JagatPlay: Game of the Year 2015
Best Trailer Announcement for 2016 Release: Dishonored 2
Hype adalah kata kunci untuk “memenangkan” pertarungan antara game-game raksasa lebih awal, bahkan sebelum proyek tersebut dirilis dan bisa dicicipi oleh game secara langsung. Tidak ada lagi yang lebih efektif melakukan tugas tersebut selain merilis trailer yang ada, terlepas apakah ia berakhir diambil dari in-game engine ataukah sekedar trailer CGI untuk menangkap atmosfer atau karakter seperti apa yang ia tawarkan. Pengumuman yang dilemparkan Bethesda di panggung E3 2015 mereka sendiri beberapa bulan yang lalu akhirnya memperlihatkan wujud pertama Dishonored 2, waluapun masih dalam bentuk CGI trailer tanpa gameplay. Namun kita semuanya tampaknya harus setuju, trailer tersebut melakukan tugas yang sangat baik untuk menantikan proyek ini tahun 2016 mendatang. Eksekusi karakter yang memperlihatkan serangkaian aksi yang tak bisa dilakukan Corvo di seri pertama dengan dunia Steampunk yang semakin kentara membuat antisipasi berada di titik tertinggi. Sebuah trailer yang diracik dengan begitu baik.
Best Female Character: Yennefer of Vengerberg

Tak ada alasan untuk tidak jatuh hati dengan Yennefer – penyihir super kuat yang juga menjadi cinta abadi Geralt – karakter utama yang kita gunakan di The Witcher 3. Ia merepresentasikan sosok wanita yang nyaris “sempurna”. Wajah yang menawan, desain tubuh yang menggoda, otak yang cerdas, kemampuan magis super kuat, sikap yang tak mudah dikendalikan orang lain, namun di sisi lain – tetap memperlihatkan kelembutan yang unik setiap kali berhadapan dengan Geralt. Yang membuatnya menarik? Bahwa CD Projekt masih bisa merancangnya sebagai seorang karakter wanita yang natural. Wanita yang bisa cemburu ketika pria yang ia cintai memperlihatkan kedekatan dengan wanita lain, wanita yang juga bisa ragu dan butuh arahan, namun di sisi lain, wanita yang mampu berdiri di atas dua kakinya sederhana. Sulit untuk tidak jatuh hati dengan karakter wanita yang satu ini.
Best Action-Adventure: Metal Gear Solid V – The Phantom Pain

Gila adalah kata yang tepat untuk mendeksripsikan MGS V: The Phantom Pain dari Hideo Kojima. Seberapa sering Anda mendengar dan melihat bahwa ada satu developer yang tak takut untuk membongkar dan meracik ulang semua yang diketahui gamer soal franchise populer yang mereka miliki dan membangunnya kembali di seri terbaru dengan cita rasa yang benar-benar berbeda. Hal inilah yang terjadi di MGS V: TPP. Kojima “membuang” cita rasa cutscene berlebih yang seolah sudah jadi identitas franchisenya selama ini, membuang konsep gameplay linear dan mengubahnya jadi game open-world yang adiktif, hingga melempar sebuah plot twist yang tak pernah diprediksi sebelumnya. Hasilnya? Sebuah game open-world action adventure yang siap untuk membuat Anda menghabiskan waktu ekstra ratusan jam tanpa terasa. Sebuah game “open-world” sesungguhnya yang memungkinkan Anda untuk menjajal dan bereksperimen dengan senjata, buddy, ataupun kendaraan apapun yang menurut Anda bisa efektif. Tak ada metode pasti, semuanya berada di tangan Anda.
Best Platformer: Ori and the Blind Forest

Dari permukaan, ia terlihat seperti sebuah game anak-anak yang didasarkan pada cerita dongeng yang mungkin didesain untuk membuat mereka cepat tertidur di kala malam. Namun begitu Anda menjajalnya untuk pertama kali, Anda akan tahu bahwa Ori and the Blind Forest hadir dengan daya tarik yang benar-benar bertolak belakang. “Gambar anak-anak” yang ia tawarkan ternyata masih berhasil membangun sebuah pondasi cerita yang emosional , yang bahkan sudah mampu membuat Anda terserap hanya di beberapa puluh menit awal permainan. Ketika mulai masuk ke gameplay, tak ada satupun elemen yang akan membuat Anda merasa bahwa game ini bisa dimainkan oleh anak-anak. Mengapa? Karena orang dewasa seperti Anda dan kami sekalipun bisa marah dan frustrasi karena game yang satu ini. Begitu banyak kekuatan untuk diperhatikan, platforming yang sulit dan butuh aksi yang efektif dan efisien, pertarungan melawan boss yang juga tak mudah, membuat game ini benar-benar tak sekedar soal melompat di sana-sini dan berujung menang. Ada tantangan besar yang harus Anda taklukkan di game yang satu ini.
Best FPS: Call of Duty – Black Ops 3

Agak sedikit aneh memang bahwa sebuah game yang dirilis setiap tahunnya bisa berakhir menjadi game shooter terbaik JagatPlay tahun ini. Anda mungkin berpikir bahwa kami sudah gila untuk memilih COD: Black Ops 3 sebagai game shooter terbaik tahun ini. Namun biarkan kami memberikan sedikit pencerahan soal alasan yang mendasarinya. Pertama, terlepas dari nama Call of Duty yang ia usung, ia menawarkan sebuah elemen cerita futuristik yang belum pernah ditempuh franchise ini sebelumnya. Dengan ragam kekuatan dan kebebasan untuk memilih metode menyelesaikan setiap tantangan yang ada, ia cukup terasa berbeda. Kedua? Bahwa ia menawarkan banyak mode untuk jadi pilihan di sini, dari zombie, coop multiplayer, hingga multiplayer kompetitif yang terasa lebih nyaman dan seru untuk dikuasai dibandingkan Ghost atauupun Advanced Warfare. Eksekusi beragam elemen yang ditawarkan inilah yang jadi daya tarik tersendiri untuk harga yang tetap ditawarkan di harga penuh sebuah game AAA. Punya banyak opsi, lebih baik daripada tak punya opsi sama sekali.