JagatPlay di E3 2018: Menjajal Demo Concrete Genie!
Antara Puzzle dan Bully

Pertanyaannya tentu saja satu, lalu apa misi utamanya? Misi utama masih mirip dengan game kebanyakan seperti ini, dimana Anda harus menemukan cara untuk bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Di Concrete Genie, setidaknya dari sesi demo singkat yang kami jajal, halangan utama Anda terdiri dari dua hal: puzzle dan para bully yang terus mengejar. Untuk bisa menggerakkan cerita, Anda perlu membuat dan mendorong makhluk hidup yang Anda lukis tersebut (yang juga bisa Anda desain dengan bebas dan kerennya lagi, akan punya animasi dan geraknya sendiri) ke titik tertentu.
Seperti yang bisa diprediksi, makhluk ini tidak suka dengan kegelapan. Oleh karena itu, Anda harus melukis dinding-dinding di sekitarnya agar ia terus bergerak menuju titik tertentu untuk memicu progress. Di sinilah kesulitan muncul. Sang makhluk terkadang punya permintaan spesifik soal bentuk lukisan seperti apa yang ia inginkan agar ia ingin bergerak ke dinding yang seharusnya. Uniknya? Tergantung pada sifat setiap makhluk yang ada, ketidaksengajaan Anda untuk menggambar dan menghiasi lukisan Anda justru bisa berakhir jadi bumerang. Menggambar apel terlalu banyak misalnya di satu dinding, bisa membuat monster yang memang menyenangi buah ini, untuk terus terdistraksi dan melupakan perintah Anda. Proses gambar-menggambar dilakukan berdasarkan pola yang sudah ditentukan sebelumnya, yang jumlahnya bisa diperbanyak jika Anda mengumpulkan rangkaian kertas terbang yang tersebar di dunia Concrete Genie ini. Walaupun berbasis pola, ia bisa disesuaikan dengan gerak kuas Anda, menghasilkan karya seni unik milik Anda sendiri. Di sesi permainan lebih jauh, mereka juga akan punya fungsi tertentu dan membantu perjalanan Anda.


Tantangan kedua tentu saja muncul dari segerombolan bully yang sepertinya tidak pernah lelah untuk mengganggu Ash. Aksi Ash untuk melukis dinding kota demi menggerakkan makhluk ajaib di dalamnya ini akan terus terancam dengan kelompok bully yang akan secara konsisten berusaha untuk mendorong dan membatalkan aksi melukis apapun yang sedang Anda jalani. Jika terus dibully berkelanjutan, kuas Ash bisa dicuri dan kemudian dilempar jauh dengan arah tak jelas, yang notebene membuat Ash harus kembali mencari posisi kuas tersebut sebelum bisa melanjutkan cerita. Sayangnya, Ash tidak punya kemampuan untuk melawan balik. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah melarikan diri ke tempat lebih tinggi menggunakan gerakan parkour standar yang ada. Di posisi tinggi sekalipun, Anda bisa tetap memicu tombol melukis untuk Ash dengan dukungan jarak yang terhitung cukup mumpuni.
Sayang seribu sayang, sesi demo singkat ini tentu tidak menjelaskan atau mengkonfirmasikan apakah pengalaman bermain Concrete Genie Anda akan berujung “terbatas” hanya pada konsep gameplay serupa namun dihadapkan pada setting yang berbeda saja. Karena jika memang mirip adanya bahwa setiap misi akan berujung dengan kebutuhan untuk meracik para monster dan kemudian mendorong mereka ke tempat yang sudah ditentukan sebelumnya, sembari memerhatikan gerak lucu dan imut mereka, maka bukan tidak mungkin, Concrete Genie akan terasa membosankan dan repetitif dalam waktu dekat.
Tidak untuk Semua Gamer

Dengan semua konsep yang ia tawarkan, akan sangat bisa dimengerti bahwa terlepas dari begitu banyak misteri yang belum kami buka terutama dari sisi cerita, bahwa Concrete Genie memang tidak didesain untuk semua gamer. Bahwa gamer yang tidak terlalu senang dengan pendekatan artistik yang memang menjadi intisari dari game ini ataupun potensi ceritanya yang kuat, tidak akan bisa menikmatinya sama sekali. Bagi gamer pencinta produk mainstream yang biasanya didominasi oleh genre action yang penuh dengan pertempuran intensif dan sensasi layaknya Anda adalah seorang pahlawan, game ini mungkin tidak terasa memuaskan sama sekali. Concrete Genie lebih diarahkan untuk pasar yang memang punya apresiasi khusus pada keberanian developer untuk mengambil resiko, sekaligus meracik sebuah game dengan pendekatan artistik yang kental di dalamnya. Kami bisa melihat potensi dimana Anda bereksperimen dengan ragam pola dan gerak kuas, menciptakan karya seni Anda sendiri, dan berbaginya lewat sosial media.
Alternatif pasar kedua adalah melihatnya sebagai game keluarga yang bisa diarahkan untuk dua hal: menikmati momen keren bersama ketika membangun sebauh seni dari kuas Anda, atau memicu pembicaraan lebih serius terkait kasus bullying yang memang masih marak di dunia nyata. Sebuah game yang hadir tanpa kekerasan eksplisit adalah sebuah barang “langka” di industri game, membuat proyek seperti Concrete Genie punya potensi besar untuk masuk ke dalam pasar seperti ini. Dimana ia diracik untuk memicu pembicaraan terkait salah satu masalah sosial pelik yang satu ini.
Apakah ini berarti Anda, seorang core atau bahkan, hardcore gamer tidak bisa menikmatinya? Selama Anda datang dengan pikiran cukup terbuka bahwa game yang berada di hadapan Anda ini bukanlah game pada umumnya yang menjual aksi intensif dan kekerasan eksplisit. Ini adalah sebuah game yang menawarkan sisi lain dunia game yang bisa berakhir membuat Anda jatuh hati, terutama lewat keindahan lukisan atau sekedar tingkah laku para makhluk dua dimensi yang Anda desain dengan kuas Anda sendiri.
Concrete Genie masih belum punya tanggal rilis pasti, namun dipastikan akan eksklusif untuk Playstation 4.