Review RAGE 2: Aksi Asyik dengan Masalah Klasik!

Reading time:
June 6, 2019

Masalah Klasik Avalanche

Rage 2 jagatplay part 2 43
Pernah memainkan Just Cause atau Mad Max sebelumnya? Ada aspek yang Anda tidak suka di sana di luar gunplay? Avalanche tetap membawa masalah tersebut ke RAGE 2.

Bagi gamer yang sempat mencicipi Just Cause dan Mad Max di masa lalu, Avalanche Studios selalu punya satu kekurangan yang sepertinya terus muncul di game-game mereka. Benar sekali, desain game open-world yang secara pondasi, memang tidak menarik. Entah karena mereka tidak belajar atau sesederhana tidak ingin ambil pusing dengannya, namun masalah yang sama kembali terjadi di RAGE 2 ini. Game ini mungkin mengusung aksi tembak-tembakan yang seru, namun skema open-worldnya terhitung menyedihkan.

Ketika banyak game open-world seperti Far Cry misalnya sudah mulai menjauhi sistem open-world berbasis ikon yang mulai tidak lagi terasa relevan, RAGE 2 memutuskan untuk mempertahakan sistem yang mulai kadaluwarsa  ini. Bersama dengan progress cerita yang Anda kejar, semakin banyak pula ikon yang muncul di peta yang posisinya bahkan, terkadang berdekatan. Dengan sistem seperti ini, pelan tapi pasti, Anda akan mulai berusaha menyelesaikan setiap ikon yang berada di sekitar Anda. Akan ada gambar ikon yang jelas untuk membedakan mana misi sampingan, mana misi utama, dan mana aktivitas yang tidak akan punya garis cerita, seperti menghancurkan konvoi kendaraan atau sekedar mengejar para bounty yang ada.

Permasalahan terbesar RAGE 2 dari desain seperti ini adalah variasi misi yang terhitung minim. Bahwa alih-alih diracik untuk memberikan garis cerita sampingan lebih kuat untuk mendukung plot yang pada dasarnya sudah lemah dan klise, aktivitas-aktivitas ini berakhir serupa satu sama lain. Sebagian besar dari mereka akan meminta Anda bertempur dan membersihkan faksi musuh dari satu area terlepas dari apapun motivasinya, melawan boss yang juga tidak butuh banyak strategi, atau sekedar menghancurkan drum merah berisi bahan bakar yang tersebar di satu area kecil dan harus Anda cari. Misi-misi seperti ini memang menarik di awal, namun seiring dengan lebih banyak misi yang harus Anda lewati, rasa membosankan itu pasti muncul dan tidak terelakkan.

Rage 2 jagatplay part 2 9
Pelan tapi pasti, dengan semua ikon di peta dan variasi misi yang monoton, RAGE 2 pelan tapi pasti berakhir membosankan dan repetitif.
Rage 2 jagatplay part 2 55
Mengingat banyak hal yang bisa Anda upgrade dengan beragam resource yang ada, sulit rasanya untuk “melewatkan” misi-misi dan aktivitas sampingan ini begitu saja.

Karena mau tidak mau harus diakui, misi-misi ini bukan sekedar “opsi”. RAGE 2 adalah sebuah game yang sangat menitikberatkan diri pada sistem upgrade. Hampir semua aspek permainan Anda memiliki sistem upgrade-nya sendiri, yang masing-masing tentu menuntut resource tersendiri. Ada uang untuk membeli beragam perlengkapan dan senjata, ada Nanotrites untuk memperkuat dan membuat skill lebih efektif, ada sistem EXP per region untuk tiap karakter NPC penting yang akan membuka lebih banyak pohon skill untuk Anda upgrade bernama “Project”, ada sistem upgrade senjata, dan pada akhirnya, sistem upgrade kendaraan. Setiap langkah yang Anda tempuh untuk menyibukkan diri akan memperkuat Walker, dengan satu cara atau cara lainnya.

Konsep seperti ini membuat Anda mau tidak mau, berupaya untuk menyelesaikan semua misi yang Anda temui, sekalipun Anda sudah merasa bosan. Pelan tapi pasti, kuantitas tinggi dan kualitas rendah yang ia usung akan membuat sensasi monoton muncul. Berita buruknya lagi? Kesempatan untuk mendapatkan senjata dan skill lebih kuat juga mengakar pada konsep peta berbasis icon yang sama. Anda harus mencari Vault-Vault yang tersebar di peta untuk membuka setiap darinya. Menemukan senjata dan skill baru ini akan membawa Anda masuk ke dalam sebuah ruang simulasi untuk proses tutorial yang pada akhirnya, terasa tak kreatif. Berusaha membunuh musuh statis dalam ruang simulasi untuk mempelajari apa yang bisa / tidak bisa dilakukan oleh senjata Anda benar-benar sebuah penerapan sistem yang malas dan menjemukan. Mengapa tidak langsung membiarkan gamer mengujinya langsung di lapangan dalam pertempuran epik? Kami juga bingung dengan keputusan ini.

RAGE 2 jagatplay 162
Bunuh, bunuh, dan bunuh.

Maka Avalanche Studios tidak bisa dibilang belajar banyak jika kita merujuk pada apa yang ia tawarkan via RAGE 2 ini. Mereka memang mengaplikasikan engine baru dan serupa dengan Just Cause 4 yang terasa lebih optimal dan nyaman untuk framerate terlepas dari dunia yang besar. Namun untuk struktur open-worldnya itu sendiri? Sama seperti masalah Just Cause yang tidak pernah berhasil menyediakan skema aktivitas dan misi sampingan yang menarik, RAGE 2 juga berujung sama tidak asyiknya dengan game-game Avalanche yang lain. Sebuah kondisi yang berujung mencederai. Lebih parahnya lagi? Ada satu mekanik lain yang ingin membuat kami muntah darah.

Peti Super Menjengkelkan

RAGE 2 jagatplay 128
Terkutuklah siapapun yang mendesain sistem peti RAGE 2 dan membuatnya tersembunyi.

Ada banyak hal yang berakhir menjadi highlight review kami. Di banyak skenario, kita membicarakan mekanik atau gimmick fantastis yang layak untuk dipuja-puji. Namun di sisi yang lain, kita juga sering bertemu dengan sebuah konsep yang saat dieksekusi ternyata berujung menjadi sumber masalah paling menjengkelkan dan mengacaukan sensasi bermain yang ada. Di RAGE 2 sayangnya, highlight kita berakhir menjadi yang kedua dengan fokus pada satu kata – peti.

Hampir sebagian besar misi sampingan atau aktivitas yang Anda selesaikan saat eksplorasi akan memberikan Anda reward resource yang bisa digunakan untuk memperkuat Walker. Namun tidak bisa “memanen”nya secara langsung, sebagian besar dari mereka akan tersimpan di dalam peti yang harus Anda buka atau hancurkan. Informasi di layar akan memberi tahu berapa banyak peti di satu area yang sama, berapa banyak yang berisikan satu resource spesifik di luar uang atau resource serupa lain bernama Feltrites. Lantas, mengapa menjengkelkan?

Karena tidak seperti game action kebanyakan yang langsung menempatkannya di tempat yang jelas sebagai reward “kesibukan” yang sudah Anda jalani, RAGE 2 memutuskan untuk membuat posisi mereka tersembunyi. Hasilnya? Ketika Anda sudah lelah dengan misi sampingan yang monoton, Anda kini harus disibukkan lagi dengan aktivitas mencari dan membuka peti-peti ini yang posisinya terkadang tersembunyi baik. Ada kesan yang jelas bahwa Avalanche mendesainnya untuk menawarkan ekstra kesibukan dan memperpanjang waktu gameplay. Mengapa? Pertama, petinya mengusung warna yang tidak terlalu cerah dan seringkali berakhir samar dan menyatu dengan background area yang Anda jelajahi. Kedua? Jika jumlahnya di atas 2 buah di satu area, beberapa di antaranya biasanya tersembunyi di sudut ruangan, di atas platform yang tidak akan pernah Anda curigai sebelumnya, dan di bagian terbawah satu objek misalnya. Anda memang bisa melewatkannya, tetapi selalu ada rasa tidak puas ketika user-interface terus “mengingatkan” Anda berapa banyak peti yang belum ditemui.

Masih belum cukup? Sistem skill pasif yang Anda buka untuk Walker memang beberapa di antaranya akan berkontribusi pada proses eksplorasi lebih mudah, dari menambahkan jumlah resource yang didapatkan dan membantu Anda menemukan lokasi peti yang dimaksud. Namun alih-alih melakukan cara “mudah” seperti memberikan highlight jelas dimana saja resource ini, seperti yang dilakukan Far Cry New Dawn, mereka membuat “bantuan” proses pencarian ini berakhir menjadi sebuah radar. Benar sekali, reward dari distribusi skill points berharga Anda untuk masalah peti ini adalah sebuah RADAR. Sebuah radar dua dimensi yang hanya menyala karena Anda berada di dekat peti dan tidak memberi tahu Anda dimana tata letak pastinya.

Di atas misi sampingan yang sudah monoton, apa yang dilakukan Avalanche dengan sistem peti sebagai reward yang masih harus dicari seperti ini muncul seperti sebuah amplifier rasa jengkel yang pelan tapi pasti, terus memuncak. Ia membuat sebuah konsep yang sulit untuk dinikmati, semakin sulit untuk dinikmati.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

PC Games

December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…
November 22, 2023 - 0

Menjajal Pre-Alpha RIFTSTORM: Ini Beneran Game Indonesia??!

Aksi jajal demo pre-alpha RIFTSTORM kami membangkitkan rasa optimisme tinggi.
November 17, 2023 - 0

Menjajal DEMO Whisper Mountain Outbreak: Game Multiplayer Lokal Potensial!

Game Indonesia terbaru dari Toge Productions - Whisper Mountain Outbreak…
October 11, 2023 - 0

Menikmati Restoran Honkai Star Rail Jakarta: Si Kereta Bintang Akhirnya Tiba!

Restoran Honkai Star Rail akhirnya tiba di Jakarta! Bagaimana suasananya?

PlayStation

November 23, 2023 - 0

Review Tales of Arise – Beyond The Dawn: Potensi yang Tak Digali!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Tales of Arise - Beyond…
November 13, 2023 - 0

Review Like a Dragon Gaiden: Seperti Sebuah Mimpi!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Like a Dragon Gaiden: The…
November 8, 2023 - 0

Review Alan Wake 2: Game Supernatural Super!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Alan Wake 2 ini? Mengapa…
November 6, 2023 - 0

Review Call of Duty – Modern Warfare III (Campaign): Jelas Semakin Malas!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign Call of Duty…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…