JagatPlay NgeRacau: Hidup ini Bukan Games!

Reading time:
May 28, 2015
Untitled-1

Hey guys, udah lama banget enggak ketemu di JagatPlay NgeRacau – semacam “forum” kecil yang kita bikin dengan bahasa santai, buat ngebahas isu-isu panas yang mungkin, ngelekat sama industri game. Sejauh ini sih, kita memang enggak nemuin banyak isu yang bisa diobrolin panas, sampai saat ini. Lagi santai-santai ngelihatin timeline di Facebook, gua nemuin sebuah kata-kata yang sayangnya, bikin hati gua tergerak. Bukan tergerak dalam pengertian positif yang bikin gua berlinang air mata atau bertobat maksudnya, tapi lebih didorong buat ngasih klarifikasi, terutama dari kacamata seorang gamer. Ada sedikit kekecewaan juga sih kalau tahu kalau ternyata ini ucapan meluncur dari mulut seorang motivator ngetop Indonesia yang namanya bisa dibilang, ehm, super ngetop.

Gua enggak tahu deh ini konten sebenarnya diisi sama sang motivatornya sendiri atau moderator fan page-nya, yang bisa jadi / enggak ngewakilin sudut pandang sang empunya sendiri. Post-nya sih memang udah dari bulan Maret 2015 yang lalu (kalau lihat tanggal dari Facebook resmi mereka), tapi gua pribadi, baru ngeh sekarang. Tapi bagi gua miris banget. Sebuah gambar anak kecil lagi main game, dengan kata-kata bijak di atasnya berbunyi begini:

 

Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk main games.

Hidup ini bukan games, karena terbukti kemiskinan itu pedihnya nyata bagi orang yang menelantarkan masa mudanya.

 

Ngebaca ini,gua pribadi sempat terdiam. Basically, buat belajar mencerna doank apa yang sebenarnya mau disampaiin. Kalimat pertama, oke gua ngerti concern-nya, sesuatu yang udah sering banget kita hadapin ketika ngobrol sama orang awam yang mungkin enggak ngerti sama video game. Oke, ini gua paham. Kalimat kedua? Ini sumber tanda tanya gua yang paling besar. Ada kesan kuat kalau si motivator ini mengasosiasikan bermain game secara berlebihan dengan kemiskinan. Kalau lu main game sampai lupa waktu, lu bakal miskin pas gede. Wow! Ini bukan tahun 1990-an, bung. Ini bukan lagi zaman dimana semua orang yang sukses itu harus Sarjana Ekonomi. Oke, mari kita obrolin ini, pakai logika, kagak pakai kata-kata indah.

Apapun yang Berlebihan = Udah Pasti Enggak Bagus

barney kill himself

Gua sebenarnya setuju banget sama kalimat pertama yang ngeluncur di atas, “Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk main games”. Karena secara logika itu memang bisa benar, walaupun kita punya alternatif argumen lain nantinya. Kalau dipikirin misalnya, lu punya 24 jam dalam sehari, dan lu pakai 8 jam untuk main game, 8 jam untuk tidur, dan 8 jam lainnya buat sekolah = itu berarti lu enggak punya waktu ekstra apapun untuk hal lain. Lu bisa berakhir enggak makan, enggak ngerjain PR, enggak minum, enggak e’ek, atau enggak bernapas malah (yang terakhir memang rada lebay). Logis, intinya ada di kata “berlebihan”.

Masalahnya sekarang? Kenapa harus “video game”? Ini yang gua pertanyakan. Karena setahu gua, apapun yang berlebihan itu udah pasti enggak bagus. Enggak percaya? Gua ganti kalimatnya, dan lu lihat aja semua kalimat ini rasional atau enggak.

 

“Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk berenang”

“Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk ngupil”

“Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk naik kuda”

“Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk liatin angkot bolak-balik di jalan raya”

“Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk tidur”

 

It’s the same frakking thing, right? Semua hal di atas mengacu di satu kesimpulan yang sama – kalau lu jatuh cinta sama sesuatu, dan ia makanin waktu lu secara dominan, ia sudah pasti mengganggu semua aktivitas yang lain. Enggak harus video games, even adiksi sekecil ngupil pun misalnya. Gimana caranya lu bisa sukses belajar dan fokus untuk jadi cerdas kalau di otak lu isinya cuman “Gua harus gali lebih dalam, gua harus gali lebih dalam, LEBIH DALAM!”, terus menerus. Apapun yang berlebihan dan mendapatkan prioritas waktu sudah pasti akan berakhir mengorbankan waktu untuk melakukan hal yang lain. Itu matematika sederhana dan logis. Pertanyaan utamanya kembali? Kenapa harus video game?

Ini yang menjadi concern utama gua pribadi dan mungkin gamer yang lain. Mengapa video game yang harus dijadikan contoh? Bukankah tontonan televisi juga hal yang sama? Bukankah kesukaan buat nongkrong bareng teman-teman secara berlebihan juga jadi ancaman? Mengapa harus video game, sementara di sisi lain, penelitian ngasih banyak bukti kalau video game bisa munculin banyak efek positif juga jika dimainkan secara proporsional. Dia ngebantu lu buat ngelakuin decision making, dia ngebantu lu buat lebih peka terhadap nilai sosial dan moral, dan pastinya belajar bahasa asing. Apakah ini semata-mata buat nyari sensasi? Atau sang motivator gagal ngelihat kalau media hiburan lain seperti televisi atau bahkan radio, bisa ngehasilin efek yang sama? Gua masih berakhir dengan banyak tanda tanya.

Pages: 1 2
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…
July 3, 2024 - 0

Review Wuthering Waves: Penuh Pasang dan Surut!

Apa yang ditawarkan oleh Wuthering Waves? Mengapa kami menyebutnya sebagai…
June 28, 2024 - 0

Impresi Zenless Zone Zero (Build Terbaru): Lebih Cepat, Lebih Ketat!

Kami berkesempatan menjajal build terbaru Zenless Zone Zero. Apakah kami…

PlayStation

December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…
November 13, 2024 - 0

Review Dragon Age – The Veilguard: Seru Tanggung karena Canggung!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon Age: The Veilguard ini?…
November 1, 2024 - 0

Preview Dragon Quest III HD-2D Remake: Sebuah Mesin Waktu!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon Quest III HD-2D Remake?…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…