JagatPlay: Game of the Year 2017
Hardware of the Year: Nintendo Switch

Di akhir tahun 2016 yang lalu, banyak orang yang bertanya kira-kira apa yang akan dilakukan Nintendo dengan konsol terbaru mereka, apalagi setelah kegagalan Nintendo Wii U dari sisi penjualan. Ketika Nintendo menjawabnya dengan Switch – sebuah konsol hybrid yang terlihat begitu unik dan aneh, kita dihadapkan dengan fakta jelas: bahwa seperti generasi sebelumnya, Nintendo memutuskan untuk tidak bersaing dari kemampuan mentah melawan Playstation 4 dan Xbox One. Bahwa daya tariknya, adalah inovasi. Rasa skeptis masih tersisa dan kemudian seperti halnya sebuah tsunami yang menerpa keras, hancur berantakan ketika Nintendo memastikan tahun rilis pertamanya berakhir diperkuat dengan banyak game eksklusif yang kian memperkuat daya tarik yang ada. Switch harus diakui, memang salah satu konsol dengan rilis game tahun pertama terbaik sepanjang masa.
Best Sports: PYRE

Dengan nama game seperti Transistor dan Bastion yang berdiri di bawah bendera mereka, tidak akan ada satupun gamer yang akan meragukan kualitas game yang ditawarkan oleh Supergiant Games. Produk terbaru mereka – PYRE memang sudah diperkenalkan cukup lama dan selalu didengungkan sebagai game action RPG yang berisikan banyak karakter yang menarik di dalamnya. Namun begitu Anda menjajal dan menyelaminya, yang Anda dapatkan adalah sebuah kejutan. Bahwa ritual yang diracik sebagai fokus gameplay PYRE ternyata lebih cocok untuk didefinisikan sebagai sebuah game olahraga, daripada sebuah game action RPG. Anda bermain sebagai satu tim, berhadapan dengan tim lain, dengan fokus untuk membawa sebuah bola ke “kandang cahaya” milik lawan. Kombinasi anggota tim dan fakta bahwa setiap anggotanya punya karakteristik animasi serangan dan pergerakan sendiri, membuat PYRE berakhir jadi game olahraga dengan kebutuhan strategi yang bahkan lebih intens. Bayangkan sebuah game Rocket League, namun setiap varian mobil akan punya kemampuan, kelebihan, dan kekurangan mereka sendiri-sendiri.
Best Fighting: Injustice 2

Bukan perkara mudah memang untuk meracik sebuah game fighting yang tidak hanya seru untuk dimainkan saja, tetapi juga dilandaskan pada pondasi yang kuat untuk sebuah cerita yang keren dan menggugah. Melanjutkan apa yang mereka tawarkan di Injustice pertama, hal tersebut berhasil disempurnakan Netherrealm Studio di Injustice 2. Walaupun punya roster yang terhitung minim di awal, namun ia mengeluarkan pesona karkater superhero dan villlain yang dimiliki oleh semesta DC, dengan rombak animasi serangan pemungkas beberapa karakter yang kini juga terasa lebih baik. Kesempatan untuk menghadirkan lebih banyak varian karakter “pendukung” dengan sistem Gears yang ia usung tentu pantas disambut dengan tangan terbuka, walaupun cukup mengecewakan, dihadirkan berbalut sistem lootbox. Namun mengesampingkan hal tersebut, kembali menikmati baku hantam karakter DC yang punya level kualitas setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan DC Animated Universe adalah sebuah pencapaian tersendiri.
Best Male Character: William “B.J.” Blazkowicz

Jika kita membicarakan sebuah game action tembak-tembakan dengan penuh darah, potongan tubuh, hingga mecha pencabut nyawa yang bisa menelan belasan butir peluru tanpa kerusakan sedikit pun, daya tarik karakter utamanya mungkin hal terakhir yang bisa Anda pikirkan. Berangkat melanjutkan perjalanannya dari New Order ke New Colossus, ia kembali menjadi pejuang garda depan untuk menendang ideologi Nazi yang kini menguasai dunia dan juga Amerika Serikat, lewat teknologi militer mutakhir mereka. Namun berbeda dengan New Order yang memotretnya sekedar sebagai “pahlawan cadas” yang tidak kenal rasa takut, New Colossus mengangkat cita rasa dan isu yang lebih personal. Bahwa pahlawan yang begitu ditakuti oleh Nazi tersebut ternyata juga dihantui oleh masa kecil yang terus mengikuti seperti layaknya horror, kecemasan soal kemampuannya melindungi keluarga kecilnya, hingga rasa bimbang ketika berbicara soal pengorbanan. New Colossus membawa sisi seorang William “B.J.” Blazkowicz yang lebih humanis.