Menjajal Demo Legrand Legacy: RPG Indonesia yang Menjanjikan!
Lahir dari sebuah game yang hanya melibatkan pensil dan kertas, berkembang menjadi sebuah genre dengan basis fans fanatik, RPG memang punya daya tarik yang sulit ditolak di industri game. Yang lebih kerennya lagi? Ia selalu punya identitas yang unik dan berbeda ketika ditangani oleh developer Jepang dan Barat. Sebagian besar developer mendefinisikan RPG sebagai genre yang memungkinkan Anda untuk memilih takdir karakter Anda sendiri lewat rangkaian aksi dan konsekuensi yang harus dipikul. Sementara bagi RPG Jepang, terlepas dari konsep linear yang selalu ditawarkan, desain dunia, karakter, cerita, hingga monster yang mereka usung seringkali berakhir memesona dan mengejutkan di saat yang sama. Lantas, bagaimana dengan Indonesia itu sendiri?
Untuk urusan identitas, setidaknya dari satu atau dua RPG yang sempat kami jajal di masa lalu, developer Indonesia memang masih belum bisa menetapkan sau hal yang unik dan berbeda. Untuk menggaet pasar global yang lebih besar, sebagian besar mekanik mereka masih didasarkan pada salah satu kiblat tersebut, yang kemudian dipermak dan disempurnakan di beberapa titik. Mereka bahkan cukup untuk meninggalkan kesan familiar dan nostalgia, namun juga mampu menawarkan sesuatu yang berbeda di saat yang sama. Salah satu game RPG indonesia terbaru yang pantas untuk diantisipasi? Game “JRPG” dari developer asal Bandung, Tinker Games – Legrand Legacy.
Sempat bertarung di Steam Greenlight dan lolos, Legrand Legacy akhinya mulai menyiapkan pondasi mimpi mereka lewat program Kickstarter dengan angka pemenuhan yang tak terlalu besar. Sementara untungnya bagi kita? Mereka juga menyertakan sebuah demo singkat yang memberikan kesempatan bagi kita untuk tak hanya sekedar melihat visual seperti apa yang mereka tawarkan saja, tetapi juga mencicipi porsi gameplay yang cukup banyak di dalamnya.
Lantas, apa yang sebenanrnya ditawarkan oleh Legrand Legacy ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game RPG Indonesia yang cukup menjanjikan? Inilah impresi pertama kami dari demo pre-alpha yang mereka tawarkan.
Presentasi yang Manis
Bukan bermaksud meremehkan, namun kualitas visualisasi dan presentasi secara keseluruhan mungkin adalah dua hal yang tak pernah jadi prioritas menilai game-game developer Indonesia, terutama yang sempat kami cicipi di PC. Untuk game populer seperti Dreadout sekalipun misalnya, ia masih mengusung kualitas visual yang bahkan tak sepadan dengan game-game yang dirilis di generasi sebelumnya. Apakah lantas membuatnya tak bisa dinikmati? Tentu saja tidak demikian. Karena pada akhirnya adalah kemampuan si developer untuk memastikan keterbatasan tersebut masih mampu mengakomodasi atmosfer yang hendak mereka bangun. Namun ada satu hal yang membuat kami jatuh hati pada presentasi Legrand Legacy itu sendiri.
Bahwa presentasinya sendiri ternyata pantas diacungi jempol. Secara visual, ia mungkin tak terlihat memesona, namun pendekatan artistik yang diambil cukup untuk meninggalkan kesan bahwa Anda memang tengah berhadapan dengan sebuah game yang ditangani oleh tim professional. Desain karakter saja misalnya, mampu memperlihatkan cita rasa fantasi dari game-game JRPG yang selama ini Anda kenal dengan detail yang cukup baik. Namun satu hal yang membuat kami takjub adalah pada pendekatan dunia yang mereka tawarkan. Bahwa setting dunia yang Anda jelajahi terlihat seperti hasil gambar tangan dan artwork yang kemudian dipadupadankan dengan gameplay itu sendiri yang diisi dengan model tiga dimensi, setidaknya dari latar belakang yang ada. Pendekatan seperti ini meninggalkan sensasi yang lumayan unik, menarik, dan manis di saat yang sama. Ia cukup untuk menumbuhkan rasa penasaran bagaimana dunia-dunai lain di versi penuh nantinya akan berakhir di Legrand Legacy ini.
Elemen lain yang cukup mengejutkan? Musik. Jika dunia yang terlihat seperti gambar tangan pantas mendaptkan acungan jempol, maka pilihan dan alunan musik yang menemani beberapa momen awal demo ini juga sesuatu yang bahkan dipuji lebih tinggi. Ketika Anda mendengar musik tersebut mulai membahana, Anda akan langsung mengerti bahwa yang berada di depan mata Anda ini adalah sebuah produk komersial yang dikerjakan oleh tangan-tangan bertalenta. Bahwa mereka berjuang untuk mencapai kualitas JRPG yang bisa Anda antisipasi tanpa keraguan. Tak hanya sekedar membuat adrenalin Anda terpacu atau bulu kuduk Anda merinding saja, musik yang mereka bawa seolah memberikan kepastian bahwa petualangan ini bukan proyek “iseng”, sesuatu yang cukup membuat kami tersenyum lebar.
Walaupun Legrand Legacy adalah sebuah dunia fantasi yang tak mengaitkan diri sama sekali pada mitologi atau produk budaya Indonesia apapun, bukan berarti Tinker Games tak cukup “pintar” untuk menyuntikkan beberapa elemen kecil yang akan langsung membangun koneksi tertentu dengan gamer Indonesia yang mencicipinya. Sebagai contoh? Kelompok bandit yang akan Anda temui di demo ini, misalnya. Mereka disebut sebagai “Ram Pok”, dua kata asing yang di mata gamer luar mungkin terdengar begitu garang, unik, dan mudah diingat. Namun bagi kita, gamer Indonesia, kita tahu jelas bahwa itu adalah permainan kata dari “rampok” yang notabene menjelaskan posisi mereka sebagai bandit itu sendiri. Sebuah pendekatan yang cerdas dan menarik.
Sejauh ini dari urusan presentasi, manis adalah kata yang tepat untuk menjelaskan Legrand Legacy itu sendiri. Walaupun ada beberapa hal yang tak terasa terlalu cocok dengan selera kami seperti kualitas film CGI hingga desain ras berbasis singa dengan proporsi tubuh yang cukup aneh, namun pondasi untuknya terhitung solid. Pendekatan desain setting dengan artwork yang manis, desain karakter utama, hingga musik yang diusung membuatnya jadi proyek yang terlihat potensial. Setidaknya jelas, ini bukan karya “main-main”.