Review Wuthering Waves: Penuh Pasang dan Surut!

Siapa yang akan meruntuhkan dominasi Genshin Impact di genre open-world free to play berbasis monetisasi gacha? Ini mungkin pertanyaan yang sudah berputar selama setidaknya dua tahun terakhir. Dengan popularitas yang masih tidak tergantikan, menjadi sebuah kepuasan psikologis sendiri untuk menantikan dan menunggu beragam game yang dianggap sebagai “kuda hitam” yang akan bisa berhasil nantinya, apalagi jika kita sudah melihat beragam trailer dan screenshot yang menjanjikan. Salah satu judul yang digadang akan mampu mencapai tugas “mustahil” tersebut adalah Wuthering Waves, sebuah game bercita rasa serupa dari Kuro Games. Sempat membangun hype super tinggi, ia akhirnya tersedia di pasaran.
Dibangun dengan Unreal Engine sebagai basis, presentasi yang disajikan lewat ragam trailer, baik pengenalan karakter atau sekadar mekanik yang sempat dilemparkan oleh Kuro Games memang memesona. Ia cukup untuk membangun rasa penasaran tinggi soal apa yang tengah “dimasak” di sana, apalagi dari sisi cerita dan mekanik gameplay yang ia usung. Apalagi atas nama bersaing dengan game-game gacha serupa yang sudah tersedia di pasaran, mereka juga langsung meluncurkan kampanye untuk memberikan begitu banyak resource dan reward di awal. Ini tentu saja jadi pemicu ketertarikan yang solid.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Wuthering Waves? Mengapa kami menyebutnya sebagai game penuh pasang dan surut? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Sebelum kita terjun lebih dalam ke dalam plot yang diusung, kita harus membicarakan satu masalah besar yang mengitari Wuthering Waves, yakni istilah. Entah atas alasan ingin tampil keren atau memang sesuatu yang mungkin dianggap esensial oleh Kuro Games, game yang satu ini benar-benar dibanjiri dengan begitu banyak istilah asing nan absurd yang butuh waktu untuk dipahami sebelum mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh tiap karakter yang ada. Berita buruknya? Mereka terus mencecar Anda dengan istilah-istilah ini sejak menit pertama. Kita bicara soal game yang memutuskan untuk menamakan monster mereka sebagai “Tacet Discord”.
Cerita berkutat pada sebuah dunia bernama Solaris-3 yang tentu saja dibagi menjadi beberapa wilayah besar berbeda yang harus berhadapan dengan sebuah bencana katastropik bernama The Lament. Bencana ini kemudian tidak hanya menghancurkan dunia saja, tetapi juga menciptakan begitu banyak monster misterius bernama Tacet Discords yang tersebar begitu saja, lengkap dengan versi lebih superior yang tentu saja tidak mudah untuk ditundukkan. Anda akan berperan sebagai sebuah entitas misterius bernama Rover yang tiba di dunia ini tanpa ingatan.


Maka seperti game gacha serupa di pasaran, Anda tentu tidak akan mendaptkan kelengkapan dan konklusi cerita dari Wuthering Waves langsung di sini. Berkaca pada konten 1.1 yang terakhir kami jajal untuk review ini, plot dan konflik masih berkisar pada satu kota besar bernama Jinzhou dengan Magistrate pelindung mereka – Jinhsi. Hilangnya sang entitas pelindung “Sentinel” bernama Jue menghasilkan konsekuensi yang menyeramkan, yang juga membuat Rover berujung bertemu dengan beberapa organisasi dan pihak dengan agenda berbeda-beda, termasuk Fractsidus yang jelas ingin memicu event Lament yang baru. Identitas Rover pun terbuka sebagai seorang “Arbiter” yang sepertinya punya peran jauh lebih signifikan di Solaris-3 itu sendiri.
Tentu saja, konklusi dari semua cerita yang sudah dibangun di awal rilis ini sendiri tidak punya kepastian akan terbayar manis seperti game-game live-service gacha pada umumnya, dengan minimnya konfirmasi juga soal tenggat waktu yang ingin dicapai Kuro Games untuk menyelesaikannya hingga akhir. Lantas seperti apa kisah Rover selanjutnya di lebih banyak region Solaris-3? Anda harus konsisten memainkan Wuthering Waves untuk mendapatkan jawabannya.