Review Shadow of War: Ternodai End-Game Sampah!

Inovatif, keren, dengan visualisasi yang memesona, tidak heran jika banyak gamer yang jatuh hati dengan apa yang berhasil dilakukan Monolith dengan Shadow of Mordor beberapa tahun yang lalu. Bahwa tidak jatuh pada sebuah “klon” Assassin’s Creed dengan semesta Lord of the Rings yang tentu saja, merupakan kombinasi formula yang sudah pasti sukses, mereka mengimplementasikan sebuah fitur fantastis revolusioner bernama Nemesis System di atasnya. Lewat mekanisme kompleks yang satu ini, pertemuan Anda bersama dengan para orc musuh punya potensi untuk berkembang menjadi cabang cerita kecil yang personal. Bahwa aksi Anda terhadap mereka ataupun sebaliknya, kini punya konsekuensi yang harus dihadapi. Sesuatu yang juga mereka pertahankan di seri sekuel – Shadow of War.
Anda yang sudah membaca artikel preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya sedikit gambaran soal apa yang ditawarkan oleh Shadow of War ini. Kami menyebutnya sebagai penyempurnaan pengalaman Shadow of Mordor, namun kini dihadapkan tidak hanya pada mekanik gameplay baru saja, tetapi juga dunia yang lebih luas. Bahwa tugas Talion kini tidak lagi sekedar menimbulkan kepanikan di Mordor, tetapi meracik pasukan untuk membuatnya setara dan mampu berhadapan dengan Sauron secara seimbang. Nemesis System disempurnakan untuk tidak hanya berlaku pada sosok Talion saja, tetapi juga orc-orc yang ia kuasai.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Shadow of War ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang tercederai oleh end-gamenya? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Seperti nama yang ia usung, Shadow of War merupakan seri sekuel langsung dari Shadow of Mordor. Talion yang berada dalam misi balas dendamnya tetap dirasuki oleh Celebrimbor – seorang Elf yang ternyata berkontribusi langsung pada terciptanya Ring of Powers yang dimiliki oleh para pemimpin Middle-earth yang kini bertekuk lutut di bawah kendali Sauron. Untuk memastikan mereka punya kesempatan melawan balik, Talion dan Celebrimbor memutuskan untuk menempa sebuah Ring of Power baru yang setara dengan milik Sauron, namun bebas dari pengaruh Dark Lord tersebut.
Namun di tengah proses tersebut, Celebrimbor tiba-tiba diculik oleh Shelob, seorang karakter wanita yang mampu berubah menjadi laba-laba raksasa. Memperlihatkan kekuatannya yang fenomenal, Shelob berhasil memeras Talion untuk menyerahkan Ring of Power baru tersebut untuk ditukarkan dengan “nyawa” Celebrimbor. Tuntutan yang diamini oleh Talion begitu saja. Dengan kekuatan baru tersebut, Shelob yang juga berseberangan dengan Sauron, menggunakannya untuk melihat ke masa depan. Melihat apa yang tengah direncanakan oleh Sauron, melihat takdir Talion yang sebenarnya, hingga mencegah skenario terburuk yang bisa terjadi pada manusia-manusia yang bertahan dari gempuran orc di Minas Ithil. Bagi Talion, penglihatan Shelob adalah “kunci” untuk mengalahkan Sauron.


Perjuangan untuk memastikan Sauron tak kembali mendapatkan kekuatannya tentu bukan pekerjaan yang mudah. Untuk memastikan diri berada dalam posisi yang seimbang, Talion juga mulai menggunakan kekuatan barunya untuk membangun pasukan Orc untuk melawan kembali Sauron. Dengan pengaruh Celebrimbor yang kini menyebut dirinya sebagai Bright Lord – lawan dari Dark Lord aka Sauron, perjalanan ini tentu tidak mudah. Karena tidak hanya Sauron, ada begitu banyak ancaman lain, baik dari para orc “pembangkang” yang bahkan berani membangunkan Balrog untuk mengkhianati Sauron hingga usaha untuk menyelamatkan pasukan-pasukan Gondor yang berakhir tertangkap.


Lantas, seperti apa perjalanan Talion kali ini sebagai Bright Lord? Mampukah Ring of Power baru yang mereka tempa membuat mereka berhasil mengalahkan Sauron? Ancaman seperti apa saja yang harus ia hadapi? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja bisa Anda dapatkan dengan memainkan Shadow of War ini secara langsung.