Review Man of Medan: Kapal Hantu Kurang Hantu!

Reading time:
September 5, 2019

Jump Scare Murahan

Man of Medan jagatplay 21
Sayangnya, ada yang “salah kaprah” dengan cara Supermassive Games mendefinisikan ketakutan.

Namun sayangnya, ada satu “cacat” desain yang pada akhirnya, membuat kami memilih sub-judul di atas. Sebagai gamer pengecut yang tidak terlalu berani mencicipi banyak game horror, Man of Medan harus kami akui, gagal tampil sebagai game horror yang menyeramkan. Bahkan harus diakui, tidak ada satupun momen yang bahkan berhasil membuat bulu kuduk kami merinding. Satu-satunya hal yang membuat suasana sedikit menegangkan hanyalah sekuens pertama Conrad yang berhasil dieksekusi dengan manis, membuat perasaan nyaman menjadi tidak kentara karena caranya dibangun bersama dengan penampakan “monster” yang memburunya.

Salah satu kelemahan Supermassive Games dan Man of Medan terletak pada satu konsep yang sepertinya mereka salah mengerti – mengasosiasikan Jump Scare dengan Ketakutan. Konsep ini memang sudah mereka bawa sejak era Until Dawn, namun tidak begitu bisa dikeluhkan karena porsi cerita yang lebih panjang, hingga konten jump scare seperti ini lebih tersebar dan tidak sering terjadi. Sementara untuk Man of Medan, karena porsi cerita yang pendek, jump scare biasanya akan terjadi setidaknya 15 menit sekali yang pelan tapi pasti, akan mulai bisa Anda prediksi. Kondisi seperti ini membuatnya semakin tidak efektif, terasa sekedar gangguan, dan justru memperlihatkan cita rasa “amatir” untuk sebuah game horror yang mumpuni. Supermassive Games sepertinya tidak bisa membedakan mana rasa terkejut dan mana rasa takut yang seharusnya.

Karena jump scare mau tidak mau, harus diakui, merupakan taktik murahan yang sebenarnya efektif untuk menghasilkan rasa “terkejut” dan bukannya takut. Sebagai contoh? Anggap saja Anda tengah membaca nyaman di sebuah perpustakaan super tenang dengan angin sepoi-sepoi yang menemani. Di tengah suasana tenang tersebut, tiba-tiba seorang anak tidak sengaja mendorong kursinya terlalu jauh dan berakhir membuat kursi kayu tersebut terjatuh. BAM! Ia memecah kesunyian dan Anda pun terkejut, melompat sedikit dari kursi yang tengah Anda duduki. Perasaan yang Anda rasakan di kala itu adalah terkejut, yang mungkin diikuti dengan sedikit rasa cemas dan penasaran untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun ia sama sekali bukan rasa takut.

Man of Medan jagatplay 54
Terlalu banyak jump scare, yang sebenarnya lebih melekat pada rasa terkejut dan bukannya takut.
Man of Medan jagatplay 65
Ditambah dengan frekuensi tingginya, ia justru mulai terasa mengganggu dan menyebalkan.

Hal inilah yang terjadi di Man of Medan. Hampir semua “sumber ketakutan” Anda berakhir dengan zoom-in monster, mayat, atau bahkan ekspresi karakter yang kemudian diikuti suara super keras di tengah momen yang sebelumnya sunyi. Yang ditimbulkan sebenarnya bukan rasa takut, tetapi terkejut. Lebih buruknya lagi? Sebegitu tidak kreatifnya mereka, hingga mereka tidak punya solusi untuk menciptakan ketakutan dengan cara yang lain. Padahal, ada banyak film horror berkualitas yang mampu menciptakan sensasi tersebut hanya dari sekedar premis cerita, dialog, hingga sekedar permainan cahaya dan terang misalnya. Tidak perlu “jatuh pada perangkap” bahwa terkejut sama dengan takut.

Supermassive Games bukannya tidak paham soal hal tersebut. Ada beberapa momen memesona di dalam game yang justru muncul karena mereka tidak sekedar menjual jump scare tersebut. Justru momen-momen seperti ini yang di mata kami, mendefinisikan horror sebelumnya. Kondisi-kondisi dimana Anda yang tidak cukup jeli tidak akan menangkap apapun namun ia tetap ditempatkan di lokasi-lokasi yang membuatnya nyaris mustahil untuk tidak diperhatikan. Itulah alasan mengapa kami jatuh cinta pada sekuens horror Conrad.

Man of Medan jagatplay 139
Supermassive sebenarnya mengerti hal tersebut. Di beberapa scene, khususnya kasus pin-up girls di sekuens Conrad, ketakutan dibangun lewat clue-clue kecil yang terlihat menyeramkan jika Anda benar-benar memerhatikannya.
Man of Medan jagatplay 142
Ia juga muncul dari desain dan animasi gerak monster yang membuat Anda merasa cemas dan terancam.

Mengapa? Karena sang pin-up girls yang menjadi “sumber ketakutan personal” miliknya tidak diperkenalkan lewat jajaran jump scare yang justru merebut daya magis dari apa yang membuatnya menakutkan. Pin-up girls ini pertama kali muncul di pojok ruangan yang bisa Anda lewatkan begitu saja jika Anda tidak jeli. Ketika ia mengejar Anda dan berusaha memburu Anda, ketakutan muncul dari desain dan animasi gerak tak biasa yang memang mengindikasikan kuat bahwa Anda saat ini, memang tengah terancam nyawanya. Tidak perlu ada suara keras, zoom in wajah, dan bunyi-bunyi kencang di tengah ketenangan.

Kami sendiri berharap Supermassive Games untuk belajar lebih banyak soal “esensi” horror yang sebenarnya dan tidak lagi mengasosiasikannya dengan hanya satu jenis reaksi saja – terkejut. Karena percaya atau tidak, film-film horror ternama yang terus diingat hingga saat ini tidak pernah mengandalkan cara murahan seperti itu untuk bisa terus diingat. Kuncinya terletak pada seberapa kuat atmosfer, seberapa mengganggu dan menggugah-nya scene-scene ikonik, hingga sekedar cerita yang ia usung.

The Dark Pictures – Sebuah Format Bisnis Menggoda

Man of Medan jagatplay 25
Kami jatuh hati pada model bisnis The Dark Pictures itu sendiri.

Satu acungan jempol ekstra memang pantas kami berikan untuk sesuatu yang berada di luar video game Man of Medan itu sendiri. Benar sekali, lebih mengarah pada strategi rilis yang hendak diusung Supermassive Games dan Bandai Namco untuk keseluruhan franchise The Dark Pictures Anthology, yang harus diakui, inovatif dan menyegarkan di saat yang sama. Mengapa? Karena alih-alih terjatuh pada format game episodik ala Telltale atau Dontnod yang menjual satu cerita panjang yang dipecah ke dalam beberapa bagian, The Dark Pictures justru meminjam format seri televisi dimana setiap episodenya bergerak dalam dunia dan cerita yang terpisah. Satu-satunya benang merah yang menghubungkan mereka hanyalah satu karakter – The Curator.

The Curator sendiri berperan tak ubahnya seorang host yang mungkin sempat Anda nikmati di format acara horror di televisi, seperti KISMIS – Kisah Kisah Misteri super lampau yang pernah muncul di televisi Indonesia misalnya. Atau jika Anda cukup familiar dengan seri barat, Tales from the Crypt. Ia memperlihatkan aura misterius dan berperan sebagai “sumber” dari cerita-cerita horror yang akan Anda temui di The Dark Pictures Anthology nantinya. Format seperti ini bekerja sempurna untuk memastikan bahwa kesemua seri ini tampil berbeda dan unik, tetapi di sisi yang sama, tetap berbagi satu benang merah yang sama. Supermassive Games sendiri belum angkat bicara apakah seri-seri ini akan “berujung” pada satu jenis cerita, antagonis, atau mungkin sumber keanehan yang sama atau tidak.

Man of Medan jagatplay 130
Ia menawarkan format episodik yang mirip dengan seri televisi lepas alih-alih ala Telltale atau Dontnod yang membuat gamer tak bisa terjun dari seri manapun.
little hope
The next chapter..

Sementar dari perspektif pengembangan, format rilis seperti ini memang menguntungkan. Berbeda dengan format episodik yang tidak memungkinkan Anda untuk sekedar melompat dari tengah cerita dan menikmatinya secara langsung, The Dark Pictures memungkinkan hal tersebut terjadi. Bahkan ketika ia sudah masuk seri ke-5nya sekalipun, Anda selalu bisa melompat masuk dari seri manapun dan tetap berakhir menikmatinya dengan maksimal karena cerita, karakter, dan setting yang berbeda-beda. Dengan konten pendek yang kabarnya dikerjakan oleh tim-tim terpisah yang kini bekerja dengan salah satu engine paling “mudah” untuk disempurnakan – Unreal Engine 4, maka format ini bahkan lebih memesona. Melepas setidaknya dua seri setiap tahunnya hingga setidaknya 8 buah game ke depan menjadi tugas yang tidak lagi terlihat dan terdengar mustahil. Semuanya dibangun dengan kualitas presentasi yang konsisten dan kesempatan untuk menjualnya di harga yang super terjangkau karena konten yang memang lebih pendek.

Bukannya tidak mungkin, bahwa jika memang strategi ini berhasil meraih sukses di pasaran, akan ada banyak developer yang akan berusaha mengekor kesuksesan yang diraih Supermassive Games ini dengan format yang serupa. Tidak lagi menjual game dengan satu cerita panjang dalam format episodik atau menambahkan konten via DLC, mereka mulai mengusung sistem serial televisi dengan cerita lepas seperti ini. Harga lebih terjangkau, bisa bermain di sisi kuantitas game, gamer tidak berkeberatan dengan konten yang pendek, keterbukaan bagi gamer untuk masuk dari seri manapun, dan sejenisnya. Ini adalah format rilis yang menggoda.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…