Review The Witcher 3: Pengalaman RPG Tanpa Banding!
Penanganan Side-Quest yang Fantastis!

Acungan dua jempol, empat jempol, atau berapapun jempol yang bisa Anda temui untuk cara kerja side-quest yang diracikan CD Projekt Red di The Witcher 3 ini. Sebagai sebuah game open-world, Anda memang masih disibukkan dengan banyak quest kecil yang dengan bebas, bisa Anda pilih untuk dijalankan atau tidak. Ada serangkaian ikon tanda tanya yang berisikan quest kecil apa saja, dari sekedar membasmi monster, Place of Power untuk Ability Points, hingga membebaskan lahan dari para bandit. Semuanya bisa berujung pada experience yang berharga dan equipment yang menggoda untuk digunakan. Anda tinggal membuka Map dan langsung bisa melihat semua hal yang ditawarkan tersebut, tinggal mencari jalan untuk tiba di setiap lambang tanda tanya yang terlihat jelas di sana.


Selain quest-quest ini, Anda juga akan menemukan jajaran Notice Board di beragam desa. Seperti layaknya pengumuman di desa, Notice Board berisikan jajaran quest tambahan dan Contracts – yang berarti permintaan kepada Anda untuk membasmi monster di sekitar daerah mereka. Contracts adalah salah satu side quest The Witcher 3 yang paling menarik, karena ia memuat tantangan yang mendefinisikan peran dan pekerjaan seorang Witcher itu sendiri. Seperti layaknya seorang detektif di abad pertengahan, ia biasa memuat sekuens yang akan meminta Anda untuk memulai proses investigasi terlebih dahulu, mencari bukti, dan akhirnya menghabisi para monster yang punya karakteristik dan kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata ini. Apalagi ia memuat reward yang juga tidak kalah menarik.
Lantas, apa yang membuat side quest di The Witcher 3 begitu istimewa? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah penanganan yang fantastis? Bukankah side-quest sudah menjadi bagian yang melekat pada game RPG itu sendiri? Anda akan menemukan sesuatu yang berbeda di The Witcher 3. Pertama, ia benar-benar dibangun dengan niat. Ini berarti setiap side-quest yang muncul bukanlah sekedar barisan teks dari NPC yang berujung pada pencarian item atau membunuh beberapa musuh begitu saja. Ia dibangun dengan cerita sama menariknya dengan quest utama – lengkap dengan pengenalan, klimaks, bahkan plot twist yang mengagumkan, sesuatu yang tidak bisa Anda predikis. Ia dibangun di atas voice acts yang terdengar begitu hidup, dengan pilihan-pilihan yang seringkali mengetuk nurani Anda sendiri. Jika bisa disimpulkan dengan sederhana, setiap side-quest ini dibangun dengan “sangat niat”.


Kami akan memberikan contoh untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran. Di sebuah desa kecil di Skellige, kami mendapatkan rekues dari seorang pria yang sudah mulai panik karena sakit anaknya tak kunjung sembuh. Ia sudah melakukan banyak hal, menghabiskan harta, mencari Druid terkuat, namun tidak ada yang mengerti apa yang terjadi. Yang ia tahu hanyalah sebuah totem kutukan dibuat oleh seseorang di depan rumahnya dan tidak bisa dicabut, terindikasi sebagai sumber utama penyakit anaknya yang kian melemah. Hanya Anda seorang Witcher yang bisa menolong. Melakukan proses investigasi, quest ini ternyata menetapkan Herbalist di desa terdekat sebagai tersangka utama. Wanita cantik ini sama sekali tidak membantah bahwa dirinya lah yang menaruh kutukan tersebut di sana. Ia mengaku bahwa semua hal ini ia lakukan untuk membalas dendam, karena sang pria telah menidurinya, hidup bersama bertahun-tahun, dan meninggalkannya begitu saja demi wanita lain dan berkeluarga. The Witcher punya dua opsi untuk menghapus kutukan tersebut: ia bisa membunuh sang Herbalist, atau meminta sang pria kembali ke Herbalist dan meninggalkan keluarganya. Layak kah wanita ini dibunuh? Keputusan tersebut kembali kepada Anda.
Anda sekarang tampaknya sudah punya gambaran seperti apa desain setiap side-quest di The Witcher 3: Wild Hunt ini. Ini hanya satu, bayangkan cerita seperit apa yang bisa Anda raup dari luasnya dunia game ini. Apalagi, untuk setiap main-quest yang muncul sebagai motor penggerak progress cerita, selalu ada side-quest tambahan yang sama pentingnya, untuk memperdalam setiap konflik dan cerita yang muncul. Ia memang bersifat “sampingan”, namun memiliki konten cerita yang bisa disejajarkan dengan sang cerita utama. Selalu menarik untuk melihat bagaimana beragam event sama besarnya ini terjadi dan kemudian melahirkan benang merah yang sama. Apalagi, pilihan pilihan yang Anda lakukan di side-quest ini bisa jadi berkontribusi pada titik cerita main-quest tertentu.

Bagian terbaiknya? CD Projekt Red berhasil membuat kedua quest ini mengalir bak satu cerita utama. Kami beri contoh untuk memberikan Anda gambaran lebih jelas. Sebagai salah satu gamer yang lebih senang mengeksplorasi banyak tempat dan quest sebelum beranjak ke cerita utama, kami akhirnya tiba di salah satu desa di Skellige juga. Desa ini terus terancam oleh kehadiran Werewolf yang tinggal di Freya’s Garden. Konon katanya, berbeda dengan manusia serigala pada umumnya, Werewolf yang dikutuk oleh dewa ini tidak pernah bisa mati. Ia terus hidup, kembali, dan justru membunuh Witcher yang berusaha memburunya. Kami tentu tidak tinggal diam. Jiwa petualag kami langsung mengiyakan, dan kami pun terlibat dalam aksi berburu Werewolf tersebut. Werewolf tersebut mati, dan kami mendapatkan ekstra reward dari penduduk desa sekitar.
Bingung hendak melakukan apa lagi, kami pun kembali melanjutkan cerita dengan harapan untuk mendapatkan side quest yang lain. Namun apa yang kami temui? Si Werewolf ini ternyata merupakan bagian dari cerita utama! Benar sekali, kami membasmi sesuatu yang seharusnya baru muncul di cerita utama. Sebagian besar game RPG mungkin akan menangani masalah seperti ini dengan “pura-pura” melihat bahwa event ini tidak terjadi, yang biasanya dilakukan dengan tidak sama sekali menyebut atau mengaitkan keduanya.


Namun, tidak dengan The Witcher 3. Mereka sudah mempersiapkan respon unik tersendiri jika sampai kejadian ini terjadi. Ketika pembicaraan soal Werewolf ini muncul, Geralt tiba-tiba memotong pembicaraan dan menyebut bahwa “Gua udah bunuh itu Werewolf!”, yang kemudian diikuti dengan percakapan dari NPC dan Yennefer yang memberikan respon yang terasa mengalir, memuji inisiatif dan aksi kita. Ajaibnya lagi? Ketika percakapan dengan NPC ini selesai dan Anda berpetualang dengan Yennefer kembali secara aktif, ia tiba-tiba menyelutuk, “Kenapa enggak pernah ngasih tahu kalau lu udah bunuh Werewolf-nya?”, dijawab Geralt, “Gua gak mau bawa masalah kerjaan ke rumah,”. Bagi kami, ini adalah momen yang benar-benar hidup dan menakjubkan di saat yang sama. Ini berarti CD Projekt memuat banyak respon untuk memfasilitasi serangkaian skenario yang bisa terjadi, jika gamer memilih untuk membunuh si werewolf lebih cepat (seperti kami) atau menunggunya. Banyak momen seperti ini terjadi di sepanjang permainan! Fantastis, sebuah desain yang harus diikuti oleh banyak developer game yang lain, terutama mereka membuka jalan bagi gamer untuk menentukan sendiri alur gameplay yang mereka inginkan.
Setiap side-quest dibangun dengan niat, lengkap dengan plot, voice acts, dan bahkan plot twist yang membuatnya semua menarik. Setiap side-quest terlihat mengalir bersama dengan main-quest dan ditangani dengan baik lewat sistem percakapan yang fantastis. Fakta bahwa CD Projekt memikirkan matang skenario seperti apa saja yang bisa terjadi membuat game ini dari luar biasa, menjadi semakin luar biasa.
Kedekatan Emosional

Akui saja, seperti yang sering kami lakukan, bahwa hampir sebagian besar opsi Romance yang ditawarkan oleh game-game action RPG pada umumnya selalu berujung sekedar pada usaha untuk melihat karakter-karakter wanita yang terlibat di dalamnya telanjang dada. Konten ketelanjangan tersebut selalu menjadi motivasi paling utama dan tidak terbantahkan, mau Anda akui atau tidak. Hal inilah yang mendasari banyak pilihan gamer di game-game racikan Bioware seperti Dragon Age atau Mass Effect. Namun yang benar-benar memberikan kedekatan emosional yang kuat? Kami baru pertama kali merasakannya di The Witcher 3.


Sebagai pembuka, semua karakter utama wanita di The Witcher 3 dibangun dengan cantik, dengan proporsi tubuh jempolan dan paras yang memesona. Ia mungkin jadi daya tarik di awal setiap kali Anda melihatnya, namun Romance di dalam The Witcher 3 ternyata berujung menjadi sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang bisa membuat hati Anda terketuk, bahkan untuk seperti kami, yang tidak pernah tahu jelas latar belakang ceritanya di The Witcher dan The Witcher 2. Kami sendiri memilih Yennefer karena percaya dengan konsep cinta yang selalu membuat Geralt kembali ke sisinya, dan begitu juga sebaliknya. Alih-alih terlibat dalam pembicaraan tanpa makna yang hampa dan sekedar Anda picu untuk beralih ke sex scene, interaksi antara Geralt dan Yennefer adalah salah satu hubungan romansa terbaik yang pernah kami dapatkan di video game. Anda bisa melihat jelas bahwa keduanya berbagi masa lalu yang indah dan kompleks, lewat nada bicara, lelucon seks, pembicaraan garing, rasa perhatian yang sama akan nasib Ciri, hingga bagaimana ketika mereka berdebat untuk hal-hal kecil maupun penting. Hingga pada batas dimana mereka sendiri ragu bahwa mereka benar-benar saling mencintai dan lebih karena “keharusan” untuk terus hidup bersama. Setiap romansa ini punya ceritanya sendiri, daya tarik, konflik, dan klimaks yang akan memerangkap Anda dalam pusarannya. Itu pasti.


Tertarik pada paras dan kepribadian Yennefer yang dingin namun penuh kepulian, kami terdorong untuk tidak memilih Triss, walaupun kami yakin banyak dari Anda yang mengambil keputusan yang bertolak belakang. Begiu kuatnya pilihan ini, hingga kami memilih untuk membiarkan Triss pergi hanya karena dasar “moral” tidak ingin mengkhianati Yennefer. Ada keterikatan aneh yang terbangun dengan karakter-karakter digital ini. Hebatnya lagi? Anda selalu merasakan ketegangan cinta segitiga yang terjadi di antara mereka, dan merasa aura yang canggung ketika Yennefer dan Triss di ruangan yang sama dengan Geralt, mengingat ia pernah meniduri keduanya walaupun dengan alasan yang berbeda. Konflik ini diperkuat dengan kejadian-kejadian lucu yang membuat segala sesuatunya lebih hidup.
Sebagai contoh? Ketika Yennefer akhirnya kembali ke “rumah lama” mereka – Kaer Morhen, tempat ia dan Geralt pernah tinggal untuk membesarkan Ciri. Sangat frustrasi karena salah satu item pentingnya tidak bekerja, Anda mendapatkan informasi dari guru Anda – Vesemir bahwa Yennefer baru saja melempar ranjang keluar dari balkon dan memecahkannya. Pilihan yang aneh tentu saja, mengingat Geralt mengaku ranjang tersebut sangat nyaman. Ketika Anda mengkonfrontasi hal ini dengan Yennefer? Jawabannya sudah cukup untuk membuat Anda bungkam, “Aku tidak senang tidur di atas kasur dengan banyak rambut merah,” yang mengarah pada masa lalu Geralt dan Triss. Pernah melihat karakter game yang bisa secemburu, sehidup, dan melemparkan respon setepat aksi Yennefer? Sejauh ini kami belum.

Jika ada satu game action RPG yang membuat kami benar-benar peduli pada karakter wanita yang ada, menimbang setiap opsi yang muncul darinya, dan tidak memperlakukan mereka “sekedar” sebagai objek seks, The Witcher 3 melakukan hal tersebut dengan sangat baik. Ini benar-benar soal romansa, hubungan cinta, dan bukan lagi sekedar hendak melihat mereka tanpa busana.












