Review Xenoblade Chronicles X: Sensasi JRPG Gila!
Sistem Gameplay Online yang Unik

Xenoblade Chronicles X adalah sebuah game JRPG dengan cita rasa MMO, BUKAN sebuah game MMO. Walaupun demikian, ini tak menghalanginya untuk menyuntikkan sejenis mode multiplayer di dalamnya untuk mengakomodir sebagian besar gamer Nintendo Wii U yang tampaknya tak akan melewatkan game yang satu ini begitu saja. Namun jika Anda sudah membaca apa yang kami tulis sebelumnya, terutama menyoroti betapa luasnya Mira, Anda mungkin akan langsung membayangkan sebuah konsep multiplayer yang serupa dengan game MMO atau setidaknya sebagian gamer berbasis multiplayer saat ini, dimana satu user dapat masuk dan membaur dengan misi atau aktivitas apapun yang tengah dilakukan oleh user yang tengah menjadi host. Sayangnya, tidak seindah itu.
Xenoblade Chronicles X bisa dibilang mengusung sebuah sistem multiplayer yang cukup unik, yang masih membuka sebuah level interaktivitas terbatas antara user yang menikmatinya, namun tak sebebas masuk dan ikut dalam permainan orang lain begitu saja layaknya sebuah game MMO. Ketika terhubung secara online dan Anda masuk ke Squad tertentu, Anda akan langsung berhadapan dengan Squad Mission di bagian kanan bawah layar yang biasanya memuat 5 buah monster yang harus ditundukkan atau 5 buah resources yang harus dikumpulkan selama periode waktu tertentu. Jika Anda ikut terlibat dalam “perburuan” tersebut, Anda akan mendapatkan item bernama Reward Tickets dalam jumlah tertentu.


Menariknya lagi? Setiap kali ada satu bagian Squad Mission yang merupakan misi kolektif para user di dalam squad yang sama ini rampung, akan ada sebuah misi multiplayer terbuka di panel terpisah di dalam Barrack. Misi yang biasanya hanya berisikan perintah untuk membasmi musuh dalam jumlah tertentu ini menawarkan esensi multiplayer yang lebih familiar. Anda bisa menempuh misi-misi dengan dua cara: pertama, dengan mengajak tim Anda yang berisikan AI atau membuka ruang bagi player lain untuk ikut bergabung dan menempuh misi bersama. Selesai mengeksekusinya, Anda juga akan mendapatkan varian item tertentu untuk material dan tentu saja, Reward Tickets.
Sementara konsep multiplayer ketiga bahkan lebih unik lagi. Xenoblade Chronicles X menyediakan sebuah panel terpisah bernama Blade Scout yang bisa Anda gunakan untuk menarik avatar karakter user lain sebagai pendukung Anda di gameplay yang tengah Anda cicipi. Anda bisa menyederhanakannya sebagai sistem “sewa karakter” dengan jumlah uang tertentu yang harus dilemparkan sesuai dengan beda level yang ada. Kerennya lagi? Anda juga bisa melakukan yang sama dengan karakter Anda dan membuatnya dimungkinkan untuk disewa oleh user lain dengan ekstra reward ketika berakhir. Berita baiknya? Selain item dan terkadang, item langka, ia juga menawarkan item lainnya bernama Reward Tickets.


Oke, kita dari tadi membahas beberapa format mode multiplayer Xenoblade Chronicles X dan menemukan satu benang merah di dalamnya – sebuah penghargaan yang disebut sebagai Reward Tickets. Misteri utama tentu berkisar pada seberapa signifikan sebenarnya item ini hingga Anda harus menjajal mode multiplayer yang ada. Anda bisa menyebut Reward Tickets sebagai sebuah solusi “instan” untuk beragam misi fetching menyebalkan yang biasanya terjadi di beberapa misi sampingan, sekaligus untuk mempercepat proses peracikan Anda pada senjata atau equipment karakter / skell tertentu tanpa harus melewati proses grinding yang berlebih. Reward Tickets diposisikan sebagai “mata uang” terpisah yag memungkinkan Anda untuk membeli dan mengakses hampir semua material yang tersedia di Xenoblade Chronicles X tanpa perlu bersusah payah.
Mengapa ia terasa begitu penting? Karena, boleh dibilang, banyak misi fetching di Xenoblade Chronicles X yang berakhir sangat menyebalkan. Misi-misi yang sekedar meminta Anda untuk mengambil dan mencari item dalam jumlah tertentu tersebut bisa berakhir menyita lebih banyak waktu daripada menyelesaikan misi utama itu sendiri, dan kami tak sedang berusaha membesar-besarkan. Kita tak hanya berbicara soal varian material yang begitu banyak hingga Anda bahkan tak akan mampu mengingat sebagian besar darinya, tetapi juga kondisi tertentu yang harus dicapai untuk mendapatkannya. Bayangkan saja, salah satu misi akan meminta Anda untuk mengumpulkan sebuah material yang hanya tersedia di satu area spesifik, ketika waktu menunjukkan pagi hari, di kala hujan. Berita buruknya lagi? Tak pernah ada clue untuk mendapatkan item tersebut dari dalam gamenya sendiri. Internet atau guide resmi akan jadi satu-satunya teman yang bisa diandalkan.


Ketika Anda berada di fase end-game dan mulai menjadikan Skells sebagai ujung tombak untuk menundukkan serangkaian monster terkuat Mira yang bisa berada 30 level di atas level maksimal karakter dan Skell Anda, Anda juga didorong untuk mulai mengumpulkan material yang dibutuhkan untuk membangun frame Skell atau Superweapon yang dibutuhkan untuk mengeksekusi damage besar secara instan. Berita buruknya? Seperti kasus yang kami bicarakan di atas, banyak material “langka” ini yang tak mudah didapat, dari efek RNG yang berlaku untuk material yang jatuh dari musuh yang Anda lawan, hingga kondisi misi spesifik yang harus dicapai. Namun di luar dari betapa menggodanya konsep Reward Tickets yang ditawarkan, alasan untuk mencicipi mode multiplayer Xenoblade Chronicles X tetap mengakar pada dua hal utama: kesenangan dan tentu saja, perasaan bahwa Anda adalah bagian dari sebuah komunitas yang berusaha berjuang bersama untuk bertahan hidup di Mira.
Sempurna? Tunggu Dulu..

Dari semua yang kami bicarakan di atas, Xenoblade Chronicles X terdengar seperti sebuah game JRPG yang kompleks dan menggoda di saat yang sama, sebuah fakta yang kami amini dan memang tak terbantahkan jika melihat konten seperti apa yang disuntikkan Monolith di dalamnya. Namun untuk sebuah sensasi JRPG yang sempurna? Tunggu dulu. Untuk sebuah game dengan skala sebesar ini, kekurangan tentu saja menjadi sesuatu yang pasti terjadi. Beberapa tak pantas untuk diangkat sebagai sesuatu yang mencederai pengalaman bermain, sementara tidak sedikit pula yang berakhir jadi sesuatu yang pantas untuk dibicarakan. Xenoblade Chronicles X memiliki beberapa konten yang memenuhi kategori kedua ini.
Sebagai permulaan, ia mengusung salah satu sistem inventory terburuk yang pernah kami dapatkan di game-game JRPG selama ini. Cukup bersyukur karena ia tak punya sistem limitasi berat dan sejenisnya, mengatur inventory di Xenoblade Chronicles X bisa berakhir jadi pengalaman yang cukup menyebalkan. Di sepanjang permainan, ketika Anda mengumpulkan lebih banyak senjata / equipment secara sengaja ataupun tidak sengaja, list item dan equipment yang Anda miliki akan membengkak dan membuat pengalaman browsing inventory jadi sesuatu yang melelahkan. Mengapa? Karena alih-alih mengkategorikan senjata atau equipment yang sama dalam satu baris yang sama dan menambahkan jumlah di ujung, misalnya, setiap objek yang Anda ambil, terlepas sama atau tidak, akan memenuhi satu ekstra ruang baru. Jika Anda mendapatkan Assault Rifle 12 buah, maka tiap kali Anda hendak mencari item yang lain, Anda harus melewati 12 buah Assault Rifle yang sama tersebut di 12 baris yang berbeda. Melelahkan untuk membuang apa yang Anda tidak butuhkan, hingga kami tak lagi peduli di akhir dengan kelemahan ini. Namun ada harapan besar bahwa sistem seperti ini bisa dibenahi untuk kemudahan dan kenyamanan bermain.



Salah satu keluhan yang juga mungkin mengakar dari hal yang berhasil dilakukan RPG Barat atau tidak adalah desain misi sampingan yang menurut kami, sama sekali tak menarik. Sebagian besar misi ini bisa dibagi menjadi tiga bagian: membunuh musuh kuat bernama Tyrant, membunuh varian musuh dalam jumlah tertentu, dan berakhir mencari sebuah material yang selalu membuat frustrasi, apalagi ketika peta tak banyak memberikan informasi dimana Anda bisa mencari setiap dari mereka. Kami sendiri memberikan ekspektasi tinggi bahwa Affinity Mission – misi khusus antara satu karakter pendukung dan karakter utama untuk membangun kedekatan yang lebih baik – bisa berakhir berbeda. Namun terlepas dari jalinan cerita yang dibangun di atasnya, ia juga seringkali berakhir klise dengan akhir yang bisa ditebak. Ada gaya penceritaan khas produk media Jepang seperti anime, misalnya, yang kentara di sana. Dimana ia selalu berakhir dengan akhir bahagia dengan konflik di awal, dimana karakter selalu berakhir tumbuh lebih dewasa, matang, dengan konflik yang selesai di saat itu juga. Bukan sesuatu yang baru.
Keluhan utama juga mengalir dari desain misi utama yang memang berbeda dengan pendekatan game-game JRPG yang lain. Alih-alih menjadikan dua entitas – misi sampingan dan misi utama ini berbeda, Monolith menjadikannya sebagai sesuatu yang berhubungan satu sama lain. Berita buruknya? Bukan sekedar membangun benang merah solid, mereka menjadikannya sebagai “syarat utama” yang harus ditempuh sebelum Anda bisa mengambil misi utama tertentu, khususnya Affinity Mission. Sebagai contoh? Ketika Anda tertarik mengambil misi A, misalnya, ia akan memuat beberapa syarat yang harus dipenuhi di bagian kanan sebelum Anda bisa mencapainya. Anda harus memuat anggota tertentu, tidak membawa party lebih dari jumlah yang ditentukan, sudah memiliki perlengkapan tertentu, dan terkadang – menyelesaikan Affinity Mission yang spesifik. Urusan terakhir inilah yang jadi sumber keluhan kami.

Mengapa? Karena sebelum bisa mengambil Affinity Mission tertentu, Anda harus sudah punya hubungan dalam tingkat khusus dengan karakter yang diminta. Jadi, siklusnya akan berakhir seperti ini. Misi utama A meminta Anda untuk menyelesaikan Affinity Mission B sebelum Anda bisa mengambilnya. Masalahnya, Affinity Mission B ternyata menuntut Anda punya hubungan level setidaknya 1 hati dengan karakter C. Berita yang lebih buruk? Karakter C adalah karakter pendukung paling Anda hindari sejak awal permainan, bahkan Anda tidak pernah sekalipun membawanya ikut dalam pertempuran atau menyelesaikan misi sama sekali – 2 cara tercepat untuk membangun level affinity. Hasilnya? Secara tiba-tiba, tanpa Anda prediksi sama sekali, Anda kini disibukkan dengan kegiatan “grinding” level Affinity hanya untuk menyelesaikan cerita yang ada. Anda membawa sebuah karakter under-leveled, berusaha menyelesaikan misi apapun bersamanya, dan akhirnya berakhir jadi beban. Mengapa tidak langsung memberikan 1 hati langsung kepada karakter spesifik tersebut mengingat ia jadi “syarat utama” untuk melanjutkan cerita? Ini jadi catatan paling menjengkelkan yang kami temui dari Xenoblade Chronicles X.
Salah satu kelemahan lain juga mengakar di sistem pertarungan yang ada. Ada dua hal yang pantas disorot – yakni sistem targeting dan kabur dari pertarungan. Ketika Anda tengah berhadapan dengan sebuah monster raksasa dan hendak menundukkannya secepat mungkin, Anda tentu ingin memastikan fokus Anda tidak dikesampingkan dan terus melihat apa yang tengah monster ini lakukan. Namun ketika melakukan targeting, terlepas dari fakta bahwa Anda sudah mengarahkan posisi karakter Anda tepat menghadapi monster ini, ia justru lebih sering mengunci monster yang berada di posisi terdekat yang mungkin tak tengah Anda perhatikan. Rasa frustrasi yang sama juga terjadi ketika Anda berusaha kabur dari kejaran monster raksasa yang tak sengaja Anda picu ketika berusaha mengeksplorasi luasnya Mira. Tidak pernah ada indikator pasti soal seberapa jauh Anda harus berlari untuk melepas agro yang ada. Karena di beberapa titik kami sempat lari begitu jauh dengan monster yang sama tetap berlari mengikuti dari belakang.


Kami juga punya keluhan dari soal ilusi Mira itu sendiri sebuah sebuah dunia yang begitu luas dengan eksosistem yang hidup di dalamnya. Bahwa terlepas dari begitu banyak monster raksasa yang hidup di dalamnya, tak terlihat ada “nuansa” yang dinamis di sana. Bahwa adalah sesuatu yang rasional untuk berharap akan sebuah rantai makanan atau sifat binatang yang muncul secara acak di sana. Kita membicarakan sebuah padang rumput dengan karnivora dan herbivora yang berada di jarak yang begitu dekat, namun memutuskan untuk saling “mendiamkan” satu sama lain, dan beraktivitas sendiri-sendiri. Mira akan jauh lebih menarik jika monster-monster raksasa ini saling berusaha bertarung untuk merebut teritori atau sekedar memangsa binatang lebih kecil di sekitarnya. Ini akan membuat Mira jauh lebih menarik dari apa yang kita dapatkan saat ini.