Review Pillars of Eternity II – Deadfire: Pendekatan Baru yang Lebih Sempurna!
Dunia yang Berbeda

Pendekatan yang ditawarkan Obsidian dengan seri kedua ini memang bisa dibilang, terasa menyegarkan. Alih-alih bertahan dengan dunia di seri pertama yang memang lebih condong ke arah masyarakat medieval masa lampau namun dengan ras dan ekstra monster di beberapa sudut yang ada, Anda kini bertemu dengan gugusan kepulauan dengan ras dan gaya hidup yang berbeda. Inspirasinya sepertinya jelas mengakar pada penduduk Polynesia. Sebagai konsekuensinya? Anda harus membiasakan diri untuk mengenali dan mengingat beragam istilah, nama suku, nama karakter, hingga beragam istilah upacara yang tentu saja berbeda dengan dunia di seri pertama. Fakta bahwa Deadfire juga dihuni dengan banyak faksi yang saling berseberangan juga membuat proses yang satu ini lebih sulit. Butuh waktu untuk mengenali dunianya, yang tentu saja, menuntut Anda untuk membaca dan memahami setiap percakapan yang muncul.
Dari sisi presentasi visual dan audio, Pillars of Eternity memang tidak pernah menjadikan hal tersebut sebagai fokus utama. Dengan gaya kamera isometrik, yang mereka butuhkan hanyalah memastikan bahwa atmosfer dunia yang mereka kejar memang membuat pengalaman gaming Anda berujung lebih baik. Dan untuk urusan tersebut, mereka melakukan tugas dengan baik. Desain dunia, peta, hingga beragam reruntuhan yang Anda kunjungi selalu menawarkan identitas uniknya sendiri. Kota dengan kepribadian, isi penduduk, dan gaya hidup berbeda misalnya, dari yang kaya raya hingga yang tunduk di bawah garis kemiskinan dan secara brutal, menunggu kematian. Ia terasa begitu berbeda dari seri pertama, yang membuat keseluruhan petualangan ini menjadi terasa lebih menyegarkan.



Satu yang pantas kami acungi jempol dari Pillars of Eternity II: Deadfire adalah bagaimana kembali cara mereka menangani konsep “open-world” yang dari awal, memang memungkinkan Anda untuk bergerak, mencari, menemukan, dan menyelesaikan begitu banyak tempat dan dungeon yang ada. Mengapa? Karena Anda tidak akan bisa memprediksi apakah setiap tempat ini akan berhubungan atau tidak dengan cerita utama yang akan Anda pilih dan jalankan. Berita baiknya, mereka menangani hal tersebut dengan baik. Begitu Anda sudah menyelesaikan misi yang diminta oleh bagian cerita misalnya, sang karakter terlibat akan memunculkan respon otomatis untuk sedikit membicarakan fakta tersebut dan kemudian menghitung misi tersebut selesai. Hal yang sama juga jika Anda menemukan objek yang diminta untuk dicari atau karakter yang harus dibunuh misalnya. Sayangnya, ini juga melahirkan potensi bug yang juga sempat kami rasakan.
Dari sisi presentasi, Pillars of Eternity II: Deadfire memang menyiratkan cita rasa yang serupa dengan seri pertama. Namun Anda bisa melihat ada banyak penyempurnaan pula, dari sisi musik, efek suara, hingga detail visual yang ia sertakan. Namun pada akhirnya ia berujung jadi game RPG isometrik yang tidak pernah menjadikannya sebagai kekuatan utama. Daya tariknya tetap mengakar pada mekanik RPG yang ia tawarkan.
Kini Lebih Cerdas!

Untuk Anda yang tidak terlalu familiar dengan Pillars of Eternity, ia merupakan game RPG dengan pendekatan lawas. Ini berarti tidak saja Anda akan bertemu dengan skema dunia terbuka yang bisa Anda jelajahi dengan segudang misi sampingan yang bisa Anda selesaikan atau lewatkan saja, tetapi juga menyediakan beragam solusi. Bahwa setiap masalah tidak harus diselesaikan dengan sekedar bertarung dan membunuh, tetapi juga bisa mengandalkan status karakter dan juga skill eksplorasi mereka untuk melakukannya. Status dan skill yang Anda bangun dengan meningkatkan setiap point indikator setiap kali Anda mendapatkan level yang baru. Dengan menggunakan sistem seperti ini, Anda akan didorong untuk meracik cerita Anda sendiri.
Bergantung pada point seperti apa yang Anda distribusikan, Anda akan bisa berujung membuka sebuah opsi baru yang bisa membuat Anda mendorong cerita tanpa harus secara konsisten bertarung. Ada pertikaian antara dua keluarga? Distribusikan point yang cukup untuk skill seperti Bluff, Intimidation, atau Diplomacy, dan Anda mungkin bisa mendamaikan keduanya. Anda menyelinap masuk untuk mencuri harta karun salah satu perusahaan dagang, tetapi masalah bertarung? Investasi point skill yang sudah Anda lemparkan ke aspek “Mechanic” untuk memperkuat kemampuan lockpicking membuat Anda tidak usah lagi harus sibuk mencari kunci utama yang jatuh dari pertarungan boss. Atau ketika Anda menemukan sebuah magic aneh yang belum pernah Anda kenal sebelumnya, status “Arcana” dan pengetahuan Anda soalnya bisa membantu Anda menangkap lebih jelas dan mungkin mencari solusi dari sana. Bergantung pada kemana Anda menginvestasikan point skill Anda, akan ada banyak cabang cerita dan solusi yang mungkin muncul. Bahkan dari hal yang terasa “remeh temeh” seperti pengetahuan soal History misalnya, yang terkadang bisa membuka opsi jawaban terkait sejarah yang menarik simpati lawan bicara atau membantu Anda mengenali artifak acak yang Anda temui.


Ini sebenarnya bukanlah konsep yang asing untuk Pillars of Eternity itu sendiri dan juga game-game RPG Barat dengan pendekatan yang serupa. Namun jika harus memilih satu penyempurnaan yang ditawarkan Deadfire dan tidak ada di seri pertama adalah sistem AI yang kini begitu adaptif pada situasi pertarungan. Mengingat game ini akan menuntut Anda untuk membunuh dan berburu banyak monster, pertarungan di seri pertama lebih banyak mengandalkan Anda sebagai pemberi perintah. Lewat sistem pause-resume untuk mengatur strategi, Anda harus secara manual mengatur skill apa yang harus dikeluarkan oleh setiap karakter yang ada, bahkan untuk musuh yang tidak signifikan sekalipun. Sementara di Deadfire ini, Obsidian sudah menyuntikkan sebuah sistem AI.
Hasilnya sendiri cukup fantastis. AI-AI ini terhitung cukup adaptif terhadap situasi pertempuran yang ada, tanpa perlu harus Anda perintahkan lagi satu per satu. Jika memang kondisi membutuhkan dan memungkinkan, mereka akan mengeluarkan skill tertentu untuk support, buff, healing, atau memang ditujukan untuk menyerang musuh secara berkelompok. Kerennya lagi? Ia tidak selalu berakhir dengan melemparkan skill terkuat misalnya, dan terkadang, skill yang lebih lemah namun efektif untuk menunjang kemenangan saat bertarung. Walaupun harus diakui belum sempurna, mengingat karakter mage seperti Aloth misalnya, tidak jarang menurunkan magic berbasis AOE yang juga menyakiti karakter companion Anda yang lain.


Setiap skill ini tentu bergantung pada kelas karakter seperti apa yang Anda pilih dan Deadfire menyediakan segudang alternatif pengembangan karakter lewat sistem skill aktif / pasif apa yang Anda pilih. Dengan setidaknya 1 Skill Point untuk setiap level dan setidaknya 2 Skill Points ketika Anda mencapai level tertentu, ada segudang alteranatif skill yang bisa Anda pilih dari 1 kelas karakter spesifik yang Anda pilih. Untuk kelas Mage misalnya, ada varian magic beragam elemen dan juga kesempatan untuk memperkuat serangan mereka via skill pasif. Ini baru bicara 1 kelas karakter. Deadfire juga mengusung sistem dimana karakter bisa mencampuradukkan dua kelas karakter ke dalam 1 ruang sama, namun tentu saja, hadir dengan kompleksitas tersendiri untuk dikuasai. Lewat sistem bernama “Empower”, sebuah resource terbatas yang hanya bisa diisi ulang dengan beristirahat, Anda juga bisa memperkuat efek setiap skill ini, dengan membuat damage lebih besar atau ruang cakup AOE-nya menjadi lebih luas.


Sistem lainnya akan mirip dengan game RPG pada umumnya. Proses eksplorasi menjadi pantas berkat reward beragam aksesoris, equipment, dan senjata dari beragam tingkat kelangkaan yang tentus aja akan membuat perjalanan Anda lebih mudah. Anda juga bisa membuat pengalaman permainan Anda lebih sulit dengan mengatur beberapa opsi di awal sebelum memulai perjalanan Anda. Anda misalnya, bisa membuat musuh memiliki fitur level scaling, yang membuat mereka selalu punya level setara dengan level tertinggi karakter Anda. Atau Anda juga bisa membuat efek kematian menjadi lebih destruktif. Ingat, walaupun ada sistem “cedera” tiap kali Anda tewas dimana Anda tetap bisa dibangkitkan namun dengan penalti pada status tertentu, karakter Anda bisa tewas permanen di sini jika Anda tidak hati-hati.

Maka Anda yang sempat mencicipi seri Pillars of Eternity pertama akan mendapatkan pengalaman familiar, namun dengan implementasi fitur AI yang lebih baik dan adaptif. Sementara Anda yang menjadikan seri Deadfire ini sebagai “pintu masuk”, Anda akan menemukan game RPG yang menawarkan begitu banyak cabang cerita, cabang solusi untuk masalah tertentu, reward yang sepadan untuk proses eksplorasi yang ada, dan tentu kebebasan membangun karakter berdasarkan kelas karakter yang Anda pilih. Bagian terbaiknya? Kapal!