NostalGame: Red Alert 2 – Yuri’s Revenge

Reading time:
September 18, 2015

Apa yang Kami Benci Dari Red Alert 2: Yuri’s Revenge?

Resource Sulit

Dikit-dikit resource, dikit-dikit resource. Resource kok, dikit-dikit?
Dikit-dikit resource, dikit-dikit resource. Resource kok, dikit-dikit?

Red Alert 2 bukanlah game yang mudah untuk ditundukkan begitu saja, apalagi jika Anda seringkali menghabiskan waktu dengan mode Skirmish-nya yang memang adiktif. Terlepas dari begitu banyak peta yang bisa Anda pilih sejak awal, resources tetap jadi masalah paling pelik di sebagian besar arena pertempuran ini. Anda memang bisa mengumpulkan banyak resource sekaligus dengan membangun lebih banyak Ore Refinery. Namun di beberapa peta dimana sumber uang ini terpencar dalam jumlah kecil, ini bisa menimbulkan masalah tersendiri. Penempatan sumber Ore dan jumlah yang ditawarkan ini memang menyebalkan. Tidak ada yang lebih buruk selain menemukan bahwa proyek pembangunan Nuklir Anda harus terseok-seok hanya karena mobil pencari resource Anda tengah sibuk menambang di tempat yang begitu jauh.

Desolator

desolator
F this guy..

Berapa banyak dari Anda yang selalu memerhatikan kemana pasukan Anda bergerak ketika Anda meminta mereka pindah ke titik tertentu via minimap? Sebagian besar dari kita tampaknya tidak melakukan itu. Dengan kemampuan multi tasking yang tentu tak sebanding dengan pemain professional, kita biasanya akan langsung “pulang” mengurus markas, membangun apa yang bisa dibangun, dan memastikan backup pasukan dan tank tersedia sembari membiarkan pasukan yang sudah kita tugaskan tadi, bergerak sendiri ke tempat tujuan. Begitu tiba, kita baru berganti fokus perhatian. Dan tidak ada yang lebih menyebalkan ketika suara “Unit attacked” yang Anda hiraukan beberapa kali tersebut ternyata fatal. Ketika Anda kembali melihat kondisi mereka, semua pasukan infanteri Anda rata dan tank sudah mengalami damage besar yang mengharuskan mereka segera masuk ke Service Depot untuk selamat. Rasa penasaran Anda akhirnya terjawab ketika tanah yang seharusnya indah dan bersih tersebut berakhir berwarna hijau dengan Desolator yang tengah memompa semua benda beracun tersebut dalam area yang luas. Tidak ada yang lebih menyebalkan selain harus berhadapan dengan kondisi seperti ini, apalagi jika Anda termasuk gamer yang mengandalkan pasukan infanteri untuk menang.

Film Live-Action Super Cheesy!

Dulu terlihat garang. Sekarang seperti tengah melewati proses kemoterapi yang sulit.
Dulu terlihat garang. Sekarang seperti tengah melewati proses kemoterapi yang sulit.

Apakah bisa disebut sebagai kekurangan? Mungkin, karena bahkan untuk standar tahun awal 2000-an pun, film live-action yang dijadikan Westwood sebagai jembatan cerita di campaign Red Alert 2 memang terhitung norak. Seperti sebuah film berbudget sangat rendah, kualitas akting, setting, hingga dialog yang dimuat sebenarnya bisa dibilang, hampir mustahil. Berusaha mencari pembenaran dan logika di dalam film-film ini justru akan membuat Anda semakin bertanya-tanya dan bingung, bagaimana segala sesuatunya bisa terjadi. Seperti ketika salah satu mata-mata Soviet yang entah bagaimana caranya, bisa menghubungi markas ketika ia tengah ditawan, dengan kualitas audio dan video yang jelas pula. Walaupun demikian, harus diakui, film-film live action “sampah” ini telah berubah jadi identitas yang tidak bisa dipisahkan dari Red Alert itu sendiri, bahkan hingga ke seri ketiganya.

Engineer terlalu Over-Powered

Kill'em all!
Kill’em all!

Sebagai sebuah game strategi, Red Alert 2 tentu akan mendorong Anda untuk berkreasi dengan segudang strategi yang bisa ditempuh, apalagi dengan beragam unit yang bisa digabung dan dikombinasikan dalam satu grup yang sama. Namun apa sebenarnya strategi yang paling overpowered di game ini? Dari semua uji coba kami memainkan game ini setelah lebih dari 14 tahun vakum, strategi menyerbu markas dengan lusinan Engineer yang masuk ke dalam kendaraan tertentu, bisa dibilang yang paling efektif dan menyeramkan. Sedikit saja Anda punya celah di markas yang tidak dilindungi, maka Anda bisa mengucapkan selamat tinggal pada apapun yang Anda miliki secara instan. Para engineer yang berhasil “selamat” dan menyebar dari kendaraan tersebut akan langsung masuk ke dalam semua markas terdekat, mengambil alih, dan menjualnya secara instan. Berita buruknya? Tak ada waktu cooldown untuk proses pengambilalihan ini. Total nightmare..

Build Cepat? Antri!

Budayakan mengantri..
Budayakan mengantri..

Tanda tanya besar dan sulit untuk dimengerti, dua kesan inilah yang mungkin muncul karena pilihan mekanisme gameplay yang ditawarkan Westwood di Red Alert 2. Dengan mengorbankan lebih banyak resource dan menjadikannya sebagai prioritas dibandingkan beragam pasukan untuk menyerang atau sekedar sistem bertahan, user seharusnya mendapatkan “reward” sepadan ketika membangun lebih banyak bangunan produksi. Secara logika, dua Barracks berarti dua tempat melatih pasukan, dua kali lebih cepat mengeluarkan unit serang dalam frekuensi yang lebih tinggi. Namun tidak di Red Alert. Terlepas dari berapa banyak pun bangunan produksi yang Anda buat (kecuali Ore Refinery), Anda tetap harus berhadapan dengan kondisi bahwa Anda seolah-olah hanya memiliki satu. Ini berarti, unit banyak tetap harus lewat proses antri. Antrilah di loket, untuk dapat tiket..

No Auto-Attack

Terlalu cinta damai, pasukan Anda bisa tak membalas tembakan dan hanya menunggu mati jika tidak diarahkan.
Terlalu cinta damai, pasukan Anda bisa tak membalas tembakan dan hanya menunggu mati jika tidak diarahkan.

Sebagian besar dari kita tidak punya kapasitas otak dan kewaspadaan yang cukup untuk memerhatikan peta sebaik mungkin, menilai potensi ancaman yang datang, dan bereaksi cepat akan hal tersebut. Terkadang, otak kita lebih banyak disibukkan dengan hal remeh temeh yang mengalihkan perhatian, seperti mempersiapkan resource untuk membangun Superweapon, misalnya. Untuk memastikan diri bisa bertahan, kita terkadang menempatkan sejumlah pasukan di titik tertentu, dan berharap mereka bisa mempertahankan jalur yang ada. Namun di Red Alert 2, tindakan seperti ini bisa berujung lebih banyak sakit hati daripada puas. Sistem auto-attack Red Alert 2 boleh dibilang sebagai yang paling buruk. Anggota pasukan terdekat, tank ataupun infanteri terkadang tidak bereaksi sama sekali ketika salah satu tank di jarak yang sangat dekat tengah diserbu musuh. Anda harus memerintahkan mereka secara manual, itupun jika Anda sadar, sebelum Anda berakhir melihat tanah yang dulunya berisi puluhan pasukan Anda yang siap menyerang, tiba-tiba kosong melompong tanpa jejak.

Sensasi Setelah Memainkannya Kembali

nuclear effect
Ada dua alasan utama untuk mencicipi game ini kembali: memuaskan rasa nostalgia bagi mereka yang sempat mencicipinya dan memberikan sedikit sensasi klasik dan bukti mengapa Westwood begitu dicintai di masa lalu bagi mereka yang belum pernah menjajal Red Alert 2: Yuri’s Revenge sebelumnya.

Rasa kerinduan yang mendalam, apalagi mengingat berapa banyak yang sempat kami habiskan di masa lalu dengan game ini membuat pengalaman bermain kembali Red Alert 2: Yuri’s Revenge terasa menyenangkan. Ada beberapa hal yang sangat  memorable, seperti ketika mendengar voice acts para pasukan Soviet atau ketika mendengar Hell March kembali setelah begitu lama langsung dari in-game Red Alert 2 itu sendiri.

Kami seolah terlempar kembali di awal tahun 2000-an, dimana Red Alert 2 juga jadi salah satu game LAN yang terus membuat kami sibuk bolak-balik ke warnet dan bertanding dengan teman-teman sebaya di kala itu. Walaupun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa ada begitu banyak hal yang juga terasa mengejutkan dan tak teringat lagi. Seperti strategi Engineer yang tidak pernah kami prediksi akan muncul, atau runtut bangunan seperti apa yang harus Anda bangun untuk memastikan kekuatan militer yang lebih optimal. Dan untuk alasan yang tidak jelas, terlepas dari kemampuan mereka yang tetap keren, sosok Yuri sendiri tidak lagi sekeren yang kami ingat. Di masa itu, bahkan di dalam bagian film noraknya sekalipun, Yuri dengan helm anehnya benar-benar terlihat mengancam. Sekarang? Layak ditertawarkan.

Walaupun demikian, Red Alert 2: Yuri’s Revenge bukanlah game yang bisa dibilang menua dengan baik. Ada banyak mekanisme permainan yang sudah terlalu usang untuk lagi dinikmati, apalagi dengan beberapa proyek yang lahir setelahnya hadir dengan perbaikan mendasar soal hal itu, seperti soal membangun unit dari beragam bangunan, misalnya.

Keluhan lain adalah pada kecepatan permainan yang tampaknya menyesuaikan diri pada kecepatan performa PC Anda. Dengan performa yang sudah naik berkali-kali lipat dibandingkan 14 tahun yang lalu, kecepatan di angka “5” saja sudah cukup untuk membuat Anda kalang kabut melawan AI yang tampaknya, dengan mudahnya membangun banyak pasukan dan bangunan secara instan. Sayangnya, Anda juga tidak akan bisa memainkan game ini di resolusi 1080p tanpa memodifikasi file .ini yang disertakan dalam folder juga. EA sendiri tampaknya tidak menyediakan dukungan lebih lanjut pada Red Alert 2: Yuri’s Revenge untuk memastikannya bisa dinikmati oleh gamer yang ingin mencicipinya saat ini.

Ada dua alasan utama untuk mencicipi game ini kembali: memuaskan rasa nostalgia bagi mereka yang sempat mencicipinya dan memberikan sedikit sensasi klasik dan bukti mengapa Westwood begitu dicintai di masa lalu bagi mereka yang belum pernah menjajal Red Alert 2: Yuri’s Revenge sebelumnya.

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…