JagatPlay di TGS 2018: Wawancara dengan Hidetaka Miyazaki

Selain menjajal 15 menit Sekiro: Shadows Die Twice dan jatuh hati dengan apa yang ia tawarkan, kami juga berkesempatan untuk bertemu dengan sosok sang kreator – Hidetaka Miyazaki. Namun berbeda dengan pertemuan kami di ajang E3 2018 kemarin untuk membahas game VR mereka – Deracine (yang juga berhasil kami jajal di TGS ini dan akan kami tulis soal artikel impresinya), kali ini sesi wawancara difokuskan hanya pada satu hal – membicarakan Sekiro. Dalam sebuah sesi tanya jawab terbuka bersama dengan wartawan game asal Asia yang lain, yang sayangnya tidak diperbolehkan untuk difoto ataupun direkam, kami pun melemparkan beberapa pertanyaan langsung padanya. Beberapa informasi baru yang tentu saja menarik untuk disimak.

Kami memulai sesi pertanyaan dengan salah satu konten yang paling membuat kami penasaran – cerita. Seperti yang kita tahu, produk Miyazaki selama beberapa seri terakhir Souls dan Bloodborne selalu memuat cerita implisit yang bisa dibilang, tidak jelas. Lantas, bagaimana dengan Sekiro itu sendiri? Miyazaki menyebut bahwa untuk cerita Sekiro, ia akan terasa lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan seri Souls ataupun Bloodborne, semata-mata karena mereka saat ini punya karakter protagonis tetap. Namun bukan berarti game ini tiba-tiba akan berubah jadi game action sinematik lengkap dengan cut-scene. Pendekatan cerita ala Souls dengan potongan-potongan inforamsi menyebar di sana dan si sini akan tetap dipertahankan.
Menjawab pertanyaan yang lain, Miyazaki juga menyebut bahwa proses pengembangan Sekiro: Shadows Die Twice ini sebenarnya sudah dimulai sejak Bloodborne rampung dan meluncur ke pasaran. Ia mengaku bahwa seri ini memang dibangun sebagai seri terbaru Tenchu di awal, namun seiring dengan begitu banyak perubahan dan perbedaan yang ia suntikkan, ia akhirnya menjadi seri baru. Miyazaki juga mengakui bahwa rasanya tidak adil jika mereka tiba-tiba menggunakan nama Tenchu mengingat bukan tim mereka yang menangani game tersebut di masa lalu. Ia takut apa yang mereka lakukan justru akan mencederai nama besar dan popularitas Tenchu itu sendiri. Namun ia yakin, dengan item seperti grappling hook dan sejenisnya, gamer sepertinya mengerti bahwa Tenchu memang menjadi inspirasi utama.

Sang Shinobi juga dianggap sebagai karakter yang cocok untuk Sekiro: Shadows Die Twice itu sendiri, mengingat di dunia nyata, mereka memang dikenal sebagai sosok yang mematikan tetapi rentan. Seperti peran “Glass Canon” di sebuah game RPG. Miyazaki mengaku sempat mengalami kesulitan melakukan proses balancing di awal proses pengembangan, yang berujung membuat karakter Shinobi ini terlalu rapuh dan seringkali berhadapan dengan kematian. Ia juga menyebut bahwa sistem untuk kebangkitan kembali memang sudah direncanakan di sejak awal. Yang tidak ia rencakanan justru terletak pada nama “iseng” yang ia ambil untuk Sekiro dan berujung menjadi judul resmi proyek yang satu ini.
Miyazaki sempat mengaku bahwa 15 menit demo yang dijajal oleh para gamer dan media yang mengunjungi Gamescom 2018 ataupun TGS 2018, memang terlalu singkat untuk memberikan gambaran jelas soal apa itu Sekiro: Shadows Die Twice. Ia menegaskan bahwa kemampuan untuk bangkit kembali hanyalah sedikit dari apa yang ia tawarkan. Gamer masih akan menemukan kejutan dan beragam rahasia untuk ditemukan di versi final nanti.
Sementara untuk urusan multiplayer, Miyazaki menyebut bahwa Sekiro memang tidak akan menyediakan fungsi tersebut layaknya seri-seri Souls yang lalu. Alasannya karena proses balancing yang akan benar-benar sulit, mengingat Sekiro punya mobnilitas yang tinggi secara vertikal. Belum lagi, ada beberapa fitur dan kemampuan baru lain yang mereka sertakan di dalamnya. Sekiro juga tidak akan memungkinkan Anda untuk melakukan proses kustomisasi kosmetik karakter, seperti gender atau rambut misalnya. Dua hal yang bisa Anda ganti adalah Prostethic Arms dan Pedang, yang juga akan berpengaruh pada performa pertempuran.

Miyazaki menyebut bahwa merancang Sekiro: Shadows Die Twice bukanlah pekerjaan yang mudah. Salah satunya datang karena desain dunianya yang memang jauh lebih vertikal. Berbeda dengan desain horizontal di seri Souls sebelumnya yang ia bisa rancang dengan mudah untuk membuat gamer mengerti kemana mereka harus melangkah, mereka harus melakukan pekerjaan ekstra di Sekiro untuk memastikan gamer memahami kemana mereka bisa bergerak. Ia juga menyebut bahwa dirinya tidak pernah secara langsung berusaha mendesain Sekiro lebih sulit atau lebih mudah dibandingkan seri Souls atau Bloodborne. Ia membiarkan segala sesuatunya lahir dari implementasi mekanik yang ada. Tetapi untuk Sekiro, ia menawarkan opsi bagi gamer untuk “menurunkan” tingkat kesulitan mereka sendiri dengan bermain pintar lewat beragam mekanik yang ada.
Kami juga bertanya pada Miyazaki-san soal opini pribadinya terkait Sekiro. Bahwa dengan kebebasan metode yang bisa diambil: bertempur terbuka – stealth – ataupun sekedar menghindari musuh yang ada, menurutnya, cara mana yang terbaik untuk benar-benar menikmati pengalaman Sekiro yang seharusnya? Miyazaki sendiri berharap agar gamer menikmati Sekiro dengan cara Shinobi yang seharusnya. Bahwa cara terbaik adalah dengan mempelajari lingkungan dan mencari alternatif cara untuk mengatasi rintangan yang ada, bukan sekedar bertarung secara terbuka dan membabi buta.

Tidak bisa dimainkan dari awal hingga akhir dengan hanya stealth, mengingat gamer harus bertarung dengan boss yang ada, Miyazaki-san juga memprediksi waktu permainan Sekiro akan sejalan dengan apa yang ditawarkan oleh seri Souls dan Bloodborne, sekitar 20-30 jam gameplay. Ia juga meyakinkan bahwa Sekiro tetap akan bisa diakses dan ditamatkan oleh gamer casual, mengingat dirinya adalah seorang gamer casual juga. Demo 15 menit yang ia bawa untuk media dan gamer, ia sebut, memang muncul dari bagian yang terhitung cukup sulit. Untuk soal DLC, mereka masih belum merencanakan dan mengembangkannya.
Walaupun terus mendengungkan bagaimana periode Sengoku akan menjadi basis cerita dan dunia Sekiro, ia juga menyebut bahwa From Software sama sekali tidak mengejar akurasi sejarah sama sekali di Sekiro. Sengoku dipilih hanya karena nilai artistik dan juga fakta bahwa di era tersebut, konflik memang menjadi “makanan sehari-hari”. Mereka sempat mempertimbangkan Edo sebagai opsi kedua.
Sementara untuk sistem level, Sekiro membuang sistem yang melekat pada seri Souls / Bloodborne tersebut. Sistem dimana Anda mengumpulkan resource tertentu dan kemudian menggunakannya untuk meningkatkan atribut karakter tersebut dibuang dari game yang satu ini. Namun tentu saja, tetap ada progression system. Karakter akan semakin kuat lewat tambahan teknik-teknik yang bisa mereka pasangkan untuk sang Shinobi lewat fitur Skilll Tree, yang sayangnya, tidak diperlihatkan dengan jelas di sesi demo kali ini.

Sesi wawancara ini sayangnya, harus diikuti dengan sebuah berita buruk yang sepertinya akan mengecewakan banyak gamer. Miyazaki menyebut bahwa setelah ditemani oleh Doll di Bloodborne dan Fire Keeper di Dark Souls 3, NPC yang akan menemani dan menawarkan fungsi di Sekiro adalah karakter pria dan bukan lagi wanita.
Sekiro: Shadows Die Twice sendiri rencananya akan dirilis pada tanggal 22 Maret 2019 mendatang. Tertarik?