Review Xenoblade Chronicles – Definitive Edition: Dunia di Ujung Pedang!
Casual Mode – Sang “Penyelamat”
Satu hal yang cukup mengejutkan bagi kami, bahkan datang dari gamer yang menyelesaikan Xenoblade 2 dan Chronicles X, adalah fakta bahwa XC: DE ini bukanlah game JRPG yang mudah. Secara mekanik, ia terdengar bak game JRPG offline yang berusaha meminjam mekanik MMO dan harus diakui, memang mengeksekusi konsep tersebut dengan manis. Namun perlahan tapi pasti, dengan progress cerita yang kian mendekati konklusi akhir cerita, tingkat kesulitannya meningkat cukup signifikan.
Ada beberapa hal yang berkontribusi pada fakta ini. Yang paling signifikan tentu saja mengakar pada lompatan level musuh yang cukup signifikan dari satu area ke area lain ketika cerita mulai bergerak maju, hingga ia berada pada titik mampu mengejar level-level karakter dengan mudah. Situasi ini terpicu semata-mata karena jumlah EXP yang bisa didapatkan karakter dari sekadar menundukkan musuh yang berada di level setara atau 1-2 level lebih tinggi sangatlah minim. Begitu minimnya, hingga Anda akan jarang sekali mendapatkan kenaikan level dengan menundukkan mereka, bahkan ketika Anda berhasil membersihkan area sekalipun. Situasi ini memang mendorong Anda untuk mendapatkan level dari misi sampingan, namun sekali lagi, tidak pernah ada indikator jelas soal tipe misi sampingan untuk dikejar – apakah ia menawarkan sekadar uang atau juga menyuntikkan ekstra EXP di dalamnya.
Situasi kedua juga mengakar pada efek “akurasi” serangan yang juga ternyata terpengaruh oleh beda level antara karakter dan musuh. Jika musuh berada setidaknya 5 level lebih tinggi, untuk alasan yang menjengkelkan, ia juga akan berpengaruh pada akurasi serangan Anda. Ini berarti Anda bertemu dengan musuh yang notabene sudah memiliki HP lebih tebal, yang angkanya sudah sulit berkurang karena damage Anda yang lebih kecil, dan kini juga diselubungi dengan aura omong-kosong yang akan membuat sebagian besar serangan Anda “miss”. Ini membuat musuh yang sudah lebih sulit karena level, kini semakin sulit untuk ditundukkan. Parahnya lagi? Tidak sedikit musuh yang datang dengan jenis serangan AOE, yang tidak bisa dilindungi dengan kemampuan Monado milik Shulk, dan berpotensi membunuh tim Anda secara instan. Satu-satunya berita melegakan hanyalah fakta bahwa tidak ada penalti ketika Anda tewas. Anda hanya harus bangun dari checkpoint terakhir dan menyusuri kembali jalan Anda.
Untungnya, XC: DE datang dengan dua mode ekstra – Casual dan Expert Mode sebagai konten tambahan. Seperti namanya, Expert Mode memberikan Anda kesempatan untuk meningkatkan tingkat kesulitan XC: DE itu sendiri. Mode ini akan memungkinkan Anda untuk menyimpan total EXP yang sudah Anda kumpulkan untuk didistribusikan secara manual. Ini berarti, Anda tidak perlu takut berujung over-level jika Anda terlalu rajin menyelesaikan misi sampingan dan grinding, sehingga membuat pertarungan terakhir menjadi terlalu mudah. Bagi kami, adalah Casual Mode-lah yang membuat kami mampu menyelesaikan XC: DE dengan tanpa perlu harus disibukkan dengan proses grinding sama sekali.
Casual Mode akan menjadi “solusi” untuk Anda yang sudah mulai merasa bahwa tingkat kesulitan XC: DE tidak lagi bisa ditoleransi dan Anda tidak ingin lagi menghabiskan banyak waktu untuk melakukan proses grinding atau berburu ragam misi sampingan misalnya. Menghidupkan mode Casual ini akan menghasilkan beragam efek yang tidak akan punya konsekuensi sama sekali dalam cerita. Ia akan membuat damage musuh menjadi lebih kecil, akurasi serangan yang tidak banyak lagi dipengaruhi beda level, dan mendongkrak damage yang bisa dihasilkan karakter Anda. Ini akan membuat musuh yang berbeda puluhan level sekalipun, kini bisa Anda tundukkan jika Anda inginkan.
Mode yang satu ini memang didesain sedemikian rupa untuk gamer yang tidak bisa menangani tingkat kesulitan XC:DE namun tetap ingin menikmati sisi cerita yang ada. Namun, ada satu hal lain yang bisa Anda lakukan dengannya, yang juga sempat kami jajal di sesi playthrough kami. Mengingat Anda bisa bergonta-ganti dari mode Casual ke Normal sebebas yang Anda inginkan tanpa konsekuensi, Anda bisa menjadikannya sebagai solusi grinding. Level Anda tidak setara dengan musuh di area? Pindah ke Casual Mode, buru monster-monster dengan beda 10 level lebih tinggi dari Anda, nikmati kecepatan naik level yang dibutuhkan hingga Anda setara dengan progress cerita, lalu kembali ke mode Normal. Ini akan jadi solusi rasional untuk Anda yang tetap menginginkan tantangan yang seharusnya.
Future Connected – Sang Epilogue
Bagi gamer yang sudah mencicipi dan menyelesaikan Xenoblade Chronicles di Nintendo Wii, ada satu ekstra alasan untuk kembali menikmati XC: DE di luar peningkatan kualitas visualisasi dan QOL yang ia usung. Tanggung jawab tersebut terletak pada episode epilogue ekstra yang disebut sebagai “Future Connected”. Ia tentu tidak didesain untuk membangun jembatan cerita ke seri Xenoblade Chronicles 2, yang notabene lebih diceritakan sebagai dunia alternatif alih-alih sebuah seri sekuel. Lantas, apa yang sebenarnya ia tawarkan?
Salah satu bagian yang sepertinya akan mengecewakan gamer-gamer XC original adalah fakta bahwa di ending, ketika semua karakter mendapatkan ending yang jelas dan “bahagia”, ada satu orang karakter spesifik – Melia yang kisahnya tidak memiliki konklusi yang definitif. Ia hanya berdiri di ending, sedikit berdialog, tanpa memberikan informasi soal apa langkah hidupnya selanjutnya. Apa yang ditawarkan oleh “Future Connected” di sini adalah menawarkan konteks untuk akhir kisah Melia dengan memberikannya petualangan baru yang ditutup dengan sebuah konklusi definitif. Tentu saja, skala petualangannya jauh jauh lebih kecil dari seri utama XC: DE.
Petualangan Shulk dan Melia bersama dengan dua anak Riki – Nene dan Kino difokuskan untuk mencari solusi atas sebuah masalah baru bernama “Fog King” yang lahir dari ketidakstabilan Ether di kota Alcamoth yang berantakan. Bersama dengan masalah ini, Melia juga menemukan sebuah masalah sosial yang jelas terjadi. Bahwa 1 tahun setelah event di seri originalnya, terlepas dari dunia damai yang kini mulai pulih, masalah sosial yang baru kini tercipta. Bahwa tidak semua manusia Bionis ingin hidup berdampingan dengan para penduduk Mechonis karena konflik masa lampau mereka. Kini giliran Melia untuk menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin, baik untuk menundukkan Fog King atau menyelesaikan konflik sosial yang terjadi.
Dari sisi gameplay, apa yang ditawarkan XC: DE dan Future Connected sesungguhnya berbasis pada mekanik yang sama. Yang membuat Future Connected unik hanyalah kehadiran serangan Chain Attack dari para karakter yang kini ditiadakan dan kini diganti dengan sebuah sistem baru bernama “Ponspectors”. Ponspectors adalah 12 karakter Pon yang tersebar di dunia Future Connected yang bisa Anda kumpulkan bak game Pikmin dan akan ikut berpetualang bersama dengan Anda. Ponspectors terbagi menjadi 3 kategori berbeda yang masing-masing berisikan 4 anggota. Semakin banyak anggota yang Anda kumpulkan, semakin kuat pula serangan pemungkas yang bisa Anda picu.
Episode Epilogue ini menyediakan cukup konten untuk Anda nikmati, terutama Anda yang sudah menyelesaikan XC di masa lalu. Walaupun ceritanya sendiri tidak bisa dibilang benar-benar revolusioner dan memberikan nilai tambah yang esensial, namun sulit untuk tidak mengakui, bahwa ia menyediakan konklusi yang tertunda dan seharusnya untuk karakter Melia yang sudah mencuri hati banyak gamer. Bagi beberapa gamer, konklusi ini adalah sesuatu yang sudah lama mereka nantikan.