Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!
Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa

Memberikan predikat sebuah game tidak hanya sebagai salah satu pengalaman JRPG terbaik yang kami nikmati tahun ini, tetapi juga salah satu yang terbaik sepanjang masa tentu saja tidak main-main. Sub-judul di atas berarti secara otomatis menempatkan Xenoblade Chronicles 3 ke dalam list salah satu JRPG terbaik yang pernah kami cicipi bersama dengan Suikoden II dan Final Fantasy X di posisi yang setara. Ini tentu saja memancing banyak pertanyaan, apa yang membuatnya begitu istimewa?
Seiring dengan progress permainan, sulit rasanya untuk tidak merasakan dan menyamaratakan pengalaman yang ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3 dengan beberapa sensasi JRPG lawas di masa lampau, terutama dari sisi cerita. Sebuah pengalaman yang harus diakui semakin jarang didapatkan mengingat banyak game RPG dan JRPG saat ini jatuh dalam pace cerita dan kualitas cerita yang generic. Iya, ini memang masih soal menyelamatkan dunia dengan kekuatan pertemanan. Namun yang ditawarkan Xenoblade Chronicles 3 adalah kenikmatan berproses menuju tujuan tersebut, bukan hanya sekadar tujuan saja.


Kita bicara dari elemen seperti cerita. Bukan hanya ia mampu datang dengan misteri yang siap untuk membuat Anda penasaran dari awal hingga akhir yang notabene bisa menuntut dari waktu permainan 70-100 lebih jam, tetapi juga caranya menangani kisah untuk para karakter yang ada. Bahwa Xenoblade Chronicles 3 memastikan setiap karakter yang ikut bergabung dalam party, bukan hanya Noah dan Mio saja, memiliki cerita latar belakang,konflik, hingga resolusi mereka sendiri. Mereka adalah karakter yang diposisikan sama pentingnya dengan dua protagonis utama tersebut dan bahkan di beberapa titik, berhasil memicu respon emosional yang sama efektifnya. Melihat perhatian ekstra untuk memastikan tiap karakter punya ruang cerita mereka sendiri ini mengingatkan kami pada banyak JRPG lawas, seperti Final Fantasy VI misalnya.
Kemudian momen-momen ikonik atau emosional tersebut berujung dibungkus dengan sisi presentasi yang fantastis. Kita tak hanya bicara musik yang siap untuk membuat bulu kuduk Anda merinding saja, tetapi juga kualitas cut-scene super dramatis yang lahir bak episode “sakuga” dari anime action terfavorit Anda. Sisi aksi hadir dalam sekuens cut-scene yang begitu mengalir, begitu epik, begitu emosional di saat yang sama. Ia tidak selalu harus berakhir menjadi cut-scene yang heboh dengan aksi pertarungan para Ouroboros saja misalnya, tetapi juga momen-momen tenang dan emosional yang memberikan highlight tersendiri pada kondisi emosi internal atau konflik yang harus dilewati oleh karakter yang ada.
Ini semua berputar pada cerita yang jika ditelaah lebih jauh, memang terhitung cukup gelap. Kita bicara soal pertempuran abadi antara dua pihak yang didasari oleh sesuatu yang bahkan tidak dimengerti oleh mereka yang mengorbankan nyawa di lini depan. Fakta bahwa mereka semua adalah prajurit anak-anak di awal dan mereka hanya hidup selama 10 tahun memberikan implikasi yang jelas bahwa setiap dari karakter utama yang Anda gunakan tidak lah berfungsi selayaknya manusia. Mereka tidak mengenal cinta, mengenal apa itu menua, mengenal hal seperti hubungan seks misanya, atau memahami soal konsep keluarga. Mereka eksis untuk berperang, berharap tak mati di tengah proses tersebut selama 10 tahun ke depan, sebelum menghilang tanpa bekas terlepas dari apapun yang sudah mereka capai.
Semua kombinasi ini kemudian juga disempurnakan dengan desain misi sampingan yang juga untungnya, tidak berakhir seperti Xenoblade Chronicles 2 yang penuh dengan daftar kerjaan yang menjemukan. Hampir sebagian besar misi sampingan yang bisa Anda selesaikan di seri ketiga ini datang dengan cerita yang lumayan solid alih-alih sekedar daftar item yang harus Anda kumpulkan atau serahkan. Ia juga memosisikan beberapa misi sampingan lebih penting yang berkaitan dengan karakter di luar Noah atau Mio, atau beberapa karakter Heroes yang juga datang dengan cut-scene berbeda di dalamnya. Misi sampingan yang seperti ini biasanya berjalan lebih panjang, datang dengan pertarungan boss tersendiri, dan menawarkan reward yang menggoda untuk dikejar. Yang pasti, ia memperkaya cerita yang sudah ada. Satu-satunya keluhan mungkin jumlah yang ia tawarkan, yang bisa saja terus bertambah seiring dengan progress yang ada hingga terasa mustahil untuk diselesaikan semuanya.

Apresiasi tambahan yang kian mengukuhkan predikatnya sebagai salah satu JRPG terbaik yang pernah kami jajal juga datang dari sistem Colony yang ia bawa, yang ternyata tidak sekadar mengemuka dari sisi cerita saja. Pertempuran antara Keves dan Agnus memang melahirkan koloni-koloni kecil ini sebagai garde pertempuran terdepan, yang di sisi cerita, memang dilindungi dan dikendalikan oleh satu pihak misterius yang jawabannya akan bisa Anda temukan saat memainkan game ini.
Ternyata oh ternyata, eksistensi koloni-koloni yang bisa Anda bebaskan ini ternyata bukanlah sekadar pemanis di sisi cerita saja. Monolith berhasil menyulap aksi pembebasan koloni ini menjadi sejenis aktivitas sampingan yang bisa Anda lakukan, yang biasanya selalu ditutup dengan pertarungan boss yang solid. Menariknya lagi? Anda juga berkesempatan untuk menyelami dan memahami bagaimana setiap koloni ini hadir dengan kultur dan moral yang berbeda satu sama lain. Ada yang eksis dengan niat juang dan nilai kompetitif tinggi, ada yang legowo dan siap mati demi perang, ada yang berhasil menghindari konflik, ada pula yang sudah berujung luluh lantak. Menyibukkan diri dengan misi-misi berbasis koloni ini biasanya akan membuka lebih banyak Heroes untuk Anda ajak bergabung dalam party, yang tentu saja akan diikuti dengan lebih banyak misi sampingan setelahnya. Selain itu, Anda juga bisa mempererat hubungan Anda dengan para koloni lewat sistem transaksi quest yang kemudian akan memberikan Anda lebih banyak buff, terutama saat eksplorasi.


Maka semua kombinasi ini membuat Xenoblade Chronicles 3 berujung terasa berhak menyandang predikat yang kami sematkan di bagian judul di atas. Ia datang dengan cerita menarik, cut-scene fantastis, musik yang keren, cerita dengan tema gelap, sistem misi sampingan yang kini punya cerita alih-alih hanya tugas, cerita yang juga memberikan kesempatan bagi tiap karakter untuk bersinar, hingga hal sekecil sistem pembebasan dan bangun hubungan antar koloni yang berujung menjadi aktivitas ekstra yang menarik. Belum cukup? Ia juga datang dengan cerita penuh romansa yang pantas untuk diacungi jempol pula. Masih belum cukup? Ada beberapa mekanik yang baru akan terbuka ketika Anda sudah memasuki puluhan jam permainan. Kombinasi ini cukup untuk membuat kami sempat tidak rela menyelesaikan game ini pada saat pertarungan melawanboss terakhir tak terelakkan lagi dan memilih untuk berjalan-jalan mengeksplorasi dunianya yang begitu luas.
Kesimpulan

Mencicipi, menikmati, dan menyelesaikan Xenoblade Chronicles 3 memang menghasilkan begitu banyak apresiasi terhadapnya. Apresiasi bahwa dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya, ia hadir menyempurna. Beragam perubahan dan penambahan fitur dari sekadar penambahan party atau sistem role dan kelas hingga pencapaian teknis yang lebih stabil membuatnya jadi seri terbaik di antara semua seri Xenoblade Chronicles sejauh ini. Lebih mengagumkannya lagi? Akumulasi pengalaman tersebut kemudian membantu mengukuhkannya tidak lagi sekadar sebagai seri Xenoblade Chronicles terbaik sejauh ini, tetapi juga pantas untuk dinobatkan sebagai salah satu pengalaman JRPG terbaik sepanjang masa. Ia seolah datang memenuhi sebuah kerinduan untuk pengalaman JRPG lawas yang seolah kian terkikis.
Walaupun ia pantas disejajarkan dengan baris game JRPG terbaik sepanjang masa yang kami sukai sejauh ini, Xenoblade Chronicles 3 tetap bukanlah game JRPG yang sempurna. Secara keseluruhan, ia tetap mengusung sistem pertarungan yang tak bisa menjamin segala sesuatunya berjalan cepat, yang ketika dihadapkan pada pertarungan berturut-turut akan berujung terasa menyita waktu. Bahkan ketika Anda bertarung melawan monster dengan beda 5 level sekalipun dimana Anda lebih kuat, mereka tetap akan terasa tanky dan menyita waktu. Sensasi ini akan semakin diperparah saat Anda melawan boss di cerita utama yang kebetulan berada di level yang sama. Sistem aksesoris yang jumlahnya membludak dengan perbedaan efek yang kecil justru berakhir membingungkan, alih-alih memberikan opsi yang Anda butuhkan. Hasilnya? Kami seringkali tidak berganti aksesoris sama sekali setiap proses otomatisasi equip terjadi setelah pergantian kelas karakter, mempercayakan aspek ini pada apapun yang dipilih oleh komputer. Berita buruknya? Proses otomatisasi ini seringkali tidak menghasilkan aksi equip yang paling optimal.
Namun di luar kekurangan tersebut, Xenoblade Chronicles 3 tetaplah sebuah game JRPG yang melebihi apa yang kami harapkan di awal. Monolith tidak hanya berhasil meracik sebuah seri Xenoblade Chronicles terbaik sejauh ini baik dari sisi gameplay, cerita, ataupun presentasi, tetapi sebuah pengalaman JRPG epik yang seolah sudah lama tak ditawarkan lagi game-game RPG Jepang modern. Sebuah seri yang membuatnya pantas masuk ke dalam golongan yang terbaik di antara yang terbaik.
Kelebihan

Sistem party 6 orang + 1 Heroes
Sisi teknis kini lebih minim masalah dibandingkan seri Xenoblade sebelumnya
Sistem role dan kelas yang membuat strategi permainan berlapis
Animasi cut-scene yang selalu solid
Musik yang fantastis
Penambahan fungsi Ouroboros yang membuat pertarungan lebih seru
Cerita yang memancing rasa penasaran
Sebagian besar side-mission diracik cukup solid
Sistem hubungan antar koloni yang masing-masing punya keunikan
Punya sisi romansa dalam cerita
Voice acting British yang berujung menjiwai
Pengaitan dengan seri pertama dan kedua dilakukan cukup manis
Kekurangan

Desain karakter utama – Noah dan Mio agak terasa generic
Musuh selalu terasa tanky dan butuh waktu untuk ditundukkan
Jumlah aksesoris berlebihan yang justru berujung membingungkan
Cocok untuk gamer: pencinta seri Xenoblade Chronicles, yang memimpikan game JRPG yang fantastis
Tidak cocok untuk gamer: yang tidak punya banyak waktu luang untuk bermain game, yang tidak sabaran