Review God Eater 3: Sederhana dan Seru!
Melihatnya dengan sebelah mata, inilah reaksi kami setiap kali melihat nama God Eater muncul di industri game dari tangan dingin Bandai Namco. Ada rasa penasaran namun tidak pernah ketertarikan yang kuat untuk terjun masuk ke dalam sebuah game yang di atas permukaan, memang terlihat seperti sebuah game klon Monster Hunter dengan gaya anime yang kental ini. Namun semuanya berubah ketika di presentasi Tokyo Game Show tahun lalu yang kami datangi secara langsung, mereka berjanji bahwa sang seri terbaru – God Eater 3 akan hadir dengan begitu banyak penyempurnaan dan perbaikan, dari sistem permainan hingga animasi yang jauh lebih halus. Kesempatan untuk menjajalnya akhirnya tiba.
Anda yang sempat membaca artikel preview kami sebelumnya sepertinya sudah punya gambaran yang cukup jelas soal apa yang ditawarkan oleh God Eater 3. Sebagai gamer yang tidak terlalu familiar dengan franchise ini dan baru terjun di seri ketiganya, ia berujung menjadi pengalaman yang ternyata seru dan menyenangkan. Kami menyukai bagaimana terlepas dari konsep perburuan monster yang membuatnya tidak bisa lepas dari franchise lebih populer seperti Monster Hunter misalnya, God Eater 3 hadir dengan identitas kuatnya sendiri. Cerita dan desain karakter ala anime yang begitu kental hanyalah sedikit daya tarik yang ia usung.
Lantas, apa yang sebenarnya ia tawarkan? Mengapa kami menyebut God Eater 3 sebagai sebuah game perburuan monster yang sederhana dan seru? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda. Mengingat kami tidak terlalu familiar dengan franchise ini, kami akan menilainya sebagai gamer pendatang baru.
Plot
Dunia jatuh ke dalam mimpi buruk. Tanpa memahaminya dengan jelas, kita harus bertempur melawan monster-monster menyeramkan bernama The Aragami yang tiba-tiba muncul. Motivasi mereka jelas – memangsa dan memakan apapun yang mereka temukan, pelan tapi pasti, membawa kehancuran yang tidak terelakkan. Umat manusia yang terus terdorong dan terdesak akhirnya menemukan solusinya sendiri. Mereka menamakannya God Eater.
God Eater adalah sebuah unit khusus hasil eksperimen yang didesain untuk satu hal – menghancurkan dan membasmi Aragami dengan menggunakan senjata istimewa bernama God Arcs yang berisikan Oracle Cells di dalamnya. Di God Eater 3, Anda berperan sebagai seorang God Eater yang diperlakukan tidak lebih dari sekedar objek. Bahwa eksistensi Anda hanyalah untuk membunuh Aragami apapun yang diiinginkan oleh tuan Anda, bersedia mati sejak awal tanpa ada kesempatan untuk melawan, dan memastikan bahwa senjata Anda – God Arc tidak berujung rusak. Namun untungnya, nasib Anda membaik.
Berhadapan dengan sekuens kejadian yang hadir seolah tak ubahnya takdir, Anda akhirnya berujung berpindah ke organisasi yang memperlakukan God Eater lebih manusiawi di bawah pimpinan seorang wanita super kharismatik – Hilda. Bersama dengan organisasi “Chrystanthemum” ini, tidak hanya membangun popularitas dan status, Anda juga mulai membangun hubungan pertemanan dengan God Eater yang lain. Sementara di sisi lain, teman Anda sejak kecil – Hugo mulai membangun rencana lebih definitif untuk meraih kebebasan yang sesungguhnya.
Seiring dengan lebih banyaknya Aragami yang Anda basmi, Anda akan berujung bertemu dengan beberapa varian yang lebih unik dan kuat. Salah satunya adalah seorang gadis kecil yang sepertinya menyita perhatian dari organisasi lain. Gadis yang akhirnya diberi nama Phym ini diketahui merupakan seorang Aragami itu sendiri, namun mengusung bentuk Humanoid. Kedekatannya secara emosional langsung membuatnya diperlakukan layaknya anak / adik perempuan semua anggota Chrystanthemum itu sendiri.
Lantas, seperti apa perjuangan sang karakter dan Hugo sebagai God Eater? Siapa pula Phym dan mengapa begitu banyak organisasi tertarik pada eksistensinya? Jenis Aragami seperti apa yang harus mereka binasakan? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut bisa Anda dapatkan dengan memainkan God Eater 3 ini sendiri.