Review Hellblade – Senua’s Sacrifice: Lebih dari Sebuah Game Action!
Kekuatan Unreal Engine 4
Hellblade: Senua’s Sacrifice adalah sebuah game indie, dalam pengertian, ia tidak didukung dengan “uang besar” publisher yang berdiri di belakangnya. Namun status demikian, tidak lantas membuat Ninja Theory tidak punya ambisi dan komitmen untuk menjadikannya sebagai game action dengan pendekatan sebuah game AAA yang selama ini kita kenal. Terutama dari sisi presentasi yang ia tawarkan. Tidak seperti kebanyakan game indie yang berakhir mengandalkan visualisasi piksel 8 atau 16 bit, mereka mengandalkan Unreal Engine 4 sebagai basis. Keseriusan dan dedikasi Ninja Theory ini berhasil membuat Hellblade: Senua’s Sacrifice tampil mengagumkan.
Kualitas Unreal Engine 4 yang didukung dengan proses motion dan face capture yang tepat menghasilkan sebuah game yang tidak hanya indah, tetapi mampu memproyeksikan emosi dengan tepat pula. Ia berhasil membuat karakter Senua punya kedalaman tersendiri sebagai seorang manusia, bukan sekedar karakter utama tanpa perasaan yang sekedar mampu membunuh monster atau musuh apapun yang diserahkan padanya.
Acungan jempol memang pantas diarahkan pada aktris yang memerankan Senua – Melina Juergens yang melakukan tugasnya dengan sangat baik. Begitu kuat dan akurat emosi yang ia proyeksikan, hingga Anda akan bisa merasakan dengan jelas kapan Senua takut, cemas, merasa kesakitan, hingga mencapai resolusi untuk tidak lagi mundur dan menyerah. Semuanya tercermin lewat gerak wajah, detail mata, hingga raut keseluruhan yang ditangani Unreal Engine 4 dengan fantastis. Membuatnya menawarkan kualitas yang bahkan, lebih mengagumkan dari beberapa game AAA sekalipun.
Dunia yang dibangun Ninja Theory sebagai “arena pertempuran” untuk Senua juga pantas mendapatkan apreasiasi tersendiri. Perjalanannya untuk menyelamatkan sang kekasih dari neraka membawanya masuk dan melewati begitu banyak tempat yang menyeramkan, dari hutan, rawa, reruntuhan dengan air kotor yang menggenang, hingga kuil dengan arsitektur yang kompleks. Semuanya ditangani dengan ragam efek visual yang membuat perjalanan dan pertarungan yang harus Anda lewati terasa dramatis. Efek cahaya yang masuk dalam bentuk sinar lembut matahari yang menyinari perjalanan Anda ketika tengah berjalan di tepi pantai, hingga kabut dengan hujan yang menemani pertempuran intens Anda di atas reruntuhan. Semuanya akan membuat mata Anda termanjakan. Mengerti akan hal tersebut, mereka juga menyertakan Photo Mode di dalamnya.
Dari sisi presentasi, Hellblade juga memuat sebuah teknik yang kami pribadi, belum pernah temukan sebelumnya. Yakni membuat presentasi cut-scene cerita dengan melebur karakter 3D, yang di dalam game ini, tentu saja – Senua dengan video karakter yang diambil langsung dari aktor / aktris yang memerankannya tanpa menggunakan model tiga dimensi sama sekali. Mengintegrasikan keduanya dalam cerita memang menghasilkan pendekatan visual yang terhitung unik, tetapi di sisi lain, tidak terasa begitu mencolok dan norak. Ninja Theory sendiri menyebut bahwa teknik seperti ini membuat mereka menghemat cukup banyak waktu pengembangan karena tak perlu dipusingkan dengan masalah membangun model karakter untuknya.
Dari masalah presentasi, Hellblade: Senua’s Sacrifice memang luar biasa. Untuk sebuah game yang mengusung nama “indie” tanpa dukungan dana besar publisher, Ninja Theory berhasil menghasilkan game dengan kualitas visualisasi dan desain yang bahkan tak sulit mengalahkan judul game-game AAA dengan budget besar sekalipun. Sebuah perjalanan yang akan membuat mata Anda termanjakan.
Pertarungan yang Personal
Walaupun menjadikan cerita dan karakter sebagai daya tarik utama, Hellblade: Senua’s Sacrifice tetap memuat apa yang menjadi kekuatan Ninja Theory selama ini – sebuah game action dengan konten yang solid. Bahwa perjuangan berat Senua untuk mengalahkan takdir ini tidak berakhir sekedar sebagai sebuah game walking simulator yang meminta Anda untuk menikmati dan mendengar cerita yang ada saja, tetapi memuat elemen pertempuran yang siap untuk membuat Anda kewalahan di saat yang sama. Lagipula, Anda memang berperan sebagai seorang ksatria wanita dengan kemampuan pedang yang tak perlu lagi diragukan.
Sebagian besar gameplay Hellblade memang tidak didominasi oleh aspek action ini. Bahwa berbeda dengan game action hack and slash kebanyakan seperti Devil May Cry atau Bayonetta misalnya, yang meminta Anda untuk bertarung melawan gelombang musuh secara konsisten dari satu area ke area selanjutnya hingga Anda mendapatkan progress cerita selanjutnya, action hanyalah salah satu bagian dari Hellblade. Ia memiliki banyak masa tenang untuk menggerakkan cerita dan terkadang, berisikan puzzle untuk Anda selesaikan.
Benar sekali, puzzle. Di saat tidak bertarung, sisi eksplorasi Senua dalam dunia linear ini memang seringkali dihadapkan pada rangkaian teka-teki yang mengakar pada satu konsep yang sama – mencari sebuah pola. Seringkali pintu yang harus Anda tuju berakhir terkunci dengan satu hingga tiga buah simbol berbeda. Misi Anda adalah mencari bentuk dan pola yang serupa di sekitar Anda, terutama lewat rangkaian objek yang tak pernah Anda perkirakan sebelumnya. Anda memang tidak perlu banyak berpikir logis dengannya, hanya harus memiliki sedikit perhatian ekstra untuk menerka kira-kira kombinasi objek seperti apa yang bisa berakhir menjadi “kunci” teka-teki pola ini. Seiring dengan progress permainan, puzzle ini sedikit lebih kompleks karena membutuhkan Anda untuk melihatnya dari sudut pandang tertentu atau justru menemukan jalan ekstra untuk bisa mendapatkannya dari sudut yang dibutuhkan.
Tentu saja, pada akhirnya, Senua harus bertarung untuk melindungi dirinya atau memastikan perjalanannya ke Helheim tidak akan berhenti di situ saja. Ninja Theory di sini, kembali membuktikan diri mereka sebagai salah satu developer game action kawakan yang tidak bisa dilihatkan dengan sebelah mata. Pertarungan Hellblade sendiri bisa disebut sebagai perpaduan antara DmC berkat sistem kombonya yang cepat dan Dark Souls, di saat yang sama. Pendekatan kamera yang mengunci Anda pada satu target spesifik yang ada akan memudahkan untuk mengambil keputusan cepat kapan untuk menyerang, bertahan, atau bahkan melakukan rolling untuk meminimalisir damage yang ada. Namun tidak 1 vs 1, Anda juga terkadang berhadapan dengan banyak musuh sekaligus.
Maka kuncinya adalah bermain strategis. Tidak sekedar menyerang membabi buta dengan pedang utama Anda, Anda juga harus bertahan. Jika Anda punya timing yang pas, Anda bisa me-reflect serangan musuh dan membuka pertahanan mereka untuk melemparkan kombo serangan ringan + berat mematikan yang terkadang, bisa menghasilkan animasi yang berbeda-beda. Bukan sekedar kuantitas saja, kualitas tiap musuh yang Anda hadapi juga akan menawarkan tantangan lebih tinggi seiring progress. Anda akan bertemu dengan musuh yang lebih besar dengan kapak raksasa mematikan, gladiator dengan tameng, hingga para druid yang mampu menyerang cepat dengan pedang yang ada. Berita baiknya? Senua juga dibekali dengan sebuah kemampuan khusus bernama “Focus” yang membuatnya mampu melambatkan waktu untuk sementara waktu dan menyerang membabi buta.
Tak ayal, tiap pertarungan di Hellblade memang terasa personal. Anda dihadapkan pada situasi dengan efek kamera dan mekanik pertarungan yang membuat Senua harus menghabisi mereka, satu per satu, sesulit dan sebanyak apapun. Anda juga harus memerhatikan clue visual dan suara yang muncul darinya, karena tidak jarang, Anda justru akan diserang oleh musuh yang lain di belakang. Tiap pertarungan akan membuat Anda waspada, karena jika sedikit saja Anda lalai, maka Anda akan berakhir mendapatkan konsekuensi yang tak ingin Anda pikul tentunya.
Salah satu mekanik dasar yang disuntikkan Ninja Theory di Hellblade: Senua’s Sacrifice adalah absennya sistem game over, berbeda dengan game kebanyakan lainnya. Namun setiap kali Senua tewas ataupun gagal mencapai misi utama yang ada, sebuah cairan warna hitam yang melekat di tangan kanannya akan kian meluas dan menyebar. Jika Anda mati cukup sering dan cairan ini tiba ke kepalanya, maka Anda bisa mengucapkan selamat tinggal pada progress perjalanan Anda. Setidaknya, hal itulah yang dijanjikan oleh Ninja Theory itu sendiri.
Lantas, bagaimana dengan sisi gameplay yang ditawarkan oleh Ninja Theory di Hellblade? Standar adalah kata yang kami pilih, namun desain pertarungan yang mereka tawarkan di dalamnya memang harus diakui, menghasilkan sensasi yang intens, serius, dan personal di saat yang sama. Sebuah pertarungan yang terasa “berat” di setiap ayunan pedang Senua. Ia tidak sesulit dan sekompleks Dark Souls misalnya, dan hanya membutuhkan kemampuan Anda untuk menerka timing serangan musuh untuk melakukan parry atau mementalkan serangan mereka untuk ekstra serangan bonus. Animasi serangan yang dilakukan Senua hadir dengan presentasi yang pantas untuk diacungi jempol.