Review The Evil Within: Kenikmatan Survival Horror Klasik!
Cita Rasa Survival Horror Klasik
The Evil Within adalah sebuah visi yang sudah lama didambakan oleh Shinji Mikami, sebuah jawaban yang ingin ia tawarkan kepada industri game tentang definisi sebuah game survival horror yang sebenarnya. Sebuah konsep yang di dalam interview terbarunya, ia definisikan sebagai genre yang secara konsisten menawarkan rasa cemas bagi para penikmatnya, bahwa nyawa mereka selalu berada di ujung tanduk, bahwa setiap konsekuensi berjalan fatal, di luar sensasi kontrol lewat senjata yang tetap disuntikkan. Jika ini visi yang ingin dicapai oleh Mikami untuk The Evil Within, maka ia harus diakui, berhasil. The Evil Within adalah sebuah oase untuk gamer yang mendambakan sebuah game survival horror berkualitas untuk waktu yang lama.
Sebagian besar dari Anda yang pernah menikmati segudang screenshot dan trailer awal The Evil Within mungkin akan langsung mengasosiasikannya dengan satu kata – Resident Evil 4. Sudut pandang kamera yang hampir sama dengan atmosfer permainan yang cukup serupa terutama lewat permainan setting yang ada memang kian menguatkan asosiasi tersebut. Namun alih-alih Resident Evil 4, pengalaman yang ditawarkan oleh The Evil Within justru menurut kami, lebih kuat pada kombinasi antara dua nama game survival horror yang lain: Resident Evil pertama dan The Last of Us dari Naughty Dog. Sensasi kedua game inilah yang justru menurut kami mengalir lebih kentara, dan harus diakui, menjadi formula sinergi yang sempurna untuk menciptakan sebuah game survival horror yang menegangkan.
Dari Resident Evil pertama, kita tidak hanya membicarakan salah satu adegan di The Evil Within yang dijadikan sebagai homage untuk karya yang mengawali sepak terjang Shinji Mikami tersebut. Bertahan dengan sensasi klasik sebuah game survival horror, The Evil Within menjual dua konsep yang tereksekusi dengan sangat baik: keterbatasan resource dan kerentanan Seb sebagai karakter utama. Dengan peluru dan item yang tidak berbanding lurus dengan musuh yang harus Anda hadapi, Anda tidak bisa asal mengarahkan moncong peluru ke setiap musuh yang Anda temui dengan berharap bahwa semua masalah akan terselesaikan lewat metode ini. Mengapa? Karena bisa jadi ancaman akan terus datang, dan Anda tidak akan punya cara lagi alternatif untuk bertahan hidup. Bermain pintar akan menjadi salah satu kunci esensial.
Sensasi survival horror klasik ini juga diperkuat dari fakta bahwa Seb adalah tokoh protagonis yang sangat rentan. Satu serangan dari jenis Haunted biasa saja sudah cukup untuk menyita porsi bar health Anda dalam jumlah besar, memaksa Anda untuk menggunakan item penyembuh yang sama terbatasnya seperti peluru. Sayangnya, bukan para Haunted saja yang harus Anda hadapi. Terbagi ke dalam beberapa chapter, The Evil Within juga memuat beragam pertempuran melawan para Boss yang akan membuat Seb jauh lebih lemah. Chainsaw-Man? Sang wanita berkaki enam yang melata? Atau anjing raksasa yang memburu Anda? Sedikit saja lengah, maka Seb akan berakhir menjadi mayat dingin di tengah lapangan, atau bahkan hancur berantakan menjadi potongan daging yang tidak bisa lagi dikenali. Shinji Mikami berhasil membuat setiap musuh yang hadir sebagai sebuah ancaman yang memang pantas untuk diperhitungkan, bukan sesuatu yang bisa Anda anggap remeh. Memastikan setiap peluru Anda efektif dan bermain aman, inilah kunci memenangkan The Evil Within.
Dengan rasa cemas yang secara konsisten hadir, menjadi sesuatu yang sangat rasional untuk menempuh cara penyelesaian strategis untuk memperkecil resiko yang bisa terjadi. Di sinilah kami melihat pengaruh The Last of Us yang cukup kentara. The Evil Within menyuntikkan mekanisme stealth sebagai kompensasi dari terbatasnya peluru yang ditawarkan. Dengan berjalan secara pelan sembari menunduk, Anda punya kesempatan menghabisi para Haunted ini, terutama dari varian yang paling lemah, secara instan tanpa perlu membuang-buang peluru dan menarik perhatian Haunted yang lain. Metode lain yang bisa Anda gunakan adalah dengan menggunakan korek api yang menjadi elemen unik The Evil Within itu sendiri. Anda bisa menggunakannya untuk membakar mayat yang Anda curigai bisa hidup kembali sebagai The Haunted atau bahkan menggunakannya sebagai senjata “maut” untuk membunuh mereka dalam jumlah besar. Membakar genangan minyak? Meledakkan drum? Atau sekedar menjadikan mayat Haunted lain sebagai jebakan? Korek api menjadi “senjata” kecil yang bisa dimanfaatkan secara strategis.
Namun sayangnya, ketakutan ini tidak lagi terasa mengancam setelah Anda memahami bahwa seperti halnya zombie klasik di Resident Evil pertama, para Haunted ini juga tidak cukup pintar dan lincah untuk mengejar dan membunuh Anda. Dengan menggunakan mekanik berlari yang akan menyita stamina Seb itu sendiri, Anda bisa menghindari sebagian besar ancaman dengan cukup mudah dan para Haunted ini tidak akan punya kesempatan mengejar Anda. Dengan teknik berlari dan tembak, selama Anda punya resource yang cukup, hal ini akan menyelesaikan sebagian masalah dengan cukup efektif, bahkan para Boss sekalipun. Parahnya lagi, kami juga sempat menemukan AI yang bergerak terus-menerus melawan tembok ketika Anda berada di posisi tertentu tanpa ada kemampuan untuk menyesuaikan dirinya sendiri. Kemampuan untuk berlari lebih cepat ini juga memberikan keuntungan tersendiri, apalagi jika Anda tengah terjebak di sebuah area yang penuh dengan jebakan yang bisa diaktifkan secara manual. Kesempatan untuk membunuh musuh yang ada secara instan tanpa perlu mengorbankan resource apapun menjadi pekerjaan yang terasa lebih mudah.
Tidak hanya lewat kemampuannya untuk berlari cepat, perasaan ancaman ini juga akan semakin memudar lewat varian senjata yang akan dimiliki oleh Seb seiring dengan progress cerita yang ada. Dari handgun dengan damage rendah, shotgun untuk pertempuran jarak dekat, hingga sniper rifle yang mampu menghantarkan damage besar jika dibutuhkan. Resource peluru setiap senjata ini memang terbatas, namun akumulasi dari semua peluru ini akan cukup untuk memberikan rasa aman yang dibutuhkan. Apalagi Seb juga akan dipersenjatai dengan sebuah panah unik bernama Agony Crossbow. Berbeda dengan senjata lain yang hadir seperti tipikal senjata game action pada umumnya, Agony Crossbow hadir tampil dinamis dan menawarkan variasi fungsi tertentu. Sesuai dengan anak panah yang Anda sematkan, ia mampu membuat musuh meledak, keracunan, terbakar, terdiam untuk beberapa saat, hingga membeku. Menariknya lagi? Anda bisa meracik anak panah yang Anda butuhkan dengan hanya mengumpulkan jumlah part yang cukup dari setiap aksi Anda membongkar perangkap yang Anda temui di sepanjang perjalanan. Agony Crossbow menjadi jawaban sekaligus penyelamat efektif ketika Anda berada di kondisi yang terdesak. Setidaknya memastikan Anda memiliki kontrol atas situasi yang terjadi.
Dengan semua mekanik ini, waluapun jauh dari kata sempurna, The Evil Within mampu menawarkan sensasi game survival horror klasik yang memang hidup sesuai dengan genre yang ia usung, dan bukan hanya sekedar “kedok” untuk menjual game action yang mulai mainstream. Ada perasaan tegang dan waspada yang secara konsisten hadir, apalagi jika Anda menyadari bahwa resource yang Anda miliki tidak akan cukup untuk menghabisi Haunted terlemah sekalipun. Dengan setting dan bentuk ancaman yang berbeda dari satu chapter ke chapter lainnya, Anda akan bersinggungan dengan sebuah perjalanan absurd yang sama sekali tidak terasa monoton, apalagi lewat varian Boss yang Anda temui di sini. The Evil Within mungkin tidak semenyeramkan P.T dengan ekstra kejutan di sana sini yang mungkin membuat Anda berteriak seperti anak perempuan dan melemparkan kontroler ke ujung ruangan, namun ia menawarkan sebuah pengalaman menegangkan yang konsisten. Seperti yang Anda temui ketika mencicipi seri Resident Evil pertama di masa lalu.
Cairan Hijau yang Menentukan
Seb mungkin adalah seorang detektif veteran yang sudah bersinggungan dengan dunia kriminal untuk waktu yang cukup lama. Namun dunia kriminal tidak akan pernah berisikan mayat hidup dengan kawat duri di kepala, iblis wanita berkaki enam yang lahir dari genangan darah, atau makhluk besar dengan kepala kotak dan bersenjatakan palu besar. Dunia yang tercabut dari realita ini menjadi sesuatu yang harus dihadapi Seb, yang untungnya punya kesempatan untuk memperkuat dirinya sendiri. Semuanya bergantung pada cairan hijau misterius yang bisa Anda temukan di sepanjang mimpi buruk Anda ini.
Berpetualang di dunia super menyeramkan, Seb untungnya punya satu ekstra “rumah” aman untuk melarikan diri dari pengalaman yang akan membuat manusia manapun untuk mempertanyakan kewarasan mereka ini. Bisa diakses lewat cermin yang merefleksikan cahaya terang yang unik dengan musik halus yang mengalun menghipnotis, Seb bisa mengunjungi Asylum yang dijaga oleh seorang suster bernama Tatiana. Tidak hanya sekedar sebagai tempat untuk melakukan save data secara manual, Anda juga bisa menghabiskan semua cairan hijau misterius yang Anda dapatkan di Asylum ini. Tentu saja, untuk meningkatkan kemampuan Seb itu sendiri.
Terikat di sebuah kursi dan mengalami proses eksperimen yang terlihat menyakitkan, cairan hijau ini berfungsi sebagai mata uang untuk memperkuat Seb di beragam sektor yang ada. Terbagi menjadi empat bagian besar: Abilities untuk meningkatkan status Seb seperti stamina atau health, Weapons untuk meningkatan efektivitas senjata yang sudah dimiliki sebelumnya, Stock untuk memperbanyak jumlah item yang bisa Anda bawa, dan Agony Bolts untuk mengatur jumlah dan efektivitas panah dari Agony Crossbow, Anda bisa meningkatkan setiap elemen yang Anda inginkan jika berhasil mengumpulkan cairan hijau ini dalam jumlah tertentu. Setiap elemen ini juga akan terbagi ke dalam beberapa level, yang setiap levelnya tentu saja akan meningkatkan buff dari level sebelumnya, yang harus dibayar dengan jumlah cairan hijau yang lebih mahal. Cairan hijau ini sendiri tidak hanya bisa didapatkan dari eksplorasi, tetapi juga dari beberapa Haunted yang berhasil Anda tundukkan sebelumnya. Ia akan memfasilitasi dan mendukung gaya anda bermain yang unik.
Tidak hanya sebagai tempat upgrade untuk memperkuat Seb, Asylum juga menyediakan rentetan locker terkunci yang masing-masing darinya berisikan resource yang tentu saja sangat berharga di The Evil Within ini. Kunci untuk membuka locker ini akan terbesar di setiap chapter yang Anda temui, menunggu untuk ditemukan. Butuh ekstra usaha untuk menjelajahi level yang Anda hadapi untuk mendapatkannya.