Review Shadow of the Tomb Raider: Justru Terasa Anti-Klimaks!
Hadir dengan Hub

Dari sisi visual, apa yang ditawarkan Eidos Montreal untuk Shadow of the Tomb Raider memang terlihat lebih baik dibandingkan dengan seri Rise sebelumnya, lengkap dengan tata pencahayaan yang terlihat lebih dramatis. Fakta bahwa Anda kini lebih difokuskan pada daerah Amerika Selatan dengan suku Inca dan Maya sebagai basis mitologi juga menawarkan atmosfer yang tentu saja berbeda dengan setting Tomb Raider sebelumnya. Dengan daerah yang masih tertutup pada teknologi, terutama untuk daerah Paititi, Anda bisa melihat bagaimana daerah-daerah ini masih mengusung hutan dan lingkungan liar yang lebih dominan. Alih-alih reruntuhan, Anda akan lebih banyak mengeksplorasi daerah dengan pohon tinggi, sungai yang deras, hingga tebing-tebing tinggi menunggu untuk dipanjat. Pendekatan hutan tropis yang menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda.
Salah satu fitur baru dari lingkungan baru Shadow of the Tomb Raider ini adalah kehadiran sistem hub, yang kini membuat game ini punya sensasi game semi open-world. Berbeda dengan dua seri sebelumnya yang lebih menekankan Anda untuk bergerak dari satu campfire ke campfire yang lain, Shadow of the Tomb Raider menawarkan hub untuk menciptakan lingkungan yang terasa lebih hidup. Untuk menjalani misinya, Lara kini akan bergerak dan berhenti sesaat di kota atau desa terdekat sembari mencari clue yang dibutuhkan. Dipenuhi dengan NPC yang punya aktivitas masing-masing, Lara kini setidaknya punya interaksi dengan peradaban. Sementara dari sisi gameplay, hub ini berfungsi seperti yang bisa Anda prediksi.


Dengan para NPC yang hidup di atasnya, hub ini berfungsi seperti sebuah “dunia kecil” bagi Lara. Ia memuat segudang aktivitas sampingan di luar sekedar melanjutkan dan meneruskan cerita yang ada. Ada misi sampingan dari NPC yang punya sedikit konten cerita di atasnya untuk membantu Anda menangkap lebih lengkap apa yang tengah terjadi di daerah yang Anda kunjungi, ada segudang collectibles yang bisa Anda dapatkan, monolith yang bisa Anda translasikan, hingga sekedar binatang yang bisa Anda buru. Beberapa dari NPC ini juga berperan sebagai Merchant yang akan menjual kepada Anda senjata, material, hingga perlengkapan untuk mendapatkan lebih banyak reward seperti lockpick dan roller untuk tali panah Anda. Anda juga bisa menjual beberapa resource seperti Jade dan Gold yang Anda dapatkan sepanjang perjalanan untuk mendapatkan uang ekstra. Lewat sistem seperti ini, di luar sekedar eksplorasi dan mengumpulkan material, Anda bisa memperkuat Lara lewat sistem Merchant ini.
Ada satu sistem yang menarik juga disuntikkan di sini. Bahwa sesuai dengan pakaian apa yang dikenakan oleh Lara, yang notabene juga harus melewati proses crafting dan menawarkan buff tertentu, ia juga akan menentukan NPC-NPC mana saja yang bisa Anda picu interaksinya, untuk mendapatkan cerita lebih lengkap soal apa yang terjadi. Mengingat di kota seperti Paititi misalnya, ada dua kubu suku dengan pandangan yang berbeda, NPC dari salah satu kubu biasanya menolak untuk berbicara dengan Anda jika Anda mengenakan pakaian dari kubu yang lain, misalnya. Walaupun implikasinya tidak lebih dari sekedar merepotkan Anda untuk bergonta-ganti pakaian, namun ia berujung jadi mekanik potensial yang sayangnya, tidak dieksplorasi lebih jauh.


Untuk membuat pengalaman Anda lebih imersif, mengingat Lara saat ini bertarung di sebuah daerah baru yang tidak ia terlalu pahami, Eidos Montreal juga menyediakan sebuah fitur bernama “Voice-Over Immersion” di dalamnya. Inti dari sistem ini adalah secara otomatis membuat para NPC berbicara sesuai dengan bahasa lokal mereka sendiri untuk menciptakan atmosfer yang lebih tepat. Tertarik di awal dan sempat menjajalnya, efeknya justru berkebalikan. Melihat Lara berbicara dengan bahasa Inggris, dengan lawan bicara yang berbicara dengan bahasa lokal, dan melihat keduanya untuk alasan yang misterius bisa saling mengerti satu sama lain justru mencabut sensasi lebih realistis yang ada. Sebuah interaksi yang mustahil terjadi di dunia nyata. Pada akhirnya, kami memilih untuk mematikan fitur ini dan melanjutkan permainan dengan bahasa Inggris penuh sembari mengabaikan bahwa untuk alasan yang tidak jelas, penduduk lokal yang jauh dari teknologi dan peradaban ini, bisa berbicara bahasa Inggris fasih.

Maka dengan apa yang mereka tawarkan untuk Shadow of the Tomb Raider di sisi presentasi, maka Anda bisa melihat bahwa sesuatu yang baru dan berbeda untuknya. Sebuah hub, atmosfer liar yang lebih medominasi, interaksi dengan NPC, sistem merchant, dan sebagainya. Ia memang memberikan lapisan yang membuatnya terasa seperti seri baru, namun sayangnya, tidak cukup revolusioner untuk membuatnya terasa berbeda dan menyegarkan.
Fokus yang Berbeda

Ada satu yang menarik ketika Anda mulai menyelami Shadow of the Tomb Raider dari Eidos Montreal ini. Abaikan sementara bagaimana hampir di semua kesempatan Anda selalu dihadapkan pada genangan air atau danau yang mengharuskan Anda berenang kesana-kemari sembari bertarung melawan belut dan ikan piranha. Kami lebih berbicara soal fokus cerita dan permainan itu sendiri. Jika di Rise of the Tomb Raider dan seri pertama Tomb Raider, aksi adalah intisari pengalaman, maka di Shadow of the Tomb Raider, Anda bisa melihat bahwa fokusnya memang terletak pada proses eksplorasi.


Masih mengusung konsep permainan sama seperti seri-seri sebelumnya, dimana permainan akan berujung dengan usaha Anda melompat, mencari jalan untuk bergerak ke area tertentu dalam format vertikal ataupun horizontal, memecahkan puzzle, berburu dan mengumpulkan resource untuk proses upgarde, melakukan proses “leveling-up” dengan menggunakan skill points yang Anda dapatkan di sepanjang perjalanan, menjarah makam, dan akhirnya bertempur dengan kekuatan manapun yang memutuskan untuk berdiri sebagai opsisi Anda. Anda yang sempat memainkan seri-seri Tomb Raider selama ini sepertinya akan memahami pengalaman seperti yang akan Anda dapatkan. Tidak banyak hal berubah, tidak banyak sensasi baru disuntikkan, yang kini dibungkus dengan sifat Lara yang lebih dewasa dan tidak lagi banyak mengeluh atau berteriak seperti seri-seri sebelumnya.
Namun bagi gamer yang sempat mencicipi seri sebelumnya, sepertinya tidak sulit untuk memahami bahwa fokus untuk Shadow of the Tomb Raider ini memang sedikit berbeda. Bahwa alih-alih sebuah game dengan sensasi action yang kental, game ini justru lebih mendorong Anda untuk melakukan lebih banyak eksplorasi. Oleh karena itu, semua konten yang berhubungan dengan eksplorasi mendapatkan penguatan, baik dari sisi kualitas ataupun kuantitas. Namun untuk aspek yang lain, sayangnya, harus mendapatkan pengurangan.
Salah satu efek positifnya adalah desain setiap Tomb yang kini terlihat lebih megah, luas, dan bervariasi dibandingkan dengan seri-seri terdahulu. Bahwa tantangan yang dahulu sekedar “menguras” isi otak Anda kini juga punya varian dimana justru kemampuan mekanik Anda untuk merespon jebakan dan menekan tombol yang tepat di saat yang tepat juga disuguhkan. Setiap Tomb kini punya kompleksitas lebih lewat desainnya yang dibangun dari pondasi beragam tema, hingga tingkat puzzle yang siap untuk membuat Anda menggaruk-garuk kepala. Dari mengatur pencahayaan, memanfaatkan tingkat genangan air, hingga memanfaatkan gas dalam bumi untuk memicu ledakan, dan terkadang juga bertempur melawan beberapa pasukan musuh. Rewardnya juga dibuat lebih rasional dengan kini menghadiahi Anda beragam buff permanen untuk Lara dan bukannya lagi bagian senjata legendaris yang tentu saja aneh, tersimpan di dalam sebuah reruntuhan kuno seperti seri sebelumnya. Buff-buff ini mengemuka dari yang sekedar membantu proses eksplorasi Anda seperti mampu menyelam lebih lama misalnya, hingga yang memperkuat kemampuan stealth Anda misalnya.



Jika kita berbicara soal stealth, Shadow of the Tomb Raider juga menyuntikkan sesuatu yang baru di sini. Lara kini, bisa “menyatu” dengan lingkungan. Jika menemukan kubangan lumpur, ia bisa melumuri dirinya sendiri dengannya, yang biasanya berujung pada efek stealth yang lebih efektif. Lumpur akan membuat Lara lebih sulit untuk dideteksi saat bergerak, apalagi saat bersembunyi di semak-semak.
Shadow of the Tomb Raider juga kini menambahkan vegetasi yang bisa Anda manfaatkan untuk bersembunyi saat berdiri, dan tidak lagi sekedar harus membungkuk dan bersembunyi di rerumputan seperti pada umumnya. Selama perjalanan, Anda juga akan bisa menemukan objek-objek seperti keramik ataupun botol yang tidak bisa Anda simpan, namun bisa di-crafting untuk menjadi bomb tertentu seperti bomb asap ataupun molotov. Resource ataupun bahan untuk meraciknya tidak sulit untuk didapat dan biasanya merupakan bagian dari bahan yang sering Anda gunakan untuk melakukan crafting item lain seperti panah, item healing, ataupun item untuk menghasilkan efek tertentu bagi Lara.


Namun seperti yang kami bicarakan sebelumnya, fokus pada sisi eksplorasi dan penyelesaiian ragam Tomb membuat konten tersebut lebih dominan dan berakhir, membuat porsi yang lain menjadi lebih minim. Dalam hal ini, sisi aksi yang ada. Pertempuran melawan pasukan musuh, baik suku oposisi di kota Paititi, suku aneh yang wujudnya mirip Uruk-hai dari Lord of the Rings, ataupun pasukan modern yang berdiri di bawah bendera Trinity, kini punya porsi yang jauh lebih berkurang dengan jeda yang panjang dari satu titik ke titik lainnya. Hampir sebagian besar misi sampingan yang Anda temukan di beragam hub juga lebih banyak meminta Anda menggali atau mencari harta, alih-alih bertarung melawan pasukan musuh misalnya. Bagi gamer pecinta aksi yang senang ketika mereka lebih banyak mengarahkan busur-panah Lara ke kepala musuh yang ada tentu saja akan kecewa dengan pendekatan seperti ini.
Hasilnya adalah sebuah game Tomb Raider yang secara keseluruhan, punya pacing yang lebih tenang dan lambat dibandingkan seri-seri Tomb Raider sebelumnya. Anda akan berakhir lebih banyak memutar otak di Shadow of the Tomb Raider daripada menyarangkan anak panah atau peluru dari moncong senapan mesin ke musuh-musuh yang Anda temui.










