Review The Last of Us Part II: Manifestasi Keindahan Dalam Kekerasan!
Kesimpulan

Sejujurnya, ketika The Last of Us Part II pertama kali diumumkan kepada publik, kami sempat skeptis. Anda yang sempat membaca review JagatPlay soal The Last of Us pertama sepertinya mengetahui betapa besarnya rasa cinta kami pada ending yang ia bawa dan bagaimana ia terasa cocok untuk nama “The Last of Us” yang ia usung. Bagaimana caranya Naughty Dog menawarkan cerita dan gameplay dengan kaliber kualitas yang sama atau bahkan lebih? Untungnya, keraguan tersebut lenyap tak berbekas setelah perjalanan emosional puluhan jam yang kami lalui bersama dengannya. Naughty Dog tidak menahan diri untuk menyajikan sebuah cerita dewasa soal kerentanan nilai-nilai kemanusiaan yang “kebetulan” mengambil setting sebuah dunia post-apocalyptic berisikan monster-monster yang lahir dari spora jamur dan bukan sebaliknya. Dikombinasikan dengan musik Gustavo Santaolalla, visualisasi optimal yang super menawan, desain level lebih luas, kekerasan tanpa kompromi, dan gameplay solid yang intens, sulit untuk tidak kembali jatuh hati dengannya.
Jika harus berbicara soal kekurangan yang ia miliki, kami sebenarnya hanya memiliki satu hal saja. Bahwa ada sisi cerita yang terasa “dragging”, dimana kami merasa bahwa Naughty Dog sebenarnya bisa menyampaikan pesan dan plot point mereka dengan lebih efektif tanpa harus menuntut Anda melalui sisi cut-scene, cerita, atau gameplay yang pada dasarnya tidak bisa dibilang memberikan kontribusi yang signifikan pada perjalanan Anda. Kesan ini paling kuat terasa ketika Anda mulai bergerak mendekati akhir cerita. Mungkin terdengar aneh, namun kami merasa bahwa Naughty Dog sebenarnya bisa memperpendek sedikit waktu gameplay The Last of Us Part II ini. Walaupun kami yakin, opini ini mungkin tidak akan populer di kalangan banyak gamer.
Pada akhirnya, The Last of Us Part II tumbuh lebih dari sekadar sebuah video game yang memamerkan banyak pencapaian teknis yang pantas untuk dirayakan. Pelan tapi pasti, Anda akan ditarik ke dalam sebuah perjalanan emosional yang siap menguras energi dan air mata, dalam sebuah kisah soal rasa benci yang berhasil diracik begitu indah. The Last of Us Part II kian menegaskan bahwa pada akhirnya manusia dan nilai kemanusiaan yang mendefinisikan mereka adalah sesuatu yang rentan.
Kelebihan

- Kualitas visualisasi penuh detail memesona
- Animasi gerak dan serang terasa halus dan dramatis
- Desain dunia yang lebih luas dibandingkan seri pertama
- Cerita berat dan dewasa yang siap menguras emosi
- Kekerasan tanpa kompromi
- Opsi aksesbilitas komprehensif untuk gamer penyandang disabilitas
- Musik indah yang efektif membangun atmosfer
- Gameplay, aksi dan stealth, yang terasa memuaskan
- Desain puzzle brankas yang sederhana tetapi cerdas
- Kehadiran karakter baru yang diracik dengan baik dan berkontribusi kuat pada cerita
Kekurangan

- Cerita bisa terasa sedikit dragging di beberapa titik
Cocok untuk gamer: yang sudah memainkan dan menyelesaikan The Last of Us pertama, yang menginginkan game dengan cerita berkualitas
Tidak cocok untuk gamer: yang tidak senang dengan game yang terlalu banyak cut-scene, yang sudah muak dengan kondisi dunia saat ini dan benar-benar butuh game ringan penuh keriangan