Review 1-2-Switch: Seharusnya Gratis!

Reading time:
March 15, 2017

Tech Demo?

Ini game yang mudah
Ini game yang mudah “menua” dan membosankan.

Dengan kombinasi 28 buah mini-game ini, 1-2 Switch ini memperlihatkan dengan maksimal kemampuan seperti apa yang bisa dihasilkan Joy-Con, dan mungkin saja, akan diimplementasikan sebagai salah satu fitur mekanik gameplay judul-judul eksklusif mereka di masa depan. Namun sayangnya, Anda bisa menyebut bahwa game seperti ini dengan sangat mudah berakhir “menua” dan membosankan. Mengapa? Karena kami termasuk salah satu gamer yang cukup tertarik untuk mencicipinya secara langsung ketika mendapatkan Switch di tangan.

Maka 1-2-Switch akan berakhir sebuah game party yang akan Anda nikmati dalam waktu setidaknya 1 jam, menguji semua mini-game yang ada, bersenang-senang dengan teman Anda, mengagumi teknologi Joy-Con yang fantastis terutama di beberapa mini-game, dan kemudian berakhir dilupakan. 1-2 Switch akan berakhir jadi game yang mungkin akan sering Anda mainkan jika Anda memang secara aktif bersosialisasi dengan lingkar teman yang sering berkumpul untuk waktu lama dan butuh media ekstra untuk bersenang-senang. Namun jika Anda seperti halnya kami, punya lingkungan pertemanan yang cukup tertutup, 1-2-Switch akan berakhir tak lebih jawaban untuk “Apa yang membuat Nintendo Switch keren?” ketika teman Anda bertanya.

Ia didesain untuk mengeksplorasi tiap sudut teknologi Joy-Con, dari gyro, accel, sensor jarak, hingga HD rumble.
Ia didesain untuk mengeksplorasi tiap sudut teknologi Joy-Con, dari gyro, accel, sensor jarak, hingga HD rumble.
Game-game tersebut melakukan
Game-game tersebut melakukan “tugasnya” dengan baik.

Dengan fakta bahwa ia didesain untuk tak lebih untuk mempertontonkan kemampuan Joy-Con dan sulit untuk bertahan sebagai sebuah game yang akan terus Anda cicipi karena mini-game yang akan terasa repetitif begitu Anda sudah menjajalnya berkali-kali. Kami juga sulit untuk membayangkan bahwa jika memang lingkungan pertemann Anda cukup luas dan aktif, bahwa teman Anda yang sudah mencicipi 1-2-Switch ini akan “rindu” untuk kembali menikmatinya dan bersaing dengan Anda ketika Anda bertemu lagi di suatu saat nanti. Hal seperti ini membuat kami mengambil sub-judul di atas, bahwa game ini sebenarnya tak lebih dari sekedar tech-demo yang seharusnya didistribusikan secara cuma-cuma.

Tidak Konsisten

Sayangnya, ia tak konsisten dari masalah pengkategorian.
Sayangnya, ia tak konsisten dari masalah pengkategorian.

Berita buruk lainnya? Desainnya sendiri tidak bisa terhitung konsisten untuk sebuah game yang menjadikan multiplayer sebagai fokus. Secara rasional, sebuah game multiplayer offline, bahkan yang menjadikan hardware sebagai pondasi pun, tentu akan dimainkan secara berulang-ulang, apalagi jika ia berakhir seru. Dengan 28 buah game yang bisa Anda pilih, maka tentu semua gamer yang mencicipi 1-2-Switch secara multiplayer akan berupaya untuk setidaknya menjajal setiap dari mereka dan saling berkompetisi di sana. Tapi apa yang dilakukan Nintendo? Membuat banyak dari mereka berakhir tak bisa dimainkan dengan sekedar menggunakan Joy-Con yang sudah Anda setting sejak awal.

“Setting”? Benar sekali. Jika Anda belum familiar, ada dua cara untuk menggunakan Joy-Con setidaknya, yakni dengan menggunakannya secara langsung atau dengan menyematkan ekstra strap yang juga disediakan di paket penjualan untuk ekstra pengaman. 1-2-Switch ternyata punya game yang menyarankan Anda untuk menggunakan strap dan juga yang tidak menggunakan strap. Anda tak akan pernah tahu game mana yang menuntut setting mana sampai Anda memulai permainan. Tak hanya itu saja, ada game yang juga hanya bisa dimainkan satu orang saja, ada game yang lebih seru dimainkan bersama dengan lebih banyak orang, hingga yang harus dimainkan dengan menghubungkannya dengan layar Switch itu sendiri. Fakta bahwa ia tidak dikategorikan dan justru ditempatkan secara acak berakhir membuat pengalaman mencari mini-game ini terkadang berakhir menyebalkan.

Satu mini-game meminta Anda untuk menyematkan strap.
Satu mini-game meminta Anda untuk menyematkan strap.
Tiba-tiba game lain meminta Anda melepasnya.
Tiba-tiba game lain meminta Anda melepasnya.
Lalu game lainnya bahkan meminta Anda menggendong layar Switch Anda.
Lalu game lainnya bahkan meminta Anda menggendong layar Switch Anda.

Akan jauh lebih menarik dan rasional sebenarnya untuk memastikan kategori yang ada jelas untuk memastikan Anda tak berkutat dengan keharusan untuk mengubah-ubah cara Anda memperlakukan Joy-Con seperti yang terjadi saat ini. Dengan kondisi seperti ini, maka bisa dibilang, tak semua 28 buah game 1-2 Switch yang sudah terbatas tersebut, bisa dinikmati dalam format permainan 2 orang, membuat pilihan semakin terbatas.

Kondisi menyebalkan yang lain adalah soal betapa keras kepalanya Nintendo untuk memastikan Anda menatap mata player yang lain, hingga mereka membuat 1-2-Switch berakhir tak intuitif secara visual, setidaknya untuk beberapa mini-game yang ada. Bahwa tak semua mini-game memperlihatkan apa yang sebenarnya tengah terjadi atau memberikan clue soal apa yang tengah atau harus Anda lakukan. Seperti Mini-Game bernama “Air Guitar” misalnya yang meminta Anda untuk mengayunkan tangan sesuai ritme seolah tengah bermain gitar. Alih-alih memberikan sedikit clue untuk mendapatkan sensasi ritme tersebut di layar, yang Anda temukan hanyalah gambar dua pria sok keren sstatis yang terlihat bertarung satu sama lain. Padahal sementara di Mini-Game lain seperti ketika Anda memerah susu dimana visual puting yang bergerak ke atas bawah tak terlalu penting, Nintendo justru memperlihatkan visual tersebut.

Game yang butuh bantuan clue visual justru tak mendapatkannya, bahkan untuk sekedar kilatan cahaya sekalipun.
Game yang butuh bantuan clue visual justru tak mendapatkannya, bahkan untuk sekedar kilatan cahaya sekalipun.
Sementara game yang jelas menitikberatkan sensasi di tangan justru mendapatkan clue visual yang jelas.
Sementara game yang jelas menitikberatkan sensasi di tangan justru mendapatkan clue visual yang jelas.

Bukan sekedar masalah tech-demo saja, tetapi fakta bahwa tak semua konten yang ditawarkan bisa dibilang dipikirkan dengan matang membuat kesimpulan kami semakin kuat. Bahwa game ini seharusnya, gratis.

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…