10 Game Paling Mengecewakan di 2022!
-
Soul Hackers 2

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar nama Atlus? Setelah apa yang berhasil mereka capai dengan Persona dan seri SMT terbaru untuk Nintendo Switch, mengantisipasi sebuah game JRPG yang berkualitas tinggi sepertinya bukan sesuatu yang berlebihan. Namun sayangnya, bukan hal tersebut yang ditemukan banyak gamer di Soul Hackers 2. Bahwa usaha untuk membangkitkan seri yang lama tertidur tersebut justru jelas tercederai budget pengembangan yang rendah. Terlepas dari kepribadian sang karakter utama – Ringo yang berwarna, hampir semua desainnya sebagai game JRPG berujung mengecewakan. Yang paling utama? Tentu saja desain dungeon yang terasa repetitif, minim inspirasi, dan membosanka. Ditambah dengan angka encounter yang juga terlalu tinggi, tak ada kesenangan mencicipi seri ini dari sisi gameplay sama sekali.
-
Saints Row

Membangkitkan kembali sebuah seri yang sudah lama mati dengan keputusan untuk melakukan reboot adalah sebuah judi tingkat tinggi. Apalagi jika si seri sempat dikenal sebagai game open-world “nyeleneh” dengan humor kocak, senjata aneh, dan power-up karakter yang absurd. Hal inilah yang mau tidak mau harus ditempuh oleh Volition di bawah kepemilikannya yang baru. Sayangnya, alih-alih datang dengan game action open-world yang solid, ia berujung jadi game open-world yang dipenuhi dengan desain lawas yang repetitif dan membosankan. Cerita yang terlalu biasa, masalah teknis di awal rilis, misi sampingan yang tak menarik, hingga aksi pertempuran senjata yang tak lagi terasa istimewa dalam waktu singkat membuat Saints Row masuk ke dalam angka cukup tinggi di daftar ini. Kita bicara soal game yang publisher-nya sendiri tak optimis ia bisa balik modal di masa depan.
-
Star Ocean: The Divine Force

Fakta bahwa Square Enix terus melahirkan seri terbaru Star Ocean ke pasaran walaupun seri terakhirnya tak mendapatkan resepsi yang positif memang sedikit melegakan. Masalahnya? Terlepas dari usaha untuk menghadirkan sesuatu yang baru dan unik di atasnya, tri-Ace selalu gagal memahami apa yang membuat Star Ocean dicintai. The Divine Force memang hadir dengan mekanik unik, dimana Anda bisa terbang dan melayang untuk eksplorasi ataupun bertarung. Namun fakta bahwa ia dibumbui dengan cut-scene yang tak bisa dipercepat percakapannya, yang bisa memakan waktu hingga belasan menit karena kecepatan yang lambat, membuat kami tak kuasa untuk memerhatikan sisi cerita dengan saksama. Pada akhirnya satu-satunya hal dari seri yang cukup untuk membuat kami berujung masih menaruh perhatian hanyalah pada karakter Elena dan desain yang ia usung.
-
Babylon’s Fall

Jujur saja, hampir sebagian besar dari Anda dan saya mungkin belum pernah mencicipi Babylon’s Fall. Keputusan Square Enix dan Platinum Games untuk menguncinya dari region kita di versi PC membuat kesempatan terlewatkan. Namun terlepas dari fakta tersebut, sepertinya bukan sesuatu yang sulit untuk menilai bahwa Square Enix telah melakukan banyak hal yang keliru dengannya. Kita bicara dari hal fundamental seperti kualitas visual yang lebih menyerupai game Playstation 3 daripada Playstation 5, ditambah dengan sistem monetisasi yang parah adalah bumbu yang berkontribusi mempercepat “kematiannya”. Kita bicara soal game yang terlepas dari janji dukungan di sana-sini berujung dipastikan mati. Padahal di atas kertas, konsepnya mengandung begitu banyak potensi yang bisa saja berujung sesuatu yang berbeda jika ditangani tepat.