Review Overwatch 2: Angka Dua Buat Apa!
Revolusioner bukanlah kata yang berlebihan untuk menjelaskan apa yang berhasil dicapai Blizzard dengan Overwatch di tahun 2016 kemarin. Konsep hero shooter dengan skill memang bukan hal baru, mengingat game seperti Team Fortress 2 dari Valve sudah menawarkannya sejak lama. Namun level polish, varian karakter, struktur misi kompetitif, desain level, dan tentu saja presentasi karakter yang memanjakan mata terus membuatnya dipuja-puji, bahkan beberapa tahun setelahnya bersama dengan update yang terus mengalir. Oleh karena itu, tidak sedikit gamer yang tertarik dan penasaran ketika Blizzard akhirnya memastikan bahwa sang seri kedua – Overwatch 2 tengah dikembangkan.
Di kala itu, ambisinya terhitung unik. Bahwa berbeda dengan game kebanyakan, Overwatch 2 akan tetap menjamin komunitas Overwatch pertama tetap hidup lewat sistem multiplayer yang akan dilebur. Overwatch 2 sendiri akan berdiri di atas konten eksklusif yang berpusat pada usaha eksplorasi lore yang tentu saja menggoda mengingat puluhan karakter menarik dengan latar belakang penuh cerita fantasi yang bisa mereka bawa. Janji bahwa fitur PvE tersebutjuga akan disuntikkan dengan mekanisme baru untuk karakter, termasuk skill berbeda dan cara kerja yang unik. Namun seperti yang bisa diprediksi, semuanya berujung berubah ketika ia akhirnya tersedia di pasaran.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Overwatch 2 ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai seri yang menyia-nyiakan angka dua yang ia tawarkan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda!
Hadir Tanpa Fitur Utama
Ketika pertama kali proyek Overwatch 2 diperkenalkan kepada publik beberapa tahun yang lalu, ketika pentolan Blizzard yang masih bertanggung jawab untuknya belum hengkang, Overwatch 2 datang dengan konsep yang menarik dan keren di saat yang sama. Ambisi di kala itu adalah menghadirkan seri baru yang akan memuat mode multiplayer yang mampu melebur bersama dengan Overwatch 1, tetapi menawarkan konten eksklusif yang akan diproyeksikan dalam mode PvE. Bahwa fokus di seri kedua ini adalah mode kooperatif yang dibangun terpisah dan serius, sembari menawarkan mekanisme baru untuk sistem hero yang sudah berhasil ia usung di seri pertama. Namun nyatanya, Overwatch 2 justru tak diluncurkan dengan identitas ini.
Salah satu alasan mengapa kami memilih judul di atas, dimana angka “2” yang melekat pada nama Overwatch 2 terasa sia-sia karena keputusan Blizzard yang cukup absurd untuk merilis Overwatch 2 secara resmi tanpa konten yang harusnya mendefinisikan posisinya sebagai sekuel dan seri berbeda ini. Mereka baru akan mulai melemparkan konten yang dijanjikan ini di tahun 2023 mendatang sembari tak banyak membicarakan detail soal apa yang bisa kita antisipasi darinya. Situasi ini kemudian membuat Overwatch 2 dirilis hanya dengan mode kompetitif saja, yang membuatnya tak terasa berbeda dengan Overwatch 1.
Angka “2” ini mungkin akan terbayar manis jika mode kompetitif yang ditawarkan oleh Overwatch 2 memang berbeda secara signifikan dengan apa yang ditawarkan oleh Overwatch 1. Memang ada keputusan signifikan yang diambil dalam format permainan, yang akan kita bahas di sesi terpisah nanti. Namun hampir sebagian besar sisi presentasi yang ia usung menyiratkan kualitas yang serupa, tanpa perbedaan yang signifikan. Memilih skin Overwatch 2 untuk beberapa karakter akan membuat mereka terlihat lebih tua atau berbeda, itu saja. Level baru dan misi baru memang ditawarkan, namun jika Anda menyerahkan kepada kami screenshot Overwatch 1 dan Overwatch 2 berdampingan, kami harus mengakui, kami tak akan bisa membedakan mana dengan yang mana. Walaupun harus diakui, ada beberapa titik dimana ia terlihat menghadirkan tata cahaya yang lebih baik.
Namun setidaknya, kami cukup terhibur dengan kehadiran dua hero baru seperti Sojourn dan Junker Queen yang terasa cukup seru untuk digunakan, apalagi dengan implementasi teknologi DualSense yang optimal di versi Playstation 5. Menikmati Adaptive Trigger saat melemparkan bebas peluru rifle milik Sojourn sembari sekali-sekali menembakkan Secondary Fire-nya yang destruktif terasa menyenangkan. Ini mungkin sedikit dari hal positif yang bisa kami bilang, kami nikmati dari Overwatch 2.
Sementara dari sisi permainan, mode yang ditawarkan di mode kompetitif ataupun casual masih terasa begitu familiar. Anda jelas sudah mencicipi pengalaman yang meminta Anda antara bersaing untuk mendorong objek tertentu hingga garis finish atau sekadar menguasai dan melindungi area yang sudah ditentukan sebelumnya. Overwatch 2 bisa dibilang tidak hadir dengan mode kompetitif yang terasa begitu baru dan menyegarkannya, hingga ia bisa dibedakan dengan Overwatch pertama misalnya. Salah satu hal yang juga membuat pengalamannya sama sekali tak terasa pantas menyandang angka “2” di belakang namanya.