15 Sosok Karakter Wanita “Terkuat” di Franchise Final Fantasy!
Selamat hari Kartini, wanita Indonesia. Terlepas dari kata “emansipasi” yang kini mulai tumbuh menjadi sekadar jargon yang muncul setahun sekali tanpa dimengerti lagi dampaknya bagi kehidupan wanita di Indonesia, ia tetap menjadi hari yang terhitung istimewa. Sebagian besar maknanya memang berujung direduksi menjadi hari pakai kebaya dan ragam lomba aktivitas kewanitaan yang sayangnya pada saat berita ini ditulis, bahkan tidak lagi bisa diselenggarakan karena himbauan karantina yang tidak terhindarkan. Inti dari emansipasi memang memperjuangkan hak bagi kaum wanita, khususnya di Indonesia, untuk memperjuangkan dan menentukan nasib serta masa depan mereka sendiri. Bahwa hidup mereka tidak harus dikendalikan oleh pihak laki-laki, yang harus diakui, memang tidak akan pernah mengerti bagaimana hidup seorang wanita yang seharusnya.
Satu yang menarik ketika kita berbicara soal emansipasi yang diperjuangkan Kartini ini adalah ketika melihat video game dengan kacamata yang sama, terutama untuk game-game JRPG yang tersedia di pasaran. Memang ada beberapa video game yang masih memosisikan karakter wanita sebagai pihak lebih lemah yang butuh untuk diselamatkan (damsel in distress), namun tidak sedikit juga yang bahkan menjadi mereka sebagai protagonis utama yang super kuat. Di antara semua game JRPG tersebut, ada satu franchise yang setidaknya cukup konsisten untuk memotret karakter-karakter wanita “kuat” di dalam video gamenya. Bahwa alih-alih jadi pihak yang harus diselamatkan, karakter-karakter ini berperan aktif, memiliki misi dan fungsinya sendiri, memainkan peran setara dengan pria, dan bahkan berujung menjadi bagian terbaik dari seri dimana ia berada. Benar sekali, kita bicara soal Final Fantasy.
Dengan sekitar 15 seri utama yang saat ini sudah tersedia lintas generasi, beberapa seri sekuel dan Remastered, dan tentu saja seri Remake yang belum lama ini tersedia, tentu menarik untuk menggunakan hari Kartini ini sebagai cermin untuk melihat bagaimana potret karakter-karakter wanita yang sempat muncul di Final Fantasy. Bagian terkerennya? Sebagian besar seri Final Fantasy mempresentasikan mereka sebagai karakter penting dengan konflik, resolusi, dan watak kompleks yang tidak sekedar berkutat pada stereotipe karakter wanita yang harus diakui, mulai usang. “Terkuat” di judul yang kami pilih di atas tentu saja tidak terbatas pada masalah kekuatan fisik saja.
Lantas, dari semua karakter-karakter wanita yang sempat muncul di Final Fantasy, mana saja karakter-karakter wanita yang menurut kami pantas untuk dikategorikan sebagai yang terkuat di antara yang terkuat? Berikut adalah daftar versi JagatPlay:
Rydia [Final Fantasy IV]
Kekuatan tidak hanya terbatas hanya pada kemampuan fisik saja. Berhadapan dengan trauma masa lampau, menundukkannya, dan tumbuh menjadi individu yang lebih sigap, siap, dan tidak gentar melawan situasi yang tidak kalah serius adalah salah satu kekuatan yang membuat Rydia dari Final Fantasy IV pantas masuk ke dalam daftar yang satu ini. Tampil seperti sebuah kepompong yang tumbuh menjadi seekor kupu-kupu indah yang bisa diandalkan, Rydia juga berkutat pada usaha untuk mencari kekuatan dalam diri sendiri.
Quistis [Final Fantasy VIII]
Jika kita berbicara soal penampilan fisik, maka penuh dengan bias, kami tidak akan ragu untuk menempatkan Quistis di posisi tertinggi soal karakter wanita Final Fantasy. Daya tariknya secara visual memang begitu tinggi, namun satu hal menarik yang ia tawarkan juga berangkat dari perannya dalam cerita. Kita berbicara soal karakter wanita yang dengan kemampuan otaknya berhasil menjadi mentor sebuah pasukan khusus di usia yang muda. Posisinya sebagai guru ini membuatnya sosok lebih “dewasa” dibandingkan karakter lain ketika kita bicara soal sosok yang selalu bisa diandalkan. Posisi emansipasi ini kian kuat ketika melihatnya dengan kepercayaan diri tinggi berusaha untuk melemparkan sinyal suka pada Squall lewat pilihan kalimat dan momen yang berusaha ia racik sebaik mungkin. Sayangnya, aksi ini disambut dingin bak berbicara dengan sebuah batu besar.
Lightning [Final Fantasy XIII]
Selalu menyenangkan melihat tokoh protagonis utama sebuah video game, apalagi datang dari franchise raksasa sebesar Final Fantasy, adalah seorang wanita. Ia menawarkan sebuah dinamika berbeda dengan karakter pria yang seringkali terbungkus pada stereotipe maskulinitas yang membuat karakternya sulit untuk berkembang dan tumbuh lebih kompleks layaknya manusia. Walaupun Lightning berujung tidak memperlihatkan banyak sisi feminin layaknya karakter wanita, namun ia berhasil memosisikan diri sebagai karakter yang menarik, garang, dan keren hingga dalam batas, cukup untuk membuat Anda melupakan bahwa ia seorang wanita. Pada akhirnya, ia disempurnakan dengan sifat naluri keibuan yang kuat pada sosok sang adik yang berusaha ia selamatkan.
Celes [Final Fantasy VI]
Menjadi “objek cinta” tidak lantas membuat sebuah karakter wanita di sebuah cerita fiktif, termasuk video game sekalipun, berakhir dangkal dan tidak bisa dinikmati. Hampir semua gamer yang mencicipi Final Fantasy VI mengerti apa yang ditawarkan oleh seorang Celes. Menjadi salah satu karakter yang pertumbuhannya cukup signifikan dari awal cerita hingga akhir cerita, Celes memperlihatkan bagaimana karakter wanita sebenarnya bisa ditulis menjadi karakter yang menarik setelah melihat bagaimana aksi dan kepribadiannya bergerak dari apa yang dibentuk di latar belakang cerita menjadi sesuatu yang mendewasa bersama dengan aksi karakter-karakter yang lain. Celes menjadi bukti bahwa kisah cinta tidak harus membuat karakter wanita lemah, tetapi bisa tumbuh menjadi sebuah motivasi yang membuatnya lebih dewasa.