Review Destiny 2: Penyempurnaan Segala Aspek!
Presentasi yang Tak Banyak Berbeda

Salah satu aspek yang sepertinya tidak pernah ketinggalan untuk dibicarakan setiap kali sebuah seri sekuel lanjutan dirilis ke pasaran, adalah visual. Dengan usia yang lebih “muda” dan potensi untuk mengimplementasikan lebih banyak teknologi di dalamnya, gamer biasanya berharap bahwa seri sekuel (terutama yang dirilis di platform yang sama) akan berakhir dengan visualisasi lebih indah. Apakah ada perbaikan aspek ini di Destiny 2? Iya. Apakah signifikan? Tidak.
Hadir dengan pendekatan visual dan gaya presentasi yang serupa dengan seri pertamanya, visual di Destiny 2 tidak terlihat banyak berbeda. Salah satu perbedaan yang paling signifikan hanyalah pendekatan efek tata cahaya yang berhasil membuat beberapa medan pertempuran terlihat lebih dramatis, baik ketika Anda mencicipi mode story, kooperatif, ataupun kompetitif secara online. Namun untuk urusan tekstur dan tema besar dunia yang ia usung, ada rasa familiar yang begitu kuat jika Anda pernah mencicipi seri Destiny pertama.


Salah satu perbaikan dari sisi presentasi yang pantas disambut baik adalah desain tiap dunia yang kini terlihat jauh lebih kompleks dan lebih besar dibandingkan Destiny pertama. Bumi kini bisa Anda jelajahi dengan lebih bebas, dengan beragam sisa peradaban yang kini mulai menua dengan tumbuhan liar yang menyertainya. Konsep misi yang kini mengikuti format ala game open-world dimana Anda akan bisa menemukan beragam ikon untuk memicu ragam aktivitas yang ada memang memberikan ruang terbuka bagi gamer untuk menjelajahinya. Tidak semuanya besar, dunia seperti Titan misalnya, terlihat lebih kecil namun dengan pilihan aktivitas yang lebih padat. Yang menarik adalah desain gameplay dan misi yang banyak di antaranya, akan mendorong untuk menikmati lokasi dunia yang secara vertikal ataupun horizontal ini, memang lebih luas.
Bagian presentasi lain yang menurut kami diimplementasikan lebih baik juga termasuk desain suara secara keseluruhan. Kita tidak hanya bicara soal suara senjata yang cukup “merdu” dan berbeda untuk setiap kategori yang ada, atau “identitas” suara tiap ras dan variannya yang masih kembali dari Destiny pertama saja, tetapi juga lewat pilihan dan suntikan soundtrack yang lebih fantastis. Seolah mendukung perjalanan Anda dengan lebih baik, pilihan OST untuk Destiny 2 akan cukup untuk membuat beberapa momen terasa lebih dramatis dan epik. Ketika suara-suara dan musik tersebut membaha di latar belakang, Anda tahu Anda akan berhadapan dengan situasi yang akan membuat Anda terasa lebih heroik.

Jika hanya mengacu pada masalah presentasi saja, terutama dari sisi visual, Destiny 2 memang terlihat tak banyak berbeda dibandingkan dengan seri pertamanya. Bahkan, Anda akan mendapatkan user-interface yang sama untuk mengatur equipment karakter Anda, walaupun sedikit berbeda ketika Anda mulai berusaha melakukan eksplorasi di beragam planet yang ada. Tetapi jika Anda menyelaminya lebih dalam, Anda akan menemukan beberapa perubahan positif yang pantas untuk diapresiasi. Setidaknya, Anda kini tidak perlu lagi disibukkan dengan keharusan untuk naik dan turun ke orbit yang tentu saja memancing waktu loading yang lebih lama, hanya untuk sekedar mencari dan menemukan aktivitas yang baru. Itu adalah nilai plus terbaik.
Penanganan Cerita Lebih Baik

Apa mimpi buruk dan sumber kekecewaan terbesar gamer Destiny pertama? Cara Bungie Studio menangani konten cerita yang ada. Alih-alih menggunakan strategi dan gaya bercerita yang sama dengan game-game FPS pada umumnya, yakni lewat scene sinematik dan percakapan, mereka justru “membuang” begitu banyak potensi dengan mengandalkan sistem kartu bernama Grimoire untuk menangani latar belakang semesta, ras, hingga senjata yang ada. Ada banyak hal yang sempat mereka perlihatkan sebelum rilis yang berakhir diubah dan tak bisa Anda temukan di versi finalnya. Hasilnya? Alih-alih mengerti, Anda justru mendapatkan sebuah game action dengan garis cerita yang lebih mengundang banyak tanda tanya.
Berita baiknya? Mereka belajar. Kritik pedas yang terus menghujani aspek tersebut akhirnya mulai membuahkan hasil dan terlihat lebih solid di Destiny 2 ini. Garis cerita utama yang melatarbelakanginya kini disajikan dalam gaya yang seharusnya, lewat scene sinematik dan dialog yang menjabarkan dengan jelas apa yang terjadi. Scene sinematik yang memakan porsi cukup dominan tentu saja hal yang pantas disambut baik, bersama dengan penanganan dialog yang tidak hanya terasa lebih mengalir, tetapi juga memuat informasi lebih banyak soal apa yang tengah terjadi. Walaupun harus diakui, konten ceritanya sendiri memang berujung klise dan bisa Anda prediksi sejak dari awal mencicipinya.


Konten cerita untuk Destiny 2 memang digarap dalam kuantitas lebih tinggi. Tidak seperti Destiny pertama yang misinya terasa seperti sebuah grindfest tanpa makna, aksi alternatif Anda di luar cerita utama akan memuat porsi cerita tersendiri di dalamnya. Bahkan, Bungie juga memastikan bahwa Anda bisa mendapatkan ekstra konten cerita setelah menyelesaikan cerita utama lewat cerita sampingan yang akan tersedia di masing-masing planet yang ada, memberikan Anda perspektif lebih luas soal karakter pendukung yang ada. Anda yang memang peduli pada lore bisa menikmatinya, sementara Anda yang sekedar ingin menikmati “hadiah” equipment yang lebih baik juga bisa terjun ke dalam misi sampingan yang satu ini.
Terlepas dari apakah Anda menyukai atau tidak menyukai konten cerita yang ia miliki, Anda tetap harus mengakui bahwa penanganan untuk sisi cerita Destiny 2 memang berakhir lebih baik. Tidak lagi harus Anda cari dan baca sendiri untuk memahami apa yang tengah terjadi, Anda kini akan mendapatkan konteks cerita lebih jelas lewat penanganan yang lebih konvensional. Setidaknya, kami sekarang mengerti apa yang menjadi konflik utama, dasar yang memicu, dan akhirnya resolusi seperti apa yang terjadi.