Review Days Gone: Kontras Keindahan dan Kematian!
Kesimpulan

Acungan dua jempol pantas diarahkan pada Sony Bend Studio yang mampu membuat kami, salah satu gamer yang sempat merasa skeptis dengan kualitas Days Gone via event demo dan media preview di masa lalu, menjadi salah satu gamer yang menyukai apa yang ia tawarkan. Bahwa penyempurnaan terjadi selama beberapa bulan terakhir, menghasilkan sebuah game action open-world yang pada akhirnya, berhasil mencuri hati kami. Kemampuan presentasi dari sisi visual, desain, cerita, dan musik berhasil dipadukan maksimal dengan sebuah game pertempuran zombie yang unik dari sisi penyajian cerita dan pertempuran membuatnya bersinar. Butuh waktu untuk jatuh hati pada apa yang ditawarkan Days Gone. Namun begitu momen itu tiba, Anda akan memahami perjalanan seperti apa yang menanti Anda.
Namun seperti yang bisa diprediksi, game ini tidak bisa dibilang sempuna. Di atas Anda sudah mendengar beberapa keluhan besar kami. Dari Weapon Wheel yang tidak responsif, misi acak yang seringkali berujung mengecewakan, bug dan glitch, hingga cerita yang tidak adaptif pada aksi yang sudah / belum Anda lakukan selama proses eksplorasi.
Tidak sampai di sana saja, proses balancing pohon skill milik Days Gone juga sayangnya, tidak terasa seimbang. Dalam pengertian, bahwa satu kategori atau satu skill spesifik yang terasa lebih penting dibandingkan yang lain. Anda akan sangat repot dan kesulitan misalnya, untuk menundukkan tantangan milik Days Gone, jika Anda tidak memilih Focus sebagai skill pertama Anda. Anda juga tidak akan bisa menundukkan Horde dengan sekedar senjata melee, sebaik apapun itu. Kategori Melee misalnya tidak memberikan Anda opsi untuk meracik senjata dengan durabilitas lebih tinggi atau mengorbankan scraps lebih sedikit untuk memperbaikinya. Pada akhirnya, atas nama bertahan hidup, Anda akan mengembangkan urutan pengambilan Skill Tree yang spesifik. Pelan tapi pasti, kategori Survivor misalnya mungkin akan berakhir Anda abaikan sampai Anda sudah menyelesaikan pohon skill Range misalnya.
Terlepas dari kekurangan tersebut, Days Gone tetaplah sebuah game open-world “Freakers” yang memesona. Sony kembali membuktikan diri bahwa terlepas dari seberapa skeptis gamer terhadap produk racikan studio first-party mereka, komitmen mereka untuk menyediakan sebuah game single player berkualitas yang punya sisi cerita dan visualisasi yang kuat tidak akan pernah luntur. Sesuatu yang berhasil dibuktikan kembali oleh Days Gone dan semua inovasi yang ia sertakan.
Kelebihan

- Kontras visual antara kehancuran dan alam indah yang keren
- Cerita menggugah
- Soundtrack yang berhasil membangun atmosfer dengan tepat
- Pertempuran melawan Horde yang intens
- Sistem Storylines mengaburkan misi sampingan dan misi utama
- Sistem camp yang hadir dengan “nilai moral” mereka sendiri-sendiri
- Karakter “abu-abu”
- Brutalitas yang lugas
- Sistem bensin yang membuat Anda harus memikirkan dan mengembangkan strategi untuknya
- Sensasi mengendari motor yang asyik
- Desain user-interface menu yang elegan
Kekurangan

- Motor yang gagal membangun “keterikatan emosional” dan berujung tidak lebih dari moda transportasi
- Masih penuh masalah teknis
- Cerita tidak adaptif dengan aksi yang sudah / belum Anda lakukan saat eksplorasi
- Sesi Throwables dalam Weapon Wheel yang siap memicu rasa frustrasi
- Sistem Skill terasa tidak seimbang, dimana ada satu kategori atau skill spesifik yang terasa lebih penting daripada yang lain
- Beberapa pertumbuhan karakter terasa membingungkan
- Misi acak yang lebih banyak mengecewakan
Cocok untuk gamer: yang mencintai game open-world berkualitas, yang ingin merasakan keseruan bertempur melawan para Horde
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan sebuah game yang revolusioner, yang menginginkan sensasi dan rasa menjadi seorang superhero di dalam sebuah dunia fiktif












