JagatPlay NgeRacau: Kojima, Kok Sony Sih? Benci Aku!
Sony adalah Pilihan Tepat

Ingat, gua enggak pernah jadi fanboy (oke, kalau urusan Kojima gua mungkin rada bias), tapi dari pendapat gua pribadi, enggak ada lagi publisher yang lebih cocok buat megang dan nyalurin kreativitas di otak Hideo Kojima selain Sony. Oke, gua akan ngasih beberapa alasan:
Pertama, dua-duanya punya tabiat yang sama. Sony , termasuk juga Nintendo di dalamnya, bisa dibilang jadi dua publisher raksasa sekarang yang enggak pernah yang namanya “dikejar waktu” atau “target”. Enggak pernah ada berita kalau kedua publisher ini langsung ngelemparin game yang belum rampung semata-mata buat ngejar deadline dan keuntungan. Mereka bisa dibilang selalu ngebiarin developer yang mereka tangani buat ngambil waktu sebanyak mungkin yang mereka butuhin buat ngewujudin visi yang ada. Tekanan ada, tapi rendah. Setidaknya enggak ada paksaan kalau mereka harus ngelempar sebuah produk di tenggat waktu yang udah ditentuin sama atasan. UHUK! The Last Guardian UHUK!
Dan ini, sejalan dengan apa yang kita kenal dari Hideo Kojima. Ada alasan kenapa Kojima itu dicintai sama para fansnya. Enggak cuman karena kemampuan buat ngeracik game super sinematik yang cakep banget, tetapi juga lewat kemampuan dia buat ngelemparin detail-detail yang keren di dalam game yang dia racik. Kojima selalu butuh waktu lama buat ngedevelop sebuah game, namun dibayar dengan kualitas game yang akan selalu memorable. Tapi di tangan Konami? Apalagi dengan kasus Episode 51 yang cuman keluar sebagai konten ekstra blu-ray padahal punya potensi jadi arc cerita yang bagus, Kojima kayaknya cukup punya tekanan buat ngerampungin apa yang ia visikan secepat mungkin, kayak dikejar-kejar gitu. Ketika di Sony, yang juga punya supply dana besar, setidaknya Kojima bisa nikmatin waktu dan ngelakuin apa yang dia butuhin secara maksimal. Setidaknya, di atas kertas.

Kedua dan yang jadi alasan paling utama? Karena Sony dan Kojima itu bukan lagi orang asing. Dan gua rasa, Kojima sendiri memang dekat dengan banyak petinggi Sony. Lu bisa lihat ekspresi wajah Andrew House waktu ngumumin kedatangan Kojima dengan senyum yang begitu lebar dan excited. Kojima punya sejarah panjang dengan Playstation sebagai konsol andalan Metal Gear Solid dan Zone of Enders. Cowok yang ternyata udah berumur 50-an tahun ini jadi tonggak sejarah tersendiri setiap kali sebuah seri Playstation baru keluar ke pasaran. Kojima jugalah yang ngedorong implementasi teknologi yang ditawarkan Sony di setiap versi Playstation terbaru, semakin jauh dan jauh. Dan gua pribadi yakin, enggak ada lagi “rumah kedua”yang lebih baik.
Tanpa MGS? Tanpa ZOE? Ini Dia yang Kita Tunggu!

Kepindahan dari Konami juga menyisakan satu berita yang kalau dilihat lewat sudut pandang yang tepat, seharusnya kita rayaiin. Kojima sekarang udah enggak berhak buat nanganin lagi franchise-franchise rakasasa yang udah besarin namanya, karena semuanya masih terdaftar sebagai IP milik Konami. Kecuali Konami sudah gila dan ngasih hak franchise ini ke Kojima, which is hampir enggak mungkin, Kojima enggak akan lagi yang namanya “terjebak” dengan Metal Gear Solid atau Zone of Enders, atau apapun franchise yang sempat dia buat di masa lalu. Kojima Productions yang baru, kerjasama dengan Sony, adalah satu langkah awal untuk momen yang udah kita tunggu banget: Kojima dan sebuah judul game baru.
Potensinya juga besar banget. Bayangin apa yang bisa dia capai, apalagi dengan Del Toro yang selama ini terus ngungkapin rasa kepengennya buat ngelanjutin “Silent Hills”, di bawah bendera Sony. Proyek raksasa dengan banyak nama besar itu kini “hidup kembali”, harapannya ada walaupun tak selalu bisa berakhir jadi kenyataan. Kojima kini juga lepas dari kekang Konami yang tentu pengen banget ngeeksploitasi franchise andalannya terus-menerus dan ngelahirin satu seri baru demi seri baru, terlepas apakah Kojimanya sendiri tertarik atau enggak. Berita baiknya? Dengan “rumah baru” ini, Kojima kini punya kebebasan buat mastiin apapun yang sudah lama ia visi dan misikan, sebuah proyek gila dan sejenisnya, terwujud di masa depan. Dan gua enggak bisa lagi lebih bahagia.
Tentu, enggak semua yang gua bicaraiin di atas pasti kenyataan. Tapi dari analisa dan kacamata gua pribadi yang selama ini mengagumi Hideo Kojima, terlepas dari fakta gua punya Playstation 4, bahwa keputusan dia buat keluar dari Konami dan bergabung dengan Sony adalah mimpi jadi kenyataan. Sesuatu yang gua pribadi harepin bisa berakhir menjadi Kojima Productions yang lebih berani, gila, inovatif, dengan proyek baru yang tak kalah mengejutkan di masa depan. Tentu juga, ini adalah pendapat gua secara pribadi dan gua sangat membuka diri untuk ngobrol lebih jauh via sesi komen di bawah untuk ngebahas masalah ini. Siapa tahu ada di luar sana, lu pada yang punya pendapat yang berbeda dan bisa ngasih argumen alternatif. Karena bisa jadi, gua yang salah di semua tulisan panjang ini.
Sementara buat gamer PC, terutama di Indonesia, yang ngebaca artikel ini sampai kalimat yang satu ini. Gua cuman bisa bilang, untuk enggak usah terlalu khawatir bahwa lu enggak akan bisa lagi nikmatin game-game Kojima di masa depan, apalagi kalau lu termasuk salah satu yang yang jatuh hati dengan MGS V. Mengapa? Karena status “console exclusive” yang dilemparkan Sony masih membuka peluang besar bahwa game ini tetap akan tiba di PC.

Never Be Game Over












