Menjajal DEMO Whisper Mountain Outbreak: Game Multiplayer Lokal Potensial!
Sepak terjang publisher lokal – Toge Productions saat melahirkan game-game keren yang tidak hanya pantas dipuja-puji di pasar lokal, tetapi juga internasional, memang tidak perlu lagi diragukan. Oleh karena itu, sepak terjang mereka memang selalu pantas untuk diantisipasi. Apalagi ada kecenderungan bahwa game yang mereka tangani juga datang dari beragam genre dan tema, tidak terbatas hanya pada satu hal yang terus-menerus dieksploitasi. Tak heran jika perhatian besar juga kami arahkan untuk game teranyar Toge Productions Kediri yang dulu sempat menyandang nama Tahoe Games – Whisper Mountain Outbreak. Sebuah usaha Nusantara untuk menjawab tantangan game action bertema zombie yang tentu saja akan dikembangkan dengan gaya indie yang khas. Berita baiknya? Walaupun belum menemukan tanggal rilis pasti, Whisper Mountain Outbreak (WMO) sudah sempat merilis demo via Steam.
Sempat memancing rasa penasaran, kami kebetulan punya kesempatan untuk menjajal demo ini bersama dengan tim Toge Productions Kediri sendiri. Ini membuat aksi menikmati demo yang sudah dibangun cukup rapi juga berujung menjadi ajang mencari informasi soal apa yang bisa kita antisipasi dari WMO. Apalagi mengingat game ini masih berada di tahap sangat awal pengembangan yang notabene bisa ditumbuhkan dan disempurnakan dengan lebih banyak fitur, mekanik, hingga lore di masa depan. Diskusi yang untungnya, membuat rasa optimisme kami untuk game yang satu ini berujung tinggi.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh sesi demo ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game multiplayer lokal yang potensial? Impresi ini akan memberikan gambaran Anda yang lebih jelas.
Apa itu Whisper Mountain Outbreak (WMO)?
Dari segi visual yang ia hadirkan, sepertinya Anda sudah bisa menebak apa yang hendak ditawarkan oleh WMO ini. Toge Productions Kediri sendiri menyebutnya sebagai game PvE multiplayer survival horror game dengan kamera isometrik yang harus diakui sudah menjelaskan dengan ringkas pengalaman seperti apa yang bisa Anda antisipasi.
Untuk Anda yang masih tak familiar dengan jargon tersebut, Anda bisa membandingkannya dengan pengalaman game ala Left 4 Dead atau Resident Evil Outbreak, namun dengan sudut pandang isometrik dan pendekatan visual pixel arts yang kental layaknya game indie kebanyakan. Ini juga berarti selama dalam proses petualangan, Anda akan bertemu dengan zombie atau kerumunannya yang agresif sebagai ancaman utama. Sebagai perlindungan, Anda akan dipersenjatai dengan satu senjata melee, satu senjata api, alat peledak dan penyembuh, beserta dengan sebuah inventory terbatas yang butuh Anda atur mengingat Ia juga makan tempat untuk ragam key item yang Anda pungut selama proses tersebut.
Walaupun demo ini baru menyajikan hanya satu jenis level saja, namun struktur misi akan hadir super sederhana. Objektif yang harus Anda selesaikan akan dijelaskan di awal, yang akan menuntut Anda untuk mencari beragam item penting tersebut di area yang sudah disediakan. Area cukup luas ini tentu saja tidak akan “tinggal diam” untuk Anda telusuri begitu saja. Zombie dan monster menunggu di kegelapan, pintu-pintu terkunci menunggu kunci untuk dibuka, puzzle-puzzle menantang untuk diselesaikan, dan pada akhirnya serbuan zombie dalam bentuk horde yang akan hadir berkala sebagai “pengingat” untuk bergegas. Proses eksplorasi juga akan membuka kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak resource termasuk peluru untuk senjata api yang sudah Anda pilih di awal.
Berita baiknya? Toge Productions Kediri juga sepertinya memahami bahwa game dengan tipe seperti ini akan sangat mengandalkan replay di masa depan atas nama teman-teman yang sekadar berkumpul dan hendak bersenang-senang. Untuk urusan puzzle, walaupun konsep puzzle-nya masih akan mengikuti level dimana Anda bermain, namun isi tantangannya akan senantiasa berubah untuk membuatnya terus menantang dan menyegarkan. Sebagai contoh? Ada salah satu puzzle berbasis angka yang kami temui di dua sesi permainan terpisah. Puzzle tersebut desainnya sama, namun angka yang hadir sebagai tantangan dan jawaban ternyata berbeda antara kedua sesi tersebut . Ini membuat Anda yang sudah familiar dengan sang level sekalipun tidak bisa sekadar menyelesaikan ragam puzzle yang ada dengan hanya menghafal jawaban saja. Anda tetap butuh menaruh ekstra perhatian dan tenaga otak di sana. Desain puzzlenya sendiri pantas diacungi jempol, dengan sedikit “kenakalan” developer untuk membuat Anda sedikit terkecoh soal apa yang butuh Anda lakukan.
Walaupun masih belum menghadirkan jenis puzzle yang membutuhkan lebih dari satu orang player untuk diselesaikan, namun konsep survival horror WMO tetap mendorong Anda untuk berkomunikasi dengan player yang lain karena ragam elemen yang lain. Sebagai contoh? Inventory super terbatas misalnya, yang akan mendorong Anda dan tim untuk terus berdiskusi soal pembagian beban dan key item, mengingat ia akan memakan ruang tersendiri. Atau siapa yang akan menyelesaikan si puzzle, yang notabene butuh satu karakter untuk berdiam diri agar yang lain bisa melindungi. Atau terkadang Anda juga harus mengabarkan soal resource apa yang Anda temui agar player dengan senjata api yang sesuai atau yang darahnya tengah sekarat bisa mendapatkannya. Untuk saat ini sayangnya juga, komunikasi harus dilakukan via aplikasi pihak ketiga dan tidak tersedia in-game. Akan tersedia chat-wheel namun masih tanpa opsi untuk menuliskan chat berbasis teks dengan bebas.
Maka setidaknya dari level perdana demo WMO ini, Anda sudah mendapatkan gambaran kira-kira pengalaman bermain seperti apa yang bisa Anda antisipasi darinya. Ini menjadi sebuah game survival horror zombie dengan tantangan puzzle yang juga pada akhirnya ikut menguji kemampuan Anda berkomunikasi sebagai sebuah tim.