Review For Honor: Di Persimpangan Jalan!

Reading time:
March 17, 2017

Perang Kesatria atau Tawuran?

Bertarung secara kesatria atau tawuran?
Bertarung secara kesatria atau tawuran?

Jika menilik informasi mekanik gameplay yang kami lepas di atas, maka bayangan Anda mungkin akan langsung mengarah pada konsep sebuah perang kesatria 1 vs 1 penuh kehormatan. Bahwa terlepas dari atmosfer perang yang intens dengan banyak prajurit kelas rendahan yang meregang nyawa untuk mencapai objektif, sensasi ini lah yang akan Anda dapatkan di mode multiplayer. Sayangnya, tidak demikian. Karena pada akhirnya, For Honor bisa menawarkan dua hal untuk Anda – sebuah perang kesatria dengan cita rasa historis atau sensasi tawuran penuh kekacauan yang membuang semua mekanik tersebut jauh ke ujung jendela.

Benar sekali, semuanya mengakar pada mode pertempuran seperti apa yang Anda dapatkan di mode multiplayer itu sendiri. Ada mode duel yang akan membawa Anda pada sensasi pertarungan lebih personal yang membuat daya tarik For Honor yang kami bicarakan di atas, mengemuka kuat. Bertarung 1 lawan 1 melawan user lain di seluruh dunia memang terasa seru dan menegangkan, apalagi jika Anda bertemu dengan beragam strategi  unik yang mereka unjuk. Di sinilah Anda harus menggunakan semua pengetahuan yang Anda miliki terkait For Honor, termasuk soal timing, strategi, hingga moveset karakter yang sudah Anda kuasai. Berbanding terbalik dengan jumlah pemain dalam satu peta, For Honor justru terasa maksimal di pertarungan seperti ini.

Pertarungan 1 vs 1 menurut kami, adalah esensi For Honor yang sesungguhnya.
Pertarungan 1 vs 1 menurut kami, adalah esensi For Honor yang sesungguhnya.
Pertarungan 4 vs 4 di Dominion lebih terasa seperti tawuran yang membuat mekanik kompleks For Honor tak
Pertarungan 4 vs 4 di Dominion lebih terasa seperti tawuran yang membuat mekanik kompleks For Honor tak “bersinar” sama sekali.

Karena jika pertarungan sudah berjalan lebih ramai, seperti format 4 vs 4 di Dominion, misalnya, ia mulai terasa seperti tawuran. Anda akan sangat jarang bertemu dengan situasi dimana Anda akan bertarung bak kesatria melawan user yang lain. Yang akan terjadi adalah satu di antara dua kondisi berikut ini: antara Anda dan teman Anda yang akan mengeroyok satu lawan hingga tewas, atau Anda yang akan dikeroyok oleh lawan dan teman-temannya hingga tewas. Tidak ada etika, tidak ada nilai kesatria, semuanya datang dengan nafsu barbaric untuk menang. Hasilnya? Anda bisa melupakan semua hal yang Anda ingat dan sukai dari For Honor dan menikmatinya seperti sebuah game Musou ala Dynasty Warriors, namun dalam format lebih lambat ala seri Souls. Mengeroyok, atau dikeroyok, tak lebih.

Apakah mode kedua ini akan berakhir jadi mode favorit Anda? Itu akan sangat bergantung pada preferensi masing-masing. Karena pada akhirnya, dengan keramaian user dan mode berbasis objektif yang ia tawarkan, Dominion memang mempresentasikan atmosfer perang dalam skala besar yang lebih intensif. Sementara sensasi perang lebih personal seperti Duel misalnya, terasa sepi dan hanya berfokus pada aksi Anda berdua atau berempat dengan user yang lain. Anda yang memilih, Anda yang memutuskan.

Ada metagame berbasis faksi untuk ekstra reward.
Ada metagame berbasis faksi untuk ekstra reward.

Bersama dengan mode permainan ini, Ubisoft juga menyematkan sebuah meta game kecil di baliknya, dimana ketiga faksi akan berperang satu sama lain untuk memperebutkan wilayah kekuasaan, yang bisa Anda bantu dengan mengirimkan pasukan dalam bentuk icon setiap kali menempuh / menyelesaikan satu mode permainan. Ketika metagame ini berakhir, Anda yang terlibat di dalamnya akan mendapatkan penghargaan berupa mata uang in-game yang kemudian bisa Anda belanjakan untuk membuka karakter baru atau sekedar equipment untuk mereka.

Di Persimpangan

Saat ini, For Honor bisa dibilang berada di persimpangan.
Saat ini, For Honor bisa dibilang berada di persimpangan.

Terlepas dari mekanik gameplay yang unik, sulit rasanya untuk tak melihat For Honor sebagai sebuah game berbasis multiplayer yang saat ini berada di persimpangan. Persimpangan? Benar sekali, antara kesuksesan atau kematian yang kini sepenuhnya berada di tangan Ubisoft. Sebagai sebuah game multiplayer, ia menawarkan permainan yang cukup menegangkan dengan level penguasaan yang cukup kompleks. Namun sebagai game multiplayer? Ubisoft harus diakui, menyuntikkan banyak kebijakan super bodoh di game yang satu ini.

Pertama, adalah tidak adanya server dedicated dan keputusan untuk menjadikan mode multiplayernya dalam format P2P (peer to peer). Ini artinya, alih-alih server disediakan oleh Ubisoft sendiri, salah satu user dalam room lah yang akan berperan sebagai server setiap kali Anda menemukan sebuah game, terlepas apapun mode-nya. Benar sekali, pengalaman bermain Anda akan sangat bergantung pada seberapa konsistennya koneksi internet sang user yang menjadi server tersebut. Jika user tersebut berada di luar negeri dan Anda di Indonesia punya koneksi buruk ke luar? Ping besar. Jika user tersebut tiba-tiba bermasalah dengan koneksi internetnya? Maka Anda akan bertemu dengan latency parah dan terkadang bahkan, terputus dan ditendang dari ruangan. Masalahnya, hal tersebut cukup sering terjadi. Bahkan proses mencari room untuk permainan pun tak konsisten. Terkadang bisa berakhir cepat, namun seringkali berakhir lama.

P2P? Seriously?
P2P? Seriously? 
Microtransactions menjadi masalah yang cukup serius di For Honor.
Microtransactions menjadi masalah yang cukup serius di For Honor.

Persimpangan kedua adalah masalah microtransaction. Sebagai sebuah game berbayar, mengusung konsep microtransaction untuk sebuah game berbasis multiplayer masih bisa ditoleransi selama ia memenuhi dua syarat: pertama, item tersebut bisa didapatkan tanpa harus mengeluarkan uang nyata, dan kedua, ia tidak mempengaruhi permainan sama sekali / kosmetik. Overwatch melakukan hal tersebut dan mengeksekusinya dengan fantastis. Di For Honor? Microtransaction ini berpotensi menjadikan game yang sudah mahal ini, menjadi sebuah game Pay to Win. Mengapa? Karena sistem equipment di game ini, juga berpengaruh pada status karakter yang mengenakannya.

Benar sekali, equipment yang Anda sematkan untuk tiap karakter akan mempengaruhi status, buff, dan efek serangan mereka dan bukan sekedar kosmetik. Untuk mendapatkan item-item ini, Anda bisa menggunakan mata uang bernama “Steel” yang bisa Anda dapatkan dari tiap pertarungan atau sekedar membuka kotak loot dengan isi yang acak. Berita buruknya? Anda bisa membeli sejumlah Steel dalam jumlah banyak dengan menggunakan uang nyata. Hal ini tentu saja, berpotensi untuk memungkinkan gamer dengan duit ekstra untuk membeli lebih banyak peti, memperbesar kesempatan mereka membuka item-item langka dengan stat bagus, dan voila! membangun karakter yang over-powered secara instan tanpa perlu melakukan grinding sama sekali. Yang Anda temukan di pertempuran kemudian adalah sekedar karakter user “kaya” yang tampil fantastis karena item-item langka yang mereka miliki, dan bukan sekedar skill. Apa yang dipikirkan Ubisoft? Kami pun tak habis pikir.

Uang nyata bisa digunakan untuk membeli mata uang in-game
Uang nyata bisa digunakan untuk membeli mata uang in-game “Steel” dalam jumlah banyak, yang bisa digunakan membeli equipment yang berpengaruh pada karakter itu sendiri.
Anda bahkan bisa membeli buff.
Anda bahkan bisa membeli buff.

Masalah yang lain? Bahwa mendapatkan item-item ini dengan cara yang sehat dan normal tanpa menggunakan uang nyata juga bukan proses yang mudah dan terasa seperti grinding. Item-item ini ditawarkan dengan harga cukup tinggi, sementara pendapatan “Steel” Anda di performa terbaik untuk setiap pertempuran dan hadiah dari metagame Anda tak bisa dibilang seberapa. Maka ia berakhir menjadi sebuah mekanisme yang terasa tak adil, padahal game ini bisa dibilang, sudah ditawarkan di harga game AAA. Apa yang dipikirkan Ubisoft? Kami sendiri tak paham saat ini.

Sementara untuk Anda yang ingin bermain
Sementara untuk Anda yang ingin bermain “jujur”, segala sesuatunya terasa begitu mahal dan butuh proses grinding panjang.

For Honor saat ini berada di persimpangan. Komitmen Ubisoft untuk membuatnya jadi sebuah game multiplayer dengan usia yang panjang benar-benar diuji. Karena jika mereka tak ingin menghadirkan perubahan yang signifikan, terutama dari sistem server dan microtransactions yang ada, bukan tak mungkin gamer akan meninggalkan game ini dalam waktu singkat. Sekedar menghadirkan tambahan karakter hero tambahan di masa depan bukanlah solusi yang mumpuni. Ini bukan Rainbow Six: Siege.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…