Review Devil May Cry 5: Kembali dengan Penuh Gaya!
Tidak Cukup Sekali

Maka seperti kebiasaan-kebiasaan seri Devil May Cry sebelumnya, ini juga bukan game yang dirancang untuk Anda nikmati satu kali saja. Jika Anda memang datang hanya untuk cerita, 20 misi untuk mengakhiri arc “Son of Sparda” yang sudah tersebar selama empat seri terakhir ini, memang tidak bisa dibilang panjang. Apalagi beberapa level di antaranya terhitung pendek dan difokuskan untuk cut-scene misalnya. Namun pada akhirnya harus diakui, bahwa Devil May Cry 5 memang bukan game yang cukup Anda mainkan satu kali. Sensasi kenikmatan hakikinya justru terletak di playthrough kedua.
Salah satu daya tariknya adalah tingkat kesulitan. Cara Capcom menangani tingkat kesulitan tidak sekedar dengan meningkatkan damage musuh yang membuat Anda lebih rentan begitu saja, tetapi juga mengubah komposisi musuh secara keseluruhan. Jika Anda menyelesaikannya di “Devil Hunter” dan kemudian berpindah ke “Son of Sparda” misalnya, hampir semua komposisi musuh berubah. Banyak musuh yang dulunya baru Anda temui di level-level akhir misalnya, kini sudah Anda temui sejak awal permainan. Sistem seperti ini meningkatkan level tantangan secara rasional dan membuat situasinya menjadi lebih menegangkan dibandingkan sebelumnya. Tingkat kesulitan lebih tinggi juga berarti Anda akan lebih sulit menemukan Orb penyembuh saat bertarung, namun di sisi lain, memanen Red Orb lebih banyak. Dengan sistem seperti ini, kami bahkan bisa menyebut bahwa sensasi Devil May Cry 5 yang seharusnya terletak di setidaknya – tingkat kesulitan “Son of Sparda”.


Kedua? Memainkannya kembali juga diperkuat dengan semua progress karakter yang sudah Anda capai sebelumnya. Ini berarti Anda akan datang dengan semua equipment dan skill yang sudah Anda buka di playthrough terakhir, yang kini memungkinkan Anda untuk beraksi lebih keren sejak misi pertama. Bahkan, di salah satu kasus “khusus”, Anda baru akan bisa menuai kemampuan penuh sang karakter jika Anda sudah menamatkannya sekali. Sementara di sisi lain, equipment seperti “Faust Hat” dari Dante dimana Anda bisa mengorbankan Red Orb untuk mendapatkan lebih banyak Red Orb tentu akan lebih nikmat jika Anda sudah bisa memanfaatkannya sejak kali pertama Anda menggunakan Dante.


Alasan ketiga? Percaya atau tidak, Devil May Cry 5 juga punya satu ending alternatif ekstra yang cukup untuk mengundang rasa senyum Anda. Walaupun tidak mendapatkan cut-scene khusus dan hanya dijabarkan lewat kata-kata saja, namun kesempatan untuk membuka ending alternatif ini akan semakin terbuka seiring dengan menguatnya setiap karakter-karakter Anda. Semakin tinggi tingkat kesulitan yang Anda capai, semakin mudah Anda mendapatkan ending alternatif tersebut ketika menjajalnya kembali di level kesulitan yang lebih rendah. Tentu saja untuk alasan keempat? Ada ekstra unlockables yang bisa Anda kejar jika Anda terhitung gamer yang cukup masokis untuk menyiksa diri.
Dengan konsep seperti ini, Devil May Cry 5 memang terhitung unik. Di atas kertas, ia memang terhitung game pendek yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Namun untuk konsep seperti ini, Anda butuh memainkannya setidaknya dua kali untuk mendapatkan sensasi yang seharusnya. Kami sangat merekomendasikan Anda mulai dari “Devil Hunter” dan naik ke “Son of Sparda” untuk hal tersebut.
Kesimpulan

Jadi apa yang bisa disimpulkan dari Devil May Cry 5? Kami dengan tidak ragu menyebutnya sebagai seri fantastis yang membuat proses menunggu belasan tahun terbayar manis. Seolah ingin membuktikan bahwa mereka kini kembali di bentuk terbaiknya, Capcom tahu betul apa yang diinginkan oleh fans untuk Devil May Cry 5 dan memastikan setiap elemen tersebut dipenuhi. Kita berbicara soal aksi gameplay yang masih penuh gaya, sensasi action yang intens, musik super keren, dan visualisasi berbasis RE Engine yang memesona. Semuanya dibalut dengan kesempatan untuk menikmati dan menguasainya di tingkat kesulitan lebih tinggi, mendapatkan reward sepadan, sembari menikmati cut-scene super keren yang siap memanjakan mata. Jangan lupa soal kehadiran Nico dan bagaimana karakter ini berujung tak sekedar menjual sensualitas.
Namun apakah ini berarti Devil May Cry 5 terhitung sebagai game yang sempurna? Hampir. Jika ada satu keluhan yang harus kami lemparkan adalah desain level itu sendiri. Gamer yang sempat mencicipi seri Devil May Cry lawas mungkin tidak akan banyak mengeluh soal desain level yang harus diakui, tidak terlalu bervariasi. Namun sulit rasanya untuk tidak mengakui bahwa di hati kecil yang terdalam, ada mimpi untuk melihat sebuah seri Devil May Cry yang lebih ambisius untuk urusan perpindahan level yang ada. Terutama untuk memberikan gambaran lebih jelas soal dunia dan lore yang ia usung. Melihat beberapa level digunakan ulang di atas 20 misi yang sudah terhitung sedikit, tentu saja mengecewakan. Ada begitu banyak potensi di sana.
Walaupun demikian, Devil May Cry 5 adalah sebuah seri yang benar-benar kami rekomendasikan, baik untuk Anda yang sudah familiar dengan franchise ini ataupun yang baru hendak terjun di dalamnya. Capcom berhasil meracik sebuah seri yang akan memuaskan dua jenis gamer seperti ini lewat beragam eksekusi tepat sasaran di semua lini. Great job, Capcom!
Kelebihan

- Kualitas visual memesona
- Model karakter tidak terasa “realistis” ala RE2 Remake
- Nico
- Gameplay tetap penuh gaya
- Musik super keren
- Tingkat kesulitan menantang
- Animasi dan cut-scene yang memanjakan mata
- Konklusi cerita untuk arc “Son of Sparda” yang tepat
- Tiga karakter dengan tiga gaya bertarung berbeda
- Desain monster
- Rangkuman cerita via “History of DMC” yang singkat, padat, jelas
Kekurangan

- Desain level terkesan sedikit “malas”
- Terkutuklah semua jenis musuh yang bisa melakukan teleport
Cocok untuk gamer: yang menikmati seri Devil May Cry sebelumnya, menginginkan game action keren
Tidak cocok untuk gamer: yang malas belajar kombinasi serangan, tidak senang dengan game action kompleks