Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Ada alasan yang kuat mengapa Call of Duty mencapai popularitasnya seperti saat ini. Persaingannya melawan franchise Battlefield dan Medal of Honor dari EA di masa lalu seolah mencapai kesimpulan manis ketika seri Modern Warfare dari Infinity Ward dilepas ke pasaran. Seri perang modern tersebut tidak hanya disambut dengan kesuksesan dari sisi kritik dan penjualan saja, tetapi juga popularitas dan status legendaris yang sempat membuat banyak game FPS berusaha mengekor hal yang sama. Sayangnya, perlahan tapi pasti, terlepas dari sistem rotasi tiga developer yang berusaha ia dorong, Call of Duty mulai kehilangan magis-nya, terutama dari mode campaign yang ia usung.
Walaupun konsep multiplayer-nya yang tak banyak berevolusi dari satu seri ke seri selanjutnya tetap diterima baik oleh pasar spesifik, yang juga dibantu didorong oleh Warzone, gamer-gamer yang mencintai mode single-player Call of Duty memang harus menerima kekecewaan demi kekecewaan. Bahkan proses Modern Warfare Reboot dari Infinity Ward sekalipun justru berujung “mencoreng” betapa epik dan gilanya sang trilogi cerita original yang punya skala konflik lebih luas. Tidak mengherankan jika banyak gamer pencinta mode campaign Call of Duty datang dengan penuh perasaan skeptis menyambut Call of Duty: Black Ops 6. Sebuah seri yang justru datang dengan kejutan tersendiri.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call of Duty: Black Ops 6 ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai seri yang keren? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Setelah sempat menjelajahi era Perang Dingin sebelumnya, Call of Duty: Black Ops 6 menjadikan Perang Teluk di awal tahun 1990-an sebagai setting utama. Ini tentu saja berpusat pada pertikaian antara Amerika Serikat dan Irak yang hanya mereka jadikan sebagai latar belakang untuk sebuah cerita fiksi militer yang terhitung cukup solid.
Tim Anda kini harus berhadapan dengan sebuah organisasi militer penuh misteri yang disebut sebagai Pantheon, yang diyakini juga hendak menggunakan skema perang Teluk untuk mengejar tujuan besar mereka yang belum Anda ketahui. Bersama dengan anggota tim baru seperti Marshall serta anggota lain yang familiar seperti Adler dan Woods, sebagian besar perjalanan cerita Black Ops 6 akan diambil dari kacamata prajurit baru bernama Case. Seperti yang bisa Anda prediksi, cerita akan berpusat untuk mengejar dan mencari tahu soal siapa saja yang terlibat dalam Pantheon.


Aksi ini tentu tidak mudah karena Pantheon sendiri diyakini sudah menginfiltrasi CIA sehingga tidak lagi banyak pihak yang bisa mereka percaya. Situasi juga semakin genting ketika ragam misi yang ada akhirnya membuka informasi soal kepemilikan senjata biologi kaliber besar dengan efek destruktif yang menghubungkan Pantheon dengan kekuasaan Saddam Hussein itu sendiri. Fakta bahwa semua hal ini bisa terjadi membuat tim curiga bahwa Pantheon memiliki keterikatan yang kuat pula dengan militer dan agen rahasia Amerika Serikat, terlepas dari apakah ia punya status legal ataupun tidak.
Lantas, siapa yang sebenarnya berdiri di balik Pantheon? Misi utama apa yang sebenarnya hendak mereka kejar? Pertempuran seperti apa yang harus dilalui tim untuk mencegah hal tersebut terjadi? Anda tentu saja harus memainkan Call of Duty: Black Ops 6 untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini.