Review Dragon’s Dogma 2: RPG Tiada Dua!

Reading time:
April 11, 2024

Action RPG Biasa yang “Tidak Biasa”

Dragons Dogma 2 jagatplay 170
Dragon’s Dogma 2 adalah sebuah game action RPG biasa yang “tidak biasa”.

Maka dari apa yang kita diskusikan dari sistem Pawn di atas saja, Anda sepertinya sudah mendapatkan gambaran yang super jelas soal gameplay action RPG seperti apa yang bisa Anda antisipasi dari Dragon’s Dogma 2. Dengan satu Pawn utama pasti yang akan menemani Anda dan bisa dihidupkan secara cuma-cuma via Rifstones terdekat jika ia berujung tewas karena serangan atau kecelakaan, Anda juga bisa “meminjam” dua ekstra Pawn yang lain dari player yang lain dengan vocation dan karakteristik mereka masing-masing. Setiap Pawn ini akan sepenuhnya dikendalikan AI yang bekerja dengan cukup optimal di banyak situasi dimana satu-satunya kesempatan “memodifikasi” perilaku mereka kini terletak pada basis 4 jenis perintah yang bisa Anda akses secara real-time.

Strategi selanjutnya yang perlu Anda perhatikan adalah memastikan bahwa Anda mengeksekusi gerakan-gerakan yang efektif untuk menghabisi para monster yang ada, mengingat kehebatan Capcom untuk membuat setiap dari mereka punya kelebihan dan kelemahan mereka masing-masing. Monster seperti Troll tentu jelas punya kelemahan di bagian mata yang menjanjikan damage besar dan kerentanan untuk berubah jadi rag-doll ketika menerima serangan terus-menerus. Monster besar lain seperti Medusa misalnya punya serangan yang akan membuat Anda membatu secara permanen yang harus Anda hindari sebaik mungkin. Ada pula monster lebih mematikan seperti naga yang bisa Anda tembak jatuh ketika ia berusaha terbang menjauh, membuat kepala mereka ter-ekspos selama beberapa waktu untuk Anda habisi. Perlahan tapi pasti, Anda akan belajar soal apa yang butuh Anda lakukan untuk membunuh setiap monster besar ini dengan lebih efektif. Sementara untuk monster-monster kecil seperti zombie, gerombolan serigala, bandit, hingga para orc? Tidak butuh banyak berpikir.

Dragons Dogma 2 jagatplay 146
Monster-monster besar biasanya punya titik kelemahan yang bisa Anda eksploitasi.
Dragons Dogma 2 jagatplay 246
Ada vocation khusus yang hanya bisa digunakan si karakter utama.

Tentu saja strategi bertarung Anda sekaligus sebagian besar pengalaman bermain Anda akan sangat ditentukan oleh vocation alias job yang Anda pilih untuk karakter utama yang Anda kendalikan. Di awal permainan Anda hanya akan disajikan vocation standar yang juga bisa digunakan oleh Pawn utama Anda. Namun seiring dengan perjalanan, yang kesemuanya didesain sebagai reward misi sampingan yang bisa saja Anda lewatkan jika Anda tidak waspada, akan terbuka beberapa varian Vocation baru yang hanya bisa digunakan secara eksklusif oleh si karakter utama ini. Ada setidaknya 4 vocation eksklusif yang baru tersedia di Dragon’s Dogma 2 ini: Mystic Spearhand yang hadir dengan dual tombak yang membuat aksi bertarung Anda mirip Darth Maul dari Star Wars, Magick Archer yang mengkombinasikan serangan magic dan pemanah, Trickster sebagai ahli tipu untuk mengecoh monster sekaligus ahli buff-debuff, dan juga Warfarer yang memungkinkan Anda menggunakan ragam senjata dari Vocation lain secara real-time namun dengan skill dan fungsi yang lebih terbatas.

Bergantung pada vocation Anda, berbeda pula cara Anda menangani setiap pertarungan yang Anda hadapi. Anda yang lebih mengandalkan Mystic Spearhand misalnya, di luar serangan ofensif yang didukung banyak skill aktif, ia datang dengan skill Shield terbaik yang ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2. Bayangkan saja, kita berbicara soal skill Shield yang mampu menihilkan damage dari sumber manapun selama setidaknya 8 detik, dengan animasi picu skill super pendek, dan kebutuhan stamina yang terhitung minim untuk mengeksekusinya. Kerennya lagi? Shield ini akan otomatis teraplikasikan untuk semua karakter companion dalam jarak tertentu dan bukan hanya si karakter utama saja. Dengan kemampuan seperti ini, Mystic Spearhand akan jadi salah satu ujung tombak Anda untuk menundukkan banyak monster raksasa yang di awal mungkin sempat Anda kira tak akan mampu Anda lawan. Sementara vocation lain seperti halnya Magick Archer menjanjikan damage besar dengan sistem bidik yang sangat bersahabat dengan gamer-gamer konsol daripada Archer biasa. Namun kekurangannya? Jika Anda tidak membangun tim yang tepat, damage yang ia hasilkan akan langsung membuatnya jadi prioritas agro dari monster manapun.

Vocation yang Anda tetapkan untuk sang karakter utama dan juga si Pawn juga bisa bertumbuh seiring dengan frekuensi Anda menggunakannya. Dengan sistem hingga level 10, setiap kenaikan level Vocation akan menawarkan lebih banyak skill aktif untuk digunakan termasuk versi penguatan dari skill yang sudah eksis sebelumnya, skill pasif, dan juga tambahan karakteristik ekstra yang bisa Anda buka dan bawa walaupun Anda berganti Vocation nantinya. Proses pergantian Vocation ini tidak bisa Anda lakukan sesuka hati kapan saja dimana Anda dituntut untuk pergi ke kota terdekat dan mengeksekusinya di antara Inn atau Guild yang tersedia di sana. Ingat juga, Vocation juga akan menentukan seberapa kuat karakter Anda untuk menampung semua inventory yang ada. Benar sekali, sistem berat juga hadir di Dragon’s Dogma 2 dan mengaturnya akan jadi salah satu aktivitas yang sering Anda lakukan mengingat begitu banyaknya item dan materials yang bisa Anda temukan selama proses eksplorasi. Anda tidak ingin game yang sudah punya pace cukup lambat ini semakin lambat karena stamina Anda terus terkuras karena beban inventory Anda.

Dragons Dogma 2 jagatplay 227
Semakin tinggi level vocation Anda, semakin banyak skill aktif dan buff yang bisa Anda pasangkan.
Dragons Dogma 2 jagatplay 175
Anda juga bisa menggunakan materials yang ada untuk memperkuat senjata dan armor Anda di blacksmith.

Maka sisa perjalanan Anda, seperti halnya game RPG kebanyakan, akan diisi dengan usaha untuk menyelesaikan ragam misi utama dan misi sampingan yang tersedia. Misi-misi utama tentu saja didesain untuk mendorong cerita dengan kebanyakan akan berpusat pada satu atau dua quest giver saja di sini. Sementara untuk misi sampingan, selain kesempatan untuk mendulang EXP dan uang, ia juga menjanjikan uang sebagai reward, equipment langka, dan beragam materials yang bisa Anda panen. Untuk yang terakhir ini, bersama dengan proses crafting dan blacksmith yang tersedia, Anda bisa menggunakan ragam material ini untuk meracik ragam potion hingga memperkuat equipment Anda.

Jika segala sesuatunya terasa seperti RPG standar, lantas mengapa kami memilih sub-judul di atas? Karena harus diakui, mengikuti judul utama yang kami hadirkan pula, Dragon’s Dogma 2 akan menawarkan pengalaman RPG yang tiada duanya, yang bisa bergerak ke spektrum positif ataupun negatif bergantung pada preferensi pertama.

Salah satu yang paling signifikan adalah keputusan Capcom, khususnya sang otak – Hideaki Itsuno, untuk tidak mengaplikasikan begitu banyak fitur dan QOL game-game modern ke dalam Dragon’s Dogma 2. Alasannya mungkin untuk memaksimalkan sensasi petualangan sebagai grup yang memang harus diakui jarang tersedia di game RPG yang lain. Namun di sisi lain, bagi gamer modern, ini bisa jadi bencana tersendiri. Mengapa? Karena pendekatan “tua” ini mau tidak mau menghasilkan begitu banyak momen dimana ia bisa jadi sumber rasa frustrasi. Contoh yang paling dasar? Dragon’s Dogma 2 misalnya, tidak punya banyak sesi tutorial untuk belajar mekanik di awal permainan. Di awal permainan dan cerita, Anda hanya diberikan tutorial pendek soal cara menggerakkan karakter dan sedikit aksi bertarung. Bayangkan betapa terkejutnya kami ketika kami menemukan bahwa di salah satu misi utama menuntut Anda untuk “menangkap” seorang penguntit yang mencurigakan. Menangkap? Bagaimana caranya? Kami berusaha berlari mendekati si penguntit dan berharap event khusus terjadi namun hasilnya nihil. Kami berusaha memukulnya? Namun tidak efektif. Kami berujung harus mencari video di Youtube untuk mengetahui bahwa Dragon’s Dogma 2 punya mekanik “mengunci” karakter yang harus dilakukan untuk menyelesaikan beberapa misi ini, dimana Anda harus berlari dan menahan mereka, lalu menggunakan fungsi seperti tombol “X” untuk melaporkannya ke pihak berwajib agar cerita bergerak. Fungsi mengangkat karakter apapun ini ternyata juga bisa dikombinasikan dengan aksi teleport jika Anda ingin membawa item atau karakter NPC ke lokasi tertentu.

Dragons Dogma 2 jagatplay 137
Jangan bermimpi game ini akan “menuntun” Anda ala banyak game RPG modern.

Pendekatan “tua” ini juga diaplikasikan Dragon’s Dogma 2 dengan sistem misi utama dan misi sampingan yang ia usung. Anda termasuk gamer “modern” yang sudah dimanjakan dengan sistem detail misi yang biasanya akan langsung menyajikan informasi apa yang harus dilakukan, menandainya di peta, hingga memberikan kesempatan fast travel ke sana? Selamat datang di MIMPI TERBURUK Anda! Mengapa? Karena seperti halnya game-game RPG tua di beberapa generasi dulu, Dragon’s Dogma 2 sama sekali tidak datang dengan fitur seperti ini. Sebagian besar misi utama dan misi sampingan yang Anda picu hanya menyediakan informasi soal apa yang harus Anda lakukan, namun sama sekali tidak “menggandeng” Anda soal langkah selanjutnya. Ini berarti, Anda harus berbicara dengan ragam penduduk untuk mendapatkan informasi, berjalan-jalan untuk sekadar eksplorasi sembari berharap Anda menemukan apa yang si misi ini butuhkan, hingga memutar otak sendiri dengan logika soal apa yang sebenarnya perlu Anda sediakan dan lakukan untuk menyelesaikannya. Percayalah, sistem ini akan membagi Anda semua ke dalam dua kelompok besar: gamer RPG yang begitu rindu dan mencintai sistem seperti ini dan gamer-gamer yang hendak berkata-kata kasar setiap kali misi-misi ini dilemparkan kepada Anda.

Masih belum cukup menyusahkan dan menyulitkan? Dragon’s Dogma 2 juga mengusung sistem pergantian siang-malam yang walaupun tidak terjadi secara real-time dengan dunia nyata, tetapi tetap berusaha mensimulasikan kondisi ini sebaik mungkin lewat panjang waktu tiap kondisi yang cukup panjang. Permasalahannya? Situasi siang dan malam ini juga akan mempengaruhi perilaku NPC yang ada. Walaupun untungnya ia tidak datang dengan sistem tutup toko sehingga semua merchant akan bisa diakses kapanpun Anda tiba di kota, semua NPC lain yang hidup di dalam kota akan punya rutinitas yang berbeda ketika siang dan malam. NPC yang berada di titik A pada saat pagi misalnya, bisa jadi bergerak ke titik B pada saat siang, dan berujung di titik C pada saat malam. Untungnya, lewat opsi tidur dan duduk di ragam tempat yang disediakan, Anda bisa mempercepat sistem waktu ini.

Dragons Dogma 2 jagatplay 215
Informasi misi? CARI BUKTI! Sudah, itu saja!
Dragons Dogma 2 jagatplay 91
Para NPC selain penjaga toko juga dipengaruhi aktivitas dan lokasinya oleh sistem siang-malam yang ada.

Lantas, mengapa kami menyebutnya kian menyusahkan? Karena Anda juga akan menemukan beberapa misi sampingan yang menggunakan sistem siang dan malam ini sebagai indikator pemicu, namun tidak disampaikan kepada Anda dan benar-benar harus mengandalkan logika belaka. Ada dua contoh yang sempat kami temui di sini. Pertama, misi sampingan soal pengemis yang aktivitasnya memicu rasa penasaran di kota. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan misi sampingan ini adalah dengan menguntit kemana ia pergi seharian. Ini berarti Anda harus menunggu ia bergerak, yang entah kapan terjadi, berjalan mengikutinya hingga ke lokasi selanjutnya, menunggu lagi, berjalan mengikutinya ke lokasi selanjutnya lagi, dan seterusnya hingga apa yang dibutuhkan misi tercapai. Apakah proses menguntit ini menyenangkan? Tentu saja tidak. Ditambah dengan sistem siang-malam yang berusaha disimulasikan, misi ini akan menuntut waktu yang cukup banyak dimana sebagian besar hal yang Anda lakukan hanya menunggu. Anda ingin melakukan skip waktu? Semoga berutung karena besar kemungkinan sang NPC sudah bergerak dari titik berdirinya ketika Anda sadar.

Misi kedua yang menggunakan sistem siang-malam ini dengan ekstra rasa frustrasi terjadi ketika Anda melakukan proses investigasi soal badan rawat penyakit misterius yang diyakini punya “rahasia” di ruang bawah tanahnya. Misi yang akan butuh beberapa langkah untuk diselesaikan ini akan menuntut Anda untuk berbicara dengan NPC spesifik, kemudian berusaha masuk ke dalam ruangan rahasia yang dimaksud, mengambil item, dan kemudian “menangkap” sang terdakwa dengan bukti. Permasalahannya? Semua hal ini hanya akan tersedia di titik siang-malam tertentu saja, misalnya seperti pintu bawah tanah yang baru akan terbuka di malam hari misalnya. Ketika Anda berusaha menangkap sang tersangka? Anda hanya disajikan informasi soal bagaimana ia bertemu dengan NPC lain di titik A pada saat malam, namun tidak pernah dijelaskan seberapa malam dan ciri-ciri NPC tersebut. Jadi Anda harus “menebak” sendiri kapan tepatnya Anda harus menangkap si tersangka agar ia berujung ditahan pihak berwajib dengan bukti yang kuat.

Semua ini kian kompleks dengan fakta bahwa Dragon’s Dogma 2 juga memberikan Anda fleksibilitas cukup tinggi untuk menyelesaikan misi-misi ini dengan metode Anda, sembari membuka kemungkinan misi-misi ini berujung “selesai” tanpa “benar-benar selesai”. Oleh karena itu, bisa jadi Anda berujung menyelesaikan sebuah misi sampingan yang sudah menyita waktu Anda dan berujung tidak puas ketika Anda menemukan bahwa solusi yang Anda sediakan ternyata bukanlah yang paling baik. Sebagai contoh? Ada misi sampingan yang meminta Anda untuk menolong seorang pemahat yang baru saja mendapatkan proyekan dari orang kaya untuk sebuah patung Griffon. Sang pemahat sembari lalu akan menyarankan solusi untuk menggunakan kepala seekor Medusa untuk membuat si Griffon mematung atas nama patung paling realistis yang ada.

Dragons Dogma 2 jagatplay 141
Ada beberapa jenis misi juga yang menerima solusi dan resolusi yang fleksibel.
Dragons Dogma 2 jagatplay 204
Ketika Anda baru menemukan lokasi si Medusa setelah misi sampingan yang membutuhkannya sudah diselesaikan.

Namun masalahnya? Anda belum pernah bertemu dengan Medusa sama sekali di titik misi sampingan tersebut dan tidak ada informasi dimana ia ada. Kami yang lelah mencari tanpa bantuan Youtube pun berencana untuk langsung bertarung dengan sang Griffon, dimana sang pemahat menerima solusi ini namun meminta kita mengundur waktu hingga ia bisa memahatnya dengan detail. Tanpa ada informasi soal batas waktu yang ia butuhkan, kami tampaknya membunuh Griffon ini terlalu cepat. Uniknya? Sang pemahat merespon seolah ia sudah puas, mempresentasikan karyanya ke si orang kaya, yang kemudian berujung memancing kekecewaan dan kritik pada si pemahat, namun misi tetap dihitung selesai dengan reward di ujung. Situasi ini membuat kami setidaknya memahami bahwa selama ia bukan misi sampingan yang memang punya batas waktu, yang memang akan muncul beberapa kali di game ini, tidak ada kebutuhan untuk terburu-buru menyelesaikannya. Kami bisa saja berpetualang dulu secara acak, berharap menemukan si Medusa, dan baru memikirkan cara untuk menyelesaikan misi ini dengan hasil terbaik. Tetapi sekali lagi, fleksibiltas seperti ini memang pedang bermata dua. Ia tidak menuntut Anda menghasilkan solusi terbaik tetapi di sisi lain juga “menghukum” Anda dengan rasa ketidakpuasan dan kemungkinan reward lebih sedikit di akhir.

Cita rasa “tua” Dragon’s Dogma 2 juga diiimplementasikan di hal sesederhana memicu quest. Bahwa tidak seperti kebanyakan game modern dimana Anda langsung mendapatkan ikon jelas soal NPC mana saja yang punya “pekerjaan” untuk Anda, game ini sama sekali tidak menyediakan hal tersebut. Memang akan ada beberapa misi sampingan dimana NPC lah yang berujung mendekati Anda, namun tidak sedikit pula yang meminta Anda untuk berbicara mereka lebih dulu. Ini berarti, tanpa guide di internet misalnya, Anda akan butuh menginvestasikan sedikit waktu untuk berbicara dengan sebanyak mungkin NPC di kota dengan harapan mereka punya sesuatu. Berita buruknya? Dragon’s Dogma 2 juga punya sistem kedekatan karakter dimana Anda bisa membangun hubungan secara natural ataupun lewat gift. Anda akan menemukan beberapa misi sampingan yang akan menolak untuk terpicu sampai Anda berhasil membangun kedekatan tertentu dengan si pemicu quest. Seperti yang bisa diprediksi, game ini tidak akan menginformasikannya kepada Anda.

Dragons Dogma 2 jagatplay 218
Level kedekatan Anda dengan sang quest giver juga bisa mempengaruhi apakah si misi sampingan terpicu atau tidak.
Dragons Dogma 2 jagatplay 212
Ada pula jenis misi yang resolusi akhirnya terikat pada misi lain dan sekali lagi, tanpa informasi sama sekali.

Tambahan ekstra rasa frustrasi? Ketika Dragon’s Dogma 2 ini mendesain beberapa misi sampingan yang berkaitan satu sama lain, kembali tanpa banyak informasi untuk menuntun Anda kemana Anda harus melangkah. Misi-misi ini didesain sedemikian spesifiknya hingga berbeda dengan apa yang kami bicarakan sebelumnya, ia justru tidak menawarkan sama sekali fleksibilitas untuk diselesaikan. Bahwa Anda tidak akan bisa menyelesaikan misi A tanpa menyelesaikan misi B atau C lebih dulu, apapun yang terjadi. Sebagai contoh? Salah satu misi sampingan yang meminta Anda menasehati seorang bandit tobat yang berusaha mencari pekerjaan yang jujur. Ternyata oh ternyata, opsi untuk menyarankan pekerjaan jujur ini tidak akan tersedia bagi si bandit jika Anda tidak menyelesaikan dua misi sampingan lebih dulu. Berita buruknya? Satu di antara misi sampingan tersebut harus diselesaikan dengan konklusi “bad ending” agar opsi ini terbuka. Jika Anda berusaha menyelesaikan misi tersebut sebaik mungkin, maka Anda hanya akan menyisakan satu solusi saja untuk misi bandit tobat tadi. Maka sekali lagi, seperti yang kami bicarakan sebelumnya, game ini tidak akan mengkomunikasikan misi-misi mana saja yang perlu Anda selesaikan, bahkan sekadar dari dialog dan informasi NPC sekalipun, untuk bisa menyelesaikan misi bandit tobat ini.

Kombinasi yang ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2 memang meninggalkan sensasi action RPG biasa yang tidak biasa. Keputusan Capcom untuk mempertahankan ragam mekanik tua untuknya mungkin bisa jadi daya tarik bagi beberapa gamer, namun sulit untuk dipungkiri, juga tumbuh jadi potensi rasa frustrasi yang kuat untuk kelompok gamer yang lain.

Terlalu Percaya Diri Soal Fast Travel

dragon dogma 2 fast travel
Komentar Itsuno-san soal bagaimana fast-travel hanya digunakan gamer karena dunia si game membosankan berujung jadi bumerang di Dragon’s Dogma 2. Game ini butuh lebih banyak opsi fast-travel modern!

Jika Anda mengikuti berita game selama setidaknya beberapa bulan terakhir, Anda sepertinya sempat membaca komentar seorang Hideaki Itsuno yang cukup kontroversial terkait salah satu desainnya di Dragon’s Dogma 2. Itsuno mengomentari bahwa banyaknya gamer-gamer yang mengandalkan dan mengharapkan fitur Fast Travel tersedia di game RPG dan open-world dikarenakan karena desain dunia si video game itu sendiri yang membosankan. Oleh karena itu, daripada mengeksplorasinya, gamer lebih memilih untuk tiba di tempat yang mereka tuju secara instan. Klaim seperti ini tentu saja datang dengan konsekuensinya sendiri. Itsuno seolah membuka dan menantang publik untuk menikmati Dragon’s Dogma 2 yang tentu saja diindikasikan sebegitu serunya hingga Anda tidak ingin melakukan fast travel sama sekali. Pertanyaannya, benarkah demikian? Kami sepertinya datang dengan berita buruk bagi Itsuno-san.

Dragon’s Dogma 2 bukanlah game yang hadir tanpa sistem fast-travel. Namun tidak seperti kebanyakan game modern yang memungkinkan Anda mengeksekusinya dengan mudah dan tanpa berpikir atas nama untuk membuat segala sesuatunya lebih cepat, Dragon’s Dogma 2 memosisikannya sebagai resource berharga yang perlu Anda pikir matang sebelum digunakan. Untuk bisa melakukan fast-travel, Anda akan butuh sebuah item bernama Ferrystone yang bisa didapatkan dari proses eksplorasi, reward dari quest, atau dari aksi beli dari toko ragam kota dengan harga cukup tinggi – 10.000G dengan stock yang sangat terbatas. Anda bisa menggunakan Ferrystone hanya untuk melakukan fast-travel ke kota yang sudah memiliki Portcrystal. Berita baiknya? Seiring dengan progress nantinya, Anda juga bisa mendapatkan Portcrystal Anda sendiri, dalam jumlah sangat-sangat terbatas,  yang bisa Anda letakkan dimanapun Anda inginkan sebagai titik fast-travel baru.

Dragons Dogma 2 jagatplay 193 1
Hadir dengan jumlah sangat terbatas, Anda bisa meletakkan Portcrystal dimana saja sebagai titik fast-travel baru.
Dragons Dogma 2 jagatplay 83
Oxcart hanya tersedia untuk jalur tertentu dan rentan diserang oleh monster. Jika ia hancur, maka Anda harus menyelesaikan sisa perjalanan dengan berjalan kaki.

Dragon’s Dogma 2 juga menyediakan sebuah opsi “fast-travel” berbentuk gerobak yang ditarik oleh binatang kerbau bernama Oxcart yang hanya tersedia di kota spesifik dan melayani hanya satu rute tertentu saja. Hadir dengan biaya yang jauh lebih murah daripada terus membeli Ferrystone saat tersedia, Oxcart ini juga hanya bisa dinaiki di waktu spesifik untuk setiap harinya. Walaupun juga mendukung aksi “istirahat” untuk melakukan time-skip agar Anda tidak perlu melihat gerobak ini ditarik hingga ke tujuan secara real-time, Oxcart datang dengan satu kelemahan besar. Ia adalah moda transportasi tidak aman yang seringkali diserang oleh monster di tengah jalan, terutama para Griffon yang menjadikan kerbau penariknya sebagai makanan utama. Jika sang gerobak berujung hancur? Maka Anda harus menyelesaikan sisa perjalanan, sepanjang apapun itu, dengan berjalan kaki.

Lantas, apa memang Dragon’s Dogma 2 memang seseru itu hingga klaim Itsuno soal bagaimana “fast-travel” dipilih gamer karena konten game membosankan tidak terjadi di sini? Sayangnya, tidak. Bahkan kami harus menetapkan bahwa salah satu masalah terbesar dari Dragon’s Dogma 2 adalah minimnya opsi fast-travel yang tersedia. Bukannya membungkam mulut para gamer yang ragu, apa yang ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2 justru semakin menekankan dan mempertegas bahwa opsi fast-travel sudah sepatutnya disediakan kepada gamer sebanyak dan seefektif mungkin, dengan kebebasan diserahkan sepenuhnya kepada gamer untuk memilih menggunakannya atau tidak.

Karena perlahan tapi pasti, minimnya opsi fast-travel ini justru menimbulkan rasa malas, repetisi, dan frustrasi tersendiri di Dragon’s Dogma 2. Alasannya? Pertama, karena skala dunianya yang terhitung cukup luas. Tidak jarang Anda akan bertemu dengan situasi dimana Anda membutuhkan waktu lebih dari 20 menit tersendiri untuk bergerak dari satu kota ke kota lainnya. Situasi ini diperburuk dengan fakta bahwa sistem stamina karakter yang bisa terkuras akan otomatis aktif begitu Anda keluar dari “batas aman” setiap kota terlepas dari apakah Anda tengah berhadapan dengan musuh atau tidak. Jadi perjalanan super panjang di awal kini juga harus dipeburuk dengan fakta bahwa Anda tidak bisa berlari terus-menerus dari titik awal hingga tujuan. Anda terkadang butuh berdiam lebih dahulu, membiarkan stamina terhimpun, dan berlari lagi. Di situasi ini, kami merindukan cara Team Ninja menangani sistem stamina di Rise of the Ronin yang hanya akan terkuras ketika pertarungan terpicu, bahkan ketika di luar wilayah aman sekalipun.

Dragons Dogma 2 jagatplay 108
Besar peta Dragon’s Dogma 2 mungkin kecil, namun skalanya terhitung luas dan memakan waktu untuk dijelajahi dengan kaki.
Dragons Dogma 2 jagatplay 160
Variasi musuh yang terhitung sedikit untuk jalur yang Anda lewati juga membuat proses berjalan dari satu titik ke titik lain ini berujung repetitif dan membosankan.

Masalah terbesar kedua adalah variasi musuh yang disediakan oleh Dragon’s Dogma 2. Untuk monster-monster yang berkeliaran di dunia luar, khususnya di masing-masing wilayan negara – Vermund dan Battahl, terhitung sangat terbatas. Perlahan tapi pasti, seiring dengan akumulasi waktu permainan Anda yang diisi dengan sisi eksplorasi, tak butuh banyak waktu untuk bertemu dengan fakta bahwa Anda sudah bertemu dan menghabisi semua varian musuh ini. Beberapa musuh yang lebih unik seperti Chimaera, Medusa, dan Naga memang akan membuat sedikit sisi eksplorasi ini lebih menyenangkan, namun tidak lantas menghapus kebosanan yang akan terus mengintai setiap kali Anda keluar ke jalanan karena jumlah mereka yang terbatas.

Bagian terburuk dari “kepercayaan diri” Capcom ini adalah fakta bahwa beberapa misi didesain untuk membuat Anda melakukan backtrack beberapa kali, yang juga sempat terjadi di antara dua kota yang tidak terhubung oleh Oxcart. Di tengah fakta bahwa jumlah Ferrystone sangat terbatas di game ini, desain seperti ini benar-benar menyebalkan dan membosankan. Sebagai contoh? Salah satu misi di end-game misalnya menuntut Anda untuk berbincang dengan pemberi Quest di desa Elf, lalu berbicara dengan user di Batthal, kembali ke desa Elf, lalu bersama-sama pergi ke Batthal kembali. Jarak antara desa Elf dan Batthal jika Anda memutuskan untuk tidak menggunakan Ferrystone dan memilih untuk berjalan kaki, tentu saja ditambah dengan waktu yang mungkin dihabiskan untuk membunuh monster yang menghadang, bisa memakan waktu 40 menit sendiri. Bayangkan, 40 menit berlari di sebuah rute yang sudah berkali-kali Anda lewati sebelumnya, membunuh monster yang sudah Anda habisi sebelumnya, dengan kecepatan yang tidak bisa ditambah karena masalah stamina yang diusung. Menyenangkan? Sama sekali tidak.

Dragons Dogma 2 jagatplay 272
Situasi semakin menyebalkan ketika Anda bertemu dengan jenis misi yang menuntut Anda melakukan backtrack berkali-kali dengan jarak lokasi yang jauh.
Dragons Dogma 2 jagatplay 87
Kami percaya sesi gameplay kami mengejar True Ending bisa selesai 5-8 jam lebih cepat jika ia datang dengan sistem Fast Travel yang lebih “modern”.

Sebegitu banyaknya waktu yang dihabiskan untuk sekadar berjalan melewati jalan-jalan panjang di Dragon’s Dogma 2 karena opsi fast-travel terbatas ini hingga kami cukup yakin bahwa kami bisa memangkas waktu gameplay kami sebanyak 5-8 jam dari total permainan 53 jam atas nama True Ending untuk review kali ini jika saja opsi Fast-travel tersedia seperti kebanyakan game modern yang lain. Capcom terlalu percaya diri dengan komentar fast-travel mereka ketika eksistensi Dragon’s Dogma 2 justru mempertegas alasan mengapa fungsi ini dibutuhkan di game RPG seperti ini. Keterbatasan resource fast-travel di game ini justru terkesan “dipaksakan” agar Dragon’s Dogma 2 yang hanya menyediakan hanya dua buah kota utama dan dunia yang kecil, bisa dinikmati lebih panjang.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…