Scarlet Nexus: Game Action RPG “Brainpunk” Pertama di Dunia!

Menarik perhatian para penikmat game JRPG di seluruh dunia sejak ia diperkenalkan di event Xbox Series X beberapa bulan yang lalu, ada rasa penasaran yang tinggi tentu saja untuk melihat apa yang akan ditawarkan Bandai Namco di Scarlet Nexus. Kita berbicara soal judul dengan gaya visualisasi anime yang hendak memanfaatkan ekstra performa konsol generasi selanjutnya di awal eksistensi produk tersebut, sembari dibangun di atas nama mereka yang bertanggung jawab untuk beberapa seri Tales di masa lalu. Tidak dipungkiri lagi, ada ketertarikan dan rasa penasaran yang tinggi untuk menyelam lebih dalam dan tentu saja, membongkar misteri lebih jauh soal apa sebenarnya Scarlet Nexus.
Kami untungnya, berkesempatan untuk mendapatkan informasi tersebut lebih awal. Mendapatkan undangan presentasi online berdurasi sekitar 40 menit, tim developer yang berisikan trio: Game Producer – Keita Iizuka, Game Director – Kenji Anabuki, dan Art Director – Kouta Ochiai memberikan banyak detail terkait proyek game action RPG yang ternyata mengusung nilai estetika cukup tinggi ini. Presentasi ini memberikan gambaran lebih jelas soal keputusan desain, dunia, karakter, mekanik gameplay, hingga pengalaman bermain seperti apa yang bisa kita antisipasi berkat tampilan demo teranyar. Sesuatu yang kami jadikan sebagai basis artikel ini, tentu saja. Ucapkan selamat datang untuk game dengan genre Brainpunk pertama di dunia – Scarlet Nexus!

Ketiga trio ini menyebut bahwa proses pengembangan Scarlet Nexus sebenarnya sudah dimulai sekitar 5 tahun yang lalu. Segala sesuatunya dimulai ketika Bandai Namco meminta Iizuka dan Anabuki untuk meracik sesuatu yang baru dan berbeda, yang kemudian diikuti dengan membangun sebuah tim kecil untuk menangani tanggung jawab tersebut. Sebuah prototipe lahir dan dipresentasikan kepada Bandai Namco. Seperti yang bisa diprediksi, dengan sosok Ochiai yang juga diminta untuk menangani sisi art, proyek tersebut “tembus” dan kemudian mulai masuk tahap pengembangan yang seharusnya. Satu yang pasti, sejak awal mereka memang sudah berambisi untuk membangun sebuah game RPG.
Brain Punk Action RPG!

Scarlet Nexus disebut dibangun di atas dua konsep dasar: Scarlet berarti “Merah” dan Nexus berarti “Hubungan”. Dengan kombinasi keduanya, Scarlet Nexus dibangun di atas konsep visual dimana objek atau manusia dihubungkan dengan garis-garis berwarna merah. Hal ini kemudian ditranslasikan di dalam gameplay, dimana karakter utama Anda akan bisa “meminjam” kemampuan karakter yang lain melalui sebuah tabung merah yang tertanam di punggung mereka. Di sinilah, visualisasi “Garis merah” di dalam Scarlet Nexus memainkan fungsinya. Di sepanjang permainan, istilah “garis merah” atau “tali merah” juga akan beberapa kali mengemuka, menjadikannya sebagai salah satu istilah yang signifikan di dalam kisah Scarlet Nexus itu sendiri.
Satu yang menarik adalah keputusan untuk mendefinisikan Scarlet Nexus sebagai game “action RPG Brain Punk”, membuatnya sebagai proyek kreatif pertama yang menggunakan istilah unik yang satu ini. Iizuka dan Anabuki menegaskan bahwa istilah ini tentu saja diambil dengan pertimbangan yang matang.
Pertama, karena Brain alias otak memang memainkan peran penting di dalam cerita Scarlet Nexus. Bahwa di kota dengan teknologi super futuristik ini, otak dan perkembangannya menjadi sesuatu yang esensial, termasuk menjadi alasan mengapa sang karakter utama yang akan Anda gunakan nanti, memiliki kemampuan psikokinesis istimewa untuk menghancurkan para monster yang ada. Kedua, bahwa dunia yang mereka racik– dengan visualisasi kota modern Jepang era tahun 90-an dengan estetika tinggi, memang meninggalkan kesan Cyberpunk yang kuat. Oleh karena itu, mereka memilih untuk mengkombinasikan kedua istilah ini dan melahirkan untuk pertama kalinya, konsep yang disebut sebagai “Brain Punk”.
Pertimbangan lainnya juga datang dari fleksibilitas istilah Cyberpunk sebagai sebuah genre yang memang difokuskan pada kata “Punk” yang berarti perlawanan. Cyberpunk di masa lalu misalnya, melahirkan cabang tema lain seperti Steampunk atau Dieselpunk sesuai dengan tema cerita yang diusung. Mengingat otak memainkan peran sangat penting di Scarlet Nexus, menjadi sesuatu yang rasional untuk mendefinisikan game ini dengan istilah baru tersebut. Dunia Scarlet Nexus mereka sebut berada di ranah alternative reality dimana manusia berhasil menemukan sebuah zat di dalam otak yang berujung membuat peradaban tumbuh dan maju begitu pesat.
New Himuka

Setting utama yang akan menjadi arena bermain Anda nantinya adalah sebuah negara yang disebut sebagai “New Himuka” – sebuah negara futuristik yang begitu besar dan lebarnya, hingga konsep “luar negeri” tidak eksis di dunia yang satu ini. Di dalamnya ia akan memuat beberapa kota besar, seperti yang bernama Suoh atau Seiran, termasuk lokasi yang akan menjadi sumber oposisi bernama Togetsu. Semua teknologi yang hidup di dalam New Himuka akan didasarkan pada kemampuan otak, seperti tema yang mereka bicarakan sebelumnya. Bahwa otak semua manusia di dalamnya terhubung satu sama lain di dalam jaringan bernama “Psynet” yang berfungsi layaknya internet di dunia kita.
Jaringan Psynet ini kemudian akan menghubungkan manusia-manusia New Himuka dengan beragam layanan yang mereka butuhkan, dari infrastruktur, layanan kesehatan, hingga usaha untuk mencari internet. Namun seperti yang bisa diprediksi, fakta bahwa setiap otak manusia saling terhubung ini justru menjadi resep mimpi buruk yang akan dijadikan Scarlet Nexus sebagai basis untuk menyajikan dan mendorong cerita. Satu yang menarik? Game ini tidak akan secara spesifik di tahun berapa sebenarnya event Scarlet Nexus terjadi, mengingat cara dunia yang memang sudah bekerja dengan metode yang berbeda dengan apa yang kita kenal di dunia nyata.
Di dalam New Himuka, Anda akan memainkan karakter utama bernama Yuito Sumeragi, anggota baru OSF yang didesain untuk menghancurkan monster bernama “The Others” yang menghantui New Himuka. Namun seiring dengan perjalanannya bersama OSF, Yuito akan mulai mempertanyakan soal cara New Himuka bekerja, terutama soal keuntungan berbanding kerugian mengingat bagaimana masyarakat dibangun di atas otak yang terkoneksi satu sama lain. Scarlet Nexus juga disebut Ochiai akan sedikit merefleksikan apa yang terjadi dunia nyata, seperti kritik soal sosial media dan usaha untuk mendefinisikan “rasa sepi” di tengah dunia yang saling terhubung seperti ini. Maka seperti nama yang ia usung, hubungan antara karakter akan memainkan peran penting di Scarlet Nexus.
Berbicara soal motivasi sang karakter utama – Yuito, ia pertama kali bergabung dengan OSF (Other Suppression Force) karena dirinya sendiri sempat diselamatkan di kondisi yang genting. Keinginannya untuk menyelamatkan orang lain justru menjadi pintu pembuka untuk memahami misteri di dalam New Himuka. Terlepas dari nama penting keluarganya – Sumeragi yang notabene punya andil besar membangun New Himuka menjadi negara raksasa nan futuristik, Yuito lebih memilih untuk bergabung dengan OSF sebagai prajurit baru dan terjun di garis depan. Keputusan ini ia ambil di tengah ekspektasi anggota keluarga yang lain, di bawah bendera Sumeragi, bahwa ia seharusnya menjadi birokrat atau politisi.
Ochiai memberikan ekstra penjelasan soal basis pertimbangan desain Yuito sebagai karakter protagonis utama. Ia memahami bahwa hampir sebagian besar gamer JRPG ingin bertarung dengan animasi yang elegan dan tetap terlihat keren di saat yang sama. Semuanya harus dicapai sembari memastikan presentasi yang diusung tidak terlihat berlebihan. Menjawab tantangan tersebut, dengan pondasi untuk tetap mempertahankan cita rasa “asing” di dunia futuristik yang ia usung, Ochiai memilih untuk menjadikan katana sebagai senjata utama dan menyuntikkan garis-garis merah dan kabel di desain Yuito itu sendiri. Memberikannya penutup kepala juga ia yakini membuat misi tersebut menjadi lebih mudah tercapai.