10 Alasan Mengapa Thousand Arms adalah JRPG Istimewa!
FMV Anime + 3D

Menggabungkan cut-scene 3D dengan model karakter yang terlihat berbeda dan terpisah memang sudah bukan trik yang baru di industri game di kala itu, seperti yang sempat dipamerkan Final Fantasy VII di beberapa situasi. Yang membuat Thousand Arms, seperti yang kami bicarakan sebelumnya, adalah keputusan untuk tetap mengkombinasikan karakter-karakter dua dimensi ini dengan model lingkungan tiga dimensi pada saat FMV terjadi. Di masa lalu, menemukan kombinasi seperti ini memang terhitung aneh, apalagi melihat bagaimana cara beberapa game JRPG yang langsung menawarkan FMV full 3D atau full 2D atas nama konsistensi. Namun fakta bahwa kami bisa mengingatnya hingga sekarang seolah jadi bukti bahwa ia melakukan tugasnya dengan baik.
Desain Waifu

Sepertinya mustahil untuk membicarakan Thousand Arms yang notabene juga mengkombinasikan sistem dating-sim di dalamnya tanpa membicarakan desain karakter waifu-nya yang fantastis. Walaupun konsep “Waifu” di akhir tahun 90-an / awal tahun 2000-an belum sepenuhnya terbentuk, namun Thousand Arms di kala itu jelas memperlihatkan prioritas untuk mengembangkan karakter wanita yang lebih menarik secara desain dibandingkan karakter pria-nya. Di luar desain si tokoh protagonis utama – Meis yang juga mengecewakan, banyak gamer sepertinya tidak akan kesulitan mengingat desain atau sosok seperti Sodina dan Wyna yang fantastis. Kembali, mereka juga diisi dengan VA yang solid.
1 VS 1

Apakah kami menyukai sistem pertarungan di Thousand Arms? Tidak, bahkan setelah puluhan tahun setelahnya sekalipun. Namun di sisi lain, sulit rasanya untuk tidak mengakui bahwa konsep pertarungan 1VS1 yang ia usung memang sesuatu yang tidak tergantikan dalam sejarah perkembangan JRPG. Mengejutkan adalah kata yang tepat ketika menemukan bahwa tidak seperti game JRPG yang lain, Anda hanya akan menggunakan satu karakter dalam tim untuk bertarung di depan dengan sisanya berdiri di belakang sebagai support. Sistem ini terdengar bodoh dan terasa bodoh bahkan hingga saat ini, namun tetap berujung memorable.
Blacksmith

Kapan terakhir Anda menemukan sebuah video game JRPG yang menjadikan seorang blacksmith alih-alih ksatria atau petualang sebagai karakter utama? Sejauh kami memikirkannya, mungkin hanya Atelier saja yang menyajikan konsep yang serupa, dimana sang karakter utama adalah “pencipta” alih-alih petualang yang fungsi utamanya memang bertarung. Konsep dimana Meis berperan sebagai Spirit Blacksmith yang masih berada dalam masa pembelajaran dan penguasaan soal bagaimana proses racik senjata ini bekerja dipresentasikan pula dengan baik di sisi gameplay. Dimana alih-alih eksplorasi dan beli senjata, meracik senjata Anda sebagai seorang blacksmith, ditemani oleh wanita yang tengah Anda kencani adalah pondasi untuk memastikan diri Anda siap menghadapi tantangan di masa depan.