Review DEATHLOOP: Kesenangan Berulang, Berulang, Berulang!
Dunia Asing yang Menarik

Asing dan menarik adalah kata yang sepertinya tepat untuk menjelaskan Blackreef yang diusung oleh Deathloop ini. Mengapa? Karena berbeda dengan Dishonored yang masih punya cita rasa Steampunk yang kental, Deathloop datang dengan pendekatan kreatif yang sulit untuk didefinisikan. Ada beberapa lokasi yang memang mengingatkan Anda pada kota di dunia nyata memang. Namun melihat beragam pasukan penjaga Visionaries-nya yang berkostumkan kepala serigala, berwajahkan manik-manik warna-warni, berperawakan bak cyborg dengan misi hanya membunuh, dan dibantu dengan turret-turret yang diposisikan di lokasi strategis, Blackreef adalah sebuah dunia fantasi yang menarik.
Memainkannya di Playstation 5, Anda akan memiliki beberapa opsi grafis untuk dinikmati. Ada opsi untuk menjadikan framerate menjadi prioritas, dimana gameplay 60fps akan terus dicapai di beragam skenario yang ada. Namun jika Anda termasuk gamer yang lebih mementingkan visual, opsi “Ray-Tracing” juga tersedia untuk visual maksimal namun dengan potongan framerate ke 30fps. Memainkan game ini dari awal hingga akhir dengan mode “Ray-Tracing”, kami bisa menyimpulkan bahwa tata pencahayaan lebih realistis ini tidak banyak berkontribusi pada rata-rata visual yang Anda nikmati selama berjalan-jalan di Blackreef. Kami lebih merekomendasikan Anda untuk mencicipinya di mode framerate 60fps untuk pengalaman lebih maksimal.


Sebagai game yang terus dipromosikan di beragam event Playstation sejak setahun terakhir ini, untungnya Deathloop mampu memanfaatkan setidaknya fitur utama sang kontroler – DualSense. Semua aspek kontroler milik Playstation 5 ini dieksekusi dengan manis. Haptic Feedback berfungsi dari hal sekecil berjalan atau bergerak, atau ketika Anda mengeksekusi gerakan ala magic bernama Slab yang ia tawarkan. Sementara Adaptive Trigger akan menawarkan sensasi tembak memuaskan, baik ketika Anda menggunakan senjata mesin ataupun sekadar pistol kecil dengan efek silencer untuk aksi stealth lebih baik. Untuk sebuah game yang sejak awal gencar dipromosikan untuk konsol generasi terbaru Sony ini, ia berujung dengan produk akhir yang terasa pantas.
Kualitas yang sama juga terasa di sisi audio. Walaupun kami tidak memiliki headset 3D Audio untuk memanfaatkan fiturnya secara maksimal, namun memainkan Deathloop dengan earphone / headset memang menawarkan pengalaman lebih baik, bahkan dengan ekstra keuntungan strategis tertentu. Dengan headset misalnya, Anda akan mendengarkan suara derap kaki musuh yang tengah berpatroli dengan lebih baik, bahkan dengan kesempatan untuk mengetahui dari arah mana datangnya si suara. Di mode multiplayer dimana Anda berperan sebagai Julianna yang berburu Colt (yang akan kami bicarakan nanti), headset bahkan akan lebih membantu lagi. Anda bisa dengan saksama mendengarkan bunyi riuh yang mungkin tercipta karena aksi Colt player lain yang tengah membunuh beragam musuh, hingga Anda bisa lebih mudah untuk menentukan titik letak mereka.

Sementara untuk sisi musik, kami sendiri menyebutnya sebagai musik yang pantas untuk mendukung atmosfer yang ada, walaupun tak terasa begitu istimewa di telinga. Kami bisa melihat beberapa gamer yang mungkin jatuh hati dengan apa yang ia tawarkan, namun kami menikmatinya sebagai pengiring aksi Colt yang sesuai tanpa ada niat misalnya, untuk memasukkannya ke dalam library akun streaming secepat yang kami bisa. Setidaknya, musik-musik ini berhasil menangkap sisi misteri yang ada dengan begitu baik. Sisi VA datang dengan kualitas di atas rata-rata, walaupun kami melihat bahwa ada potensi besar Anda akan muak dengan pertukaran percakapan antara Colt dan Julianna di setiap level, yang lebih banyak berisikan ejekan daripada tambahan konten cerita yang penting, misalnya.
Berulang, Berulang, dan Berulang

Sebelum kita menyelam lebih jauh untuk membicarakan mekanik gameplay yang ia usung, ada baiknya jika kita bicara soal konsep dasar Deathloop itu sendiri. Pada dasarnya, seperti namanya, Deathloop akan meminta Anda untuk melewati pengulangan hari hingga pada akhirnya, objektif akhir Anda tercapai. Loop akan terjadi jika dua hal terjadi: Anda tewas setidaknya 3 kali pada saat menjalankan satu misi atau Anda berhasil selamat hingga akhir hari. Jika satu di antara dua situasi ini terjadi, maka loop akan terjadi dan Anda akan mulai kembali dari awal hari, tepatnya di pagi hari.
Dengan misi utama untuk memburu dan menghabisi para Visionaries yang ada hanya dalam satu hari saja, Anda akan diberikan 16 variasi “taman bermain”. Blackreef akan terbagi ke dalam empat lokasi besar: The Complex, Updaam, Karl’s Bay, dan Fristad Rock. Setiap lokasi akan memiliki empat waktu berbeda – Morning, Noon, Afternoon, dan Evening yang masing-masing akan menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda, dari penempatan musuh hingga akses ke lokasi tertentu. Dengan format 4 lokasi x 4 waktu berbeda ini = Anda mendapatkan 16 variasi lokasi yang bisa Anda eksplorasi.
Menariknya? Waktu yang Anda pilih di awal akan terus bertahan hingga Anda keluar dari lokasi tersebut. Sebagai contoh? Anda ingin mengeksplorasi wilayah Updaam – Morning. Ini berarti lokasi tersebut akan terus-menerus berada di pagi hari, tanpa ada pergerakan waktu sama sekali, hingga Anda keluar dari wilayah tersebut dan memilih lokasi + waktu yang baru. Loop akan memastikan bahwa posisi musuh dan lokasi yang bisa Anda akses akan terus sama bergantung pada Lokasi + Waktu yang Anda pilih. Para Visionaries juga akan hanya bisa dicari dan ditundukkan di Lokasi + Waktu tertentu saja.


Maka dari pondasi sistem seperti inilah, Deathloop berjalan. Bahwa dengan konstanta Lokasi + Waktu yang akan menawarkan tantangan yang serupa, ia kemudian akan mendorong mekanik yang serupa dengan Metroidvania. Bahwa proses eksplorasi Anda yang tidak selalu berakhir dengan kematian Visionaries ini bisa saja membuka informasi atau clue baru yang hanya bisa dimanfaatkan di Lokasi + Waktu yang berbeda. Kita bicara dari hal sederhana seperti sekadar informasi baru yang memberi tahu soal lokasi gerak Visionaries hingga kode untuk pintu tertentu misalnya. Informasi yang terus bertambah, bertambah, dan bertambah ini akan memperluas wilayah yang bisa Anda jelajahi dan juga ragam aksi yang bisa Anda tempuh di Lokasi + Waktu yang lain. Beberapa di antaranya bahkan bisa memberikan Anda akses ke senjata unik yang lebih mematikan.
Untungnya? Deathloop membuat proses pengulangan ini lebih bersahabat lewat dua sistem yang fantastis. Pertama? Mereka menyediakan sebuah chart spesifik untuk memberi tahu apa yang sudah Anda tempuh dan misi lanjutan apa yang perlu Anda tempuh untuk mendorong cerita yang ada. Chart tersebut didesain sedemikian rapinya hingga Anda memahami lokasi mana, waktu kapan, dan target misi apa yang perlu Anda selesaikan. Tidak ada kebingungan di sini. Namun sebagai konsekuensinya? Alih-alih terbuka, Deathloop akan terasa seperti game action yang linear mengingat apa yang harus Anda selesaikan berujung menjadi objektif yang memang spesifik harus dilewati.


Kedua ? Adalah sistem Infuse. Mengingat semua senjata dan perk Anda akan hilang setiap kali pengulangan hari terjadi, Anda diberi kesempatan untuk mempertahankan apapun yang ingin Anda pertahankan. Ini berarti membuat senjata atau perk tetap akan bisa diakses terlepas dari pengulangan hari yang baru. Infuse sendiri membutuhkan sebuah resource bernama Residuum yang bisa Anda temukan di sepanjang proses eksplorasi atau ketika Anda membunuh Visionaries. Senjata, perk, atau buff yang ingin Anda “simpan” akan menuntut sejumlah Residuum untuk dikorbankan. Berita baiknya? Sistem seperti ini menihilkan ancaman ala Rogue-like untuk Deathloop karena sejak setidaknya 1 jam permainan, Anda sudah bisa membangun build karakter dan mempertahankan senjata-senjata favorit Anda untuk aksi bunuh yang lebih efektif.
Seperti fungsi magis di Dishonored, Anda juga akan dibekali dengan kemampuan serupa yang disebut sebagai Slab. Menggunakan resource lain bernama “Power” alias Mana, ia datang dalam beberapa variasi. Anda yang mampu “mengikat” musuh hingga satu aksi yang Anda lakukan akan terpapar ke semuanya secara instan, ada pula yang datang sebagai buff damage dan defense, ada yang datang sebagai efek teleport untuk akses area lebih efektif, hingga yang mampu membuat Anda menghilang untuk sementara waktu. Kerennya lagi? Mengingat konsep loop yang mungkin membuat Anda harus membunuh Visionaries yang sama berulang kali, akses ke Slab yang sama berulang kali akan membuka variasi upgrade yang membuatnya lebih kuat dan efektif. Ini membuat aksi “berburu” Visionaries ketika Anda iseng, tidak akan terbuang sia-sia.


Maka pengalaman Deathloop Anda pada akhirnya akan terasa linear karena misi dengan objektif spesifik yang perlu Anda selesaikan untuk mendorong cerita yang ada. Namun yang membuatnya menarik adalah implementasi desain level ala Dishonored yang membuat setiap lokasi punya banyak jalur alternatif untuk ditempuh. Anda juga punya selalu kebebasan untuk bertarung dengan setiap musuh yang Anda temui secara terbuka jika Anda percaya diri, lebih mengandalkan senjata stealth dari kejauhan, atau justru berujung bergerak tanpa membunuh siapapun. Dikombinasikan dengan Slab yang ada, opsi aksi ini sangat bergantung pada aksi bongkar-pasang build karakter Anda. Lagipula selain misi utama, ada pula opsi alternatif seperti misi-misi sampingan dan misi mencari senjata legendaris yang bisa jadi, berujung lebih kompleks.
Dengan semua kombinasi gameplay yang ia usung, Deathloop pelan tapi pasti akan mulai terasa seperti kombinasi antara konsep Dishonored dengan Metroidvania, namun kini menggunakan mekanisme loop sebagai basis mekanik lain untuk membuatnya lebih menarik. Bahwa ia tidak akan berujung menjadi sebuah game rogue-like yang akan senantiasa menuntut Anda mengulangi progress build karakter dari awal lagi dan lagi di setiap kali aksi mati. Deathloop jauh lebih bersahabat daripada itu.










