NostalGame: The Legend of Dragoon
Berbeda dengan sebagian besar publisher dan developer saat ini yang begitu terpaku untuk “memeras” franchise-franchise andalannya secara berulang, industri game sempat berjalan dengan pola yang berbeda di masa lalu. Salah satu contohnya? Ketika Playstation berjaya dan mendominasi persaingan di masa lalu. Alih-alih terperangkap pada pola pikir yang tertutup, banyak developer yang tidak segan untuk menjajal dan mengembangkan ragam ide baru untuk masuk ke dalam pasar yang masih terbuka luas. Tidak mengherankan jika kita terus menemukan judul-judul baru yang fantastis, bahkan cukup untuk “menumbangkan” dominasi beberapa franchise yang sudah membangun pondasi awal terlebih dahulu. Salah satu yang cukup memorable bagi para penggemar JRPG? Tentu saja sang legenda – The Legend of Dragoon.
Dirilis untuk Playstation di tahun 2000 silam, The Legend of Dragoon berhasil mencapai kesuksesan yang luar biasa. Banyak yang jatuh cinta dengan konsep dan jalinan cerita yang ia usung, namun sebagian besar gamer pasti terpesona pada keunggulan visualisasi dan engine game yang dikembangkan oleh Sony Computer Entertainment ini sendiri. Di tengah popularitas Final Fantasy VIII yang menjadi standar tinggi di kala itu, The Legend of Dragoon menawarkan sebuah kualitas yang bahkan di mata banyak gamer, mampu menarik perhatian. Tidak hanya pada level yang sama, beberapa gamer bahkan tidak ragu memosisikan Legend of Dragoon sebagai seri yang lebih baik daripada mahakarya Squaresoft tersebut. Sebuah klaim dengan argumentasi yang memang berdasar.
Hampir 13 tahun sejak menjajal game ini untuk pertama kalinya di masa Playstation dulu, kesempatan untuk bernostalgia dengan game ini akhirnya hadir, apalagi dengan vakumnya game-game baru selama dua minggu pertama di awal tahun 2013 ini. Seolah membuka kapsul waktu yang sudah lama terkubur, semua memori menyenangkan dan menyedihkan yang berputar di sekitar seri klasik ini mulai bermunculan kembali. Anda termasuk gamer yang pernah jatuh cinta dengan masterpiece ini dulu ini? Bergabunglah dengan nostalgia kami!
Plot dan Gameplay

Sisa perang puluhan ribu tahun yang lalu, perselisihan abadi antara Winglies dan Dragoon dan efeknya terhadap eksistensi umat manusia ternyata terus bertahan dan mempengaruhi hidup sang karakter utama yang kita gunakan – Dart. Dibuka dengan adegan diculiknya sang teman masa kecil – Shana dan hancurnya desa masa kecil mereka – Seles, perjuangan Dart untuk menyelamatkannya menjadi awal dari sebuah takdir yang jauh lebih besar. Bertemu dengan Lavitz, seorang Knight dari Basil, Dart terlibat dalam perang Serdian. Diminta oleh King Albert untuk melindungi kota Hoax, Dart yang terdesak oleh kekuatan Giganto bernama Kongol akhirnya menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Di bawah bimbingan Rose – wanita yang menyelamatkan nyawanya di awal permainan, Dart mempelajari bahwa dirinya adalah seorang Dragoon, ras khusus yang diberikan kekuatan untuk mengendalikan naga di masa lalu.




Namun perjalanan Dart masih jauh dari berakhir. Pertemuannya dengan Llyod, petarung yang disebut-sebut sebagai jago pedang terbaik di seluruh Endiness membuat hidup Dart berubah. Menemukan bahwa Llyod merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab atas penculikan Shana di masa lalu, dan menjadi manipulator dari perang Serdian itu sendiri, Dart ternyata masih harus berhadapan dengan serangkaian misteri yang mengitari karakter yang memainkan peranan krusial ini. Tangan kanan Emperor Diaz ini tidak hanya berhasil mendapatkan kekuatan Dragoon terkuat, tetapi juga berhasil memiliki Dragon Buster, sebuah pedang yang dapat dengan mudah membunuh dan mengalahkan Dragoon manapun. Perjalanan Dart dan teman-teman yang ikut bergabung di sepanjang cerita akhirnya perlahan namun pasti, membuka rencana jahat Diaz dan jati diri Llyod yang sebenarnya. Tak ubahnya sebuah siklus, takdir perang yang sudah berlalu puluhan ribu tahun yang lalu seolah menemukan cara untuk berulang kembali. Perjuangan untuk menyelamatkan Endiness pun dimulai.
Seperti sebagian besar game JRPG di masa lalu, The Legend of Dragoon menjadikan turn-based RPG sebagai inti gameplay yang paling utama. Anda harus menyerang bergantian, sembari menjaga agar kondisi para karakter untuk tetap “fit” dan mampu bertarung secara efektif dan efisien. Pilihan bertahan juga dihadirkan, tidak hanya untuk meminimalisir damage yang diterima, tetapi juga menyembuhkan sedikit porsi HP yang ada. Legend of Dragoon juga memuat salah satu mekanisme battle yang terhitung unik di kala itu, dengan menggabungkan ritme di dalam setiap serangan. Tidak hanya sekedar menekan tombol serangan dan memerhatikan animasi, gamer harus menekan tombol secara tepat untuk memunculkan serangan lebih kuat. Fitur yang disebut sebagai Addition ini juga menyuntikkan sistem counter yang akan sangat menentukan keberhasilan serangan. Sementara sebagian besar sistem lain tetap mengadaptasikan sistem populer JRPG konvesional yang tentu tidak asing lagi.


Keunikan lainnya hadir dari kemampuan para karakter utama untuk bergonta-ganti wujud menjadi Dragoon dengan dua serangan utama: Dragon Attack dan Dragon Magic. Gamer hanya perlu memastikan sang karakter sudah memiliki Dragon Spirit yang mewakili elemennya dan memenuhi bar Dragoon yang ada. Bar dapat dipenuhi dengan mengumpulkan SP yang didapatkan dari setiap serangan Addition yang berhasil mengenai musuh. Selain resistance pada damage yang lebih besar, wujud Dragoon tentu menjanjikan damage yang lebih besar. Sistem elemen juga memainkan peranan super penting di Legend of Dragoon. Elemen yang saling berlawanan akan menghasilkan damage yang lebih besar dan sebaliknya. Oleh karena itu, wujud Dragoon tidak selalu menjamin pertarungan akan berjalan dengan mudah. Limitasi waktu juga menjadi masalah tersendiri.
Keunikan di sisi gameplay inilah yang memosisikan Legend of Dragoon sebagai satu dari sedikit game JRPG inovatif di kala itu, dan tentu saja membuatnya jauh lebih memorable.