lebih banyak damage ke target yang ada. Anda juga hanya butuh waktu cooldown yang singkat sebelum pelindung ini bisa Anda gunakan kembali. Tenang saja, proses cooldown shield tidak lantas membuat Anda tidak punya kemampuan bertahan mengingat Anda tetap punya kemampuan blink untuk aksi dodge yang juga sama efektifnya. Dengan dua sistem ini, terutama Shield, Anda akan bisa bertahan hidup dari serangan per area yang biasanya siap mendominasi Anda dari sisi kuantitas musuh yang datang dari segala arah.

Immortals of Aveum seperti yang kami bicarakan sebelumnya juga datang dengan sistem RPG yang kental. Untuk setiap musuh yang berhasil Anda bunuh dan juga peti yang berhasil Anda buka, Anda akan mendapatkan beragam resource untuk memperkuat diri. EXP dari musuh tentu akan meningkatkan level Anda yang di game ini disebut sebagai “Ascension”. Setiap poin ini kemudian bisa Anda distribusikan ke pohon Skill yang kembali dibagi menjadi tiga warna dominan. Tentu saja Anda tidak hanya akan terkunci pada satu pohon skill saja, melainkan bebas untuk membuka node mana saja yang Anda inginkan. Opsi untuk hanya berfokus pada satu warna atau membaginya merata selalu terbuka lebar. Di gameplay kami? Kami berujung berfokus hanya pada pohon biru saja mengingat kami merasa Shield dan efektivitasnya esensial untuk gaya bermain kami.
Selain EXP, resource berbentuk Essence beragam warna dan Gold juga akan Anda temukan di sepanjang permainan. Anda bisa mendapatkannya dari peti, musuh yang jatuh, atau dari ragam portal tantangan yang terbuka dan tersedia. Resource ini akan bisa Anda gunakan untuk melakukan dua hal – Crafting dan Upgrade. Mengingat game ini juga datang dengan sistem equipment dimana Anda juga akan dibekali dengan sistem aksesoris selain senjata, resource ini tentu saja bisa Anda alihkan ke sana. Upgrade akan membuat buff dan damage yang menempel pada equipment Anda semakin kuat dan efektif, sementara Crafting berarti meracik benda baru yang untungnya juga sudah dijelaskan efeknya di menu sebelum Anda meraciknya.


Untuk situasi yang lebih mendesak, selain Sigil dan Skill, Jak juga akan dibekali dengan serangan pemungkas berbentuk serangan laser berkepanjangan dalam beberapa detik yang menjanjikan damage besar berkesinambungan. Anda tentu saja bisa menyimpan dan mengandalkannya di situasi pertarungan yang mendesak, apalagi jika Anda bertemu dengan beberapa mini boss bersamaan. Ia kembali berbasis cooldown.
Walaupun sebagian besar perjalanan cerita Anda akan bergerak linear dari satu area ke area lainnya, Immortals of Aveum secara mengejutkan datang dengan cita rasa Metroidvania yang cukup kental. Anda memang tidak bisa mengeksplorasi Aveum secara bebas seperti game ala Far Cry misalnya, namun kesempatan untuk mengunjungi tempat yang sudah sempat Anda eksplor selalu terbuka lewat sistem portal yang ada. Seperti konsep Metroidvania yang seharusnya, aksi Anda kembali tentu saja difokuskan untuk bergerak ke area baru atau menyelesaikan sebuah puzzle yang sebelumnya tak bisa dilakukan karena akses ke sang kekuatan atau kunci yang belum ada.
Tentu saja akses ke kekuatan atau “kunci” baru tersebut tetap bergerak dalam proporsi linear sesuai cerita yang ada. Sayangnya, game ini tidak akan memberikan clue ataupun sekadar peringatan bahwa puzzle yang Anda temui saat itu belum bisa Anda selesaikan karena Anda belum memiliki kunci atau kekuatan yang dibutuhkan. Hasilnya? Setidaknya yang terjadi pada kami, adalah situasi dimana kami menghabiskan begitu banyak waktu di satu puzzle atau area dengan begitu banyak eksperimen untuk hanya menemukan bahwa ia memang mustahil untuk diselesaikan karena kami belum memiliki apa yang dibutuhkan.


Namun untungnya, setidaknya reward yang ditawarkan oleh puzzle dan area yang bisa Anda kunjungi kembali dengan konsep Metroidvania ini biasanya terasa pantas dengan kesibukan yang harus Anda lewati. Ia bisa berujung jadi resource dengan jumlah yang sangat dermawan, varian Sigil atau aksesoris yang baru, hingga sebuah portal baru yang tidak hanya akan membawa Anda ke tantangan platforming baru saja, tetapi juga setidaknya 6 buah boss rahasia yang siap menguji kesiapan equipment dan kecekatan tangan Anda. Percayalah, Anda tidak bisa memandang boss-boss rahasia ini dengan sebelah mata.