Review Soul Hackers 2: Kumpul Iblis, Selamatkan Dunia!
Dungeon Crawler dengan Dungeon yang Membosankan
Di luar identitasnya sebagai game JRPG turn-based, Soul Hackers 2 juga adalah sebuah game dungeon crawler. Untuk Anda yang tidak terlalu familiar dengan konsep ini, dungeon crawler biasanya mengacu pada konsep eksplorasi dimana aksi pertarungan Anda biasa akan terjadi di dalam sebuah dungeon berisikan koridor dan terowongan-terowongan panjang dengan sistem checkpoint, yang terkadang bahkan memberikan Anda opsi untuk mundur dan memulihkan diri lebih dulu sebelum kembali. Dimana untuk bisa menyelesaikan sebuah dungeon dalam kondisi sebaik mungkin, Anda biasanya harus menempunya beberapa kali karena resource yang terbatas.
Di atas kertas, ini bukan satu-satunya seri Megami Tensei yang menempuh hal seperti ini. Jika harus dibandingkan, Persona juga melakukan hal yang sama. Lantas, mengapa sistem ini bekerja di Persona namun tidak di Soul Hackers 2? Permasalahannya ada pada satu kata – desain.
Kita bicara soal desain dari sisi estetika ataupun dari layout itu sendiri. Di Persona, dungeon biasanya datang dengan tema tertentu yang kreatif, yang membuat setiap darinya punya keunikan tersendiri. Di Soul Hackers 2, ia berujung dipresentasikan dengan terowongan ataupun koridor berwarna kusam dan kelam, yang kemudian diulang terus-menerus desainnya di lokasi yang sama, terlepas dari fakta bahwa dunia yang ia usung begitu berwarna. Tidak ada sesuatu yang menarik untuk dilihat atau bahkan dikomentari dari sisi desain seperti ini. Berita buruknya lagi? Eksplorasi dilakukan dengan sudut kamera memunggungi Ringo dengan jarak yang dekat, hingga terkadang disorientasi bisa terjadi apalagi ketika Anda ingin terburu-buru menyelesaikannya.
Tidak hanya dari pemandangan yang sama sekali tidak membuat mata Anda termanjakan, hampir sebagian besar dungeon ini juga datang dengan layout bertele-tele yang tidak hanya panjang, tetapi juga memuat begitu banyak cabang. Terkadang bahkan ada titik cerita yang meminta Anda untuk kembali mengeksplorasi si dungeon dari titik awal karena misalnya, ada iblis nongkrong suruhan Anda, yang lokasinya entah dimana, ternyata memegang kunci untuk menuju ke lokasi berikutnya. Proses eksplorasi ini juga semakin menjemukan ketika satu-satunya hal yang Anda temukan selain nusuh hanyalah iblis nongkrong dari tim Anda yang menunggu untuk memberikan Anda material atau iblis baru untuk direkrut. Tidak ada ada misalnya keseruan atau kegembiraan menemukan senjata baru dalam peti atau bahkan sekadar item kosmetik yang bisa dikenakan si karakter utama.
Situasi ini semakin memburuk ketika bicara soal dungeon alternatif bernama Soul Matrix. Seperti yang kami bicarakan sebelumnya, Soul Hackers 2 datang dengan elemen sosialisasi dan opsi respon pada situasi tertentu yang akan mempengaruhi angka Soul Level untuk 4 karakter yang ada: Ringo, Arrow, Milday, dan Saizo. Soul Level ini kemudian akan membuka lebih luas area di Soul Matrix yang akan berkontribusi pada dua hal: memperkuat karakter terkait dengan buff atau skill pasif yang mumpuni sekaligus membuka tabir cerita latar belakang mereka sebelum bertemu dengan Ringo. Dengan dua bonus ini, ia berubah jadi dungeon “alternatif’ menjadi dungeon yang harus, apalagi ia akan membantu Anda mecapai level karakter dan merekrut iblis yang lebih kuat untuk menyelesaikan cerita utama.
Permasalahannya, desain dungeon super malas yang terjadi di seri utama bahkan terasa lebih malas dan lebih tidak inspiratif ketika Anda masuk ke Soul Matrix ini. Mengapa? Karena alih-alih satu, dungeon akan terpisah menjadi tiga bagian sama besar milik Arrow, Milady, dan Saizo. Berita buruknya? Dungeon mereka ternyata berujung sama saja, baik dari sisi desain ataupun konten. Hampir sebagian besar iblis yang Anda temukan di Soul Matrix milik Arrow ternyata mirip dengan Milady di tingkat yang sama. Desain yang dihadirkan juga serupa, dimana mereka semua berujung tampil sekadar sebagai jalan penuh kubus berwarna putih untuk dieksplorasi. Parahnya lagi? Kesamaan antara tiga dungeon ini juga terkunci di sisi eksplorasi. Ketika dungeon 3F milik Milady tiba-tiba dipenuhi dengan puzzle teleport, dungeon 3F milik Arrow dan Saizo juga sama, namun berbeda hanya dari sisi layout saja.
Dengan sistem Soul Matrix seperti ini, yang notabene akan ingin Anda jajal untuk ragam kepentingan, Anda seperti diminta untuk terjun dan menyelesaikan dungeon yang sama tiga kali, dengan panjang dan luas bertele-tele yang sama terlepas dari layout yang berbeda. Ini adalah sebuah jenis racik dungeon yang terasa seperti sebuah “pekerjaan” daripada atas nama kesenangan dan rasa penasaran.
Satu-satunya hal yang “menyelamatkan” sistem dungeon Soul Hackers 2 datang dari sisi tebasan yang bisa Anda lakukan untuk membuat model musuh yang jadi lambang encounter ini terpuruk. Anda punya opsi untuk melawan mereka kembali dengan potensi serangan pertama yang punya damage lumayan atau membiarkan mereka begitu saja dan melewatinya. Berita baiknya? Musuh yang sudah Anda tebas ini akan menghilang setelahnya, yang menjadi sebuah penyeimbang dari tingkat encounter yang memang harus diakui, terlewat tinggi.
Kesimpulan
Keputusan SEGA dan ATLUS untuk membangkitkan kembali Soul Hackers dengan sebuah seri teranyar yang tidak hanya indah dari sisi presentasi visual dan audio, tetapi juga gameplay lebih modern nan familiar di saat yang sama tentu saja keputusan yang pantas disambut dengan tangan terbuka. Sejauh mata memandang, ini masih game JRPG turn-based yang butuh perencanaan matang dan strategis untuk ditundukkan, yang tentu saja mengusung identitas uniknya sendiri jika dibandingkan dengan Persona yang memang lebih populer. Cerita soal menyelamatkan dunia dari kiamat yang sudah jadi “pakem” RPG ATLUS ini juga didukung dengan karakterisasi protagonis yang fantastis, terutama untuk Ringo.
Namun di sisi lain, Soul Hackers 2 bukanlah game JRPG yang sempurna, terutama jika kita bicara soal konsep dungeon-crawler yang juga ia bahwa. Harus diakui untuk sebuah mekanisme yang berpotensi repetitif mengingat Anda butuh waktu untuk menjelajahinya, ATLUS gagal membuat sistem ini terlihat lebih bisa ditoleransi dan menarik. Tidak hanya dari sisi presentasi sebagian besar dungeon, utama ataupun sampingan yang tak inspiratif saja, tetapi juga layout yang terkadang terasa bertele-tele. Ia juga masih datang dengan jenis misi sampingan yang kuno ketika banyak game RPG lain mulai membuat sistem ini terasa lebih lengkap dan bermakna.
Namun di luar kekurangan tersebut, Soul Hackers 2 tetap jadi game JRPG yang solid jika Anda datang untuk menikmati gameplay ala seri Megami Tensei yang selama ini Anda kenal. Sistem menantang yang berhasil membuat setiap encounter baru terasa menantang dan menyeramkan di saat yang sama. Tentu saja, selama Anda juga tidak berkeberatan dengan desain dungeon-nya yang tak terasa inspiratif sama sekali.
Kelebihan
Desain estetika kota yang ada
Ringo sebagai karakter utama dengan kepribadian dan reaksi yang kompleks
Gameplay ala Megami Tensei yang masih menantang
Desain para iblis yang masih keren dan menyeramkan di saat yang sama
Setiap buff yang Anda dapatkan terasa bermakna
Musik yang mendukung atmosfer
Cerita “gila” ala ATLUS
Kekurangan
Desain dungeon, dari estetika hingga layout, terasa membosankan
Tingkat encounter melawan musuh terlalu tinggi
Side quest masih menggunakan desain lawas
Dungeon “alternatif” seperti Soul Matrix terlalu penting untuk diabaikan
Cocok untuk gamer: yang mencintai format pertarungan Megami Tensei, yang butuh game JRPG yang “anime sekali”
Tidak cocok untuk gamer: yang mudah bosan karena sensasi repitisi, menginginkan sesuatu yang mirip Persona