NostalGame: Crash Bandicoot
Apa yang Kami Sukai Dari Crash Bandicoot?
Tornado Spin

Sebagian besar dari kita yang tumbuh besar dengan film animasi dari Looney Tunes tentu saja sempat menjadikan sosok Tasmanian Devil sebagai salah satu karakter favorit. Sedikit gila, punya kemampuan untuk bergerak cepat dengan berputar menjadi tornado, dan sempat tampil dalam video game NES, sosok ini jugalah yang membuat kami pribadi, merasa mudah membangun keterikatan emosional dengan Crash Bandicoot ketika pertama kali mencicipinya. Fakta bahwa Crash juga menjadikan gerakan yang serupa untuk menyingkirkan setiap ancaman yang temui langsung membuat kami jatuh hati. Menariknya lagi? Tidak seperti game platformer biasa yang sekedar menghilangkan musuh yang kalah begitu saja, serangan Tornado Crash membuat musuh melayang dan membuka kemungkinan lahirnya sebuah reaksi berantai.
Death Animation

Kematian adalah sesuatu yang menakutkan, tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di video game. Menjadi salah satu sumber frustrasi terbesar genre platformer, Naughty Dog memutuskan untuk menjadikan momen ini tidak terlalu menakutkan lewat serangkaian animasi kematian yang dimiliki Crash. Di seri original ini, jumlahnya sendiri memang tidak banyak, namun di masa lalu, cukup untuk membuat sedikit gelak tawa terpancing. Tidak hanya sekedar terbaring lemas dan mati “damai” seperti game-game platformer ikonik lainnya, beberapa animasi dihadirkan layaknya film kartun atau komik, dimana tubuh Crash terkadang hancur bersisakan sekedar mata atau bahkan sepatu saja. Sesuatu yang terasa cukup menyegarkan di kala itu.
Music
Gameplay yang menyenangkan dan menantang mungkin menjadi kekuatan utama Crash Bandicoot, namun musiklah yang menjadi salah satu bumbu terbaik yang menjadikannya kian sempurna. Musik diracik dengan sangat tepat, menciptakan atmosfer yang dibutuhkan sesuai dengan level yang Anda temui. Bunyi gendang dan musik-musik tribal yang menguatkan kesan hutan, apalagi ketika Anda ditemani si pelindung utama – Aku Aku, misalnya. Musik yang ditawarkan memang tidak terasa menghentak atau membuat adrenalin Anda terpacu kencang, namun cukup untuk memberikan kesan bahwa Anda tengah berpetualang di tempat yang tepat.
High Risk, High Gain

Secara kasat amta, Crash Bandicoot mungkin terlihat sebagai game yang menyenangkan, namun inti gameplaynya sendiri cukup menantang. Salah satu yang membuatnya tampil cukup sulit adalah fakta bahwa ia tidak banyak memberikan kesempatan kedua bagi Anda untuk bertahan hidup. Berbeda dengan Sonic yang memiliki koin, Mario dengan jamur, atau Lomax dengan topinya, satu-satunya hidup kedua Crash Bandicoot hanyalah mengandalkan si pelindung Aku-Aku yang terhitung tidak mudah ditemukan. Dikombinasikan dengan beberapa desain level yang menempatkan kotak-kotak berharga, terutama berisi 1UP, di posisi yang sulit, Crash Bandicoot senantiasa membawa resiko ke tingkat tertinggi. Berhasil atau mati? Anehnya lagi, walaupun Anda sudah berkali-kali mati di tempat yang sama, ada dorongan untuk terus mencoba hingga berhasil.
Variasi Tantangan

Game platformer memang wajib menyediakan varian musuh yang banyak, setidaknya untuk memasitkan bahwa setiap desain area yang ditawarkan memang terkesan memiliki “ekosistem” ancamanya sendiri. Hal yang sama juga terjadi di Crash Bandicoot ini. Sebagian besar musuh yang Anda hadapi memang bisa dihancurkan dengan ekstra putaran Tornado, namun tidak sedikit juga yang menuntut ekstra kerja keras dan metode tertentu. Ekstra tantangan tidak hanya datang dari desain musuh, tetapi juga variasi musuh yang diusung. Tidak hanya sekedar bergerak melompat dari satu platform ke platformer lain, ada misi yang meminta Anda untuk lari dari sebuah batu besar yang berguling atau sekedar mengendari badak yang berlari kencang tanpa henti. Cukup untuk menghindarkan kita dari sensasi gameplay yang monoton.