Review Splatoon 2: Adiksi Tanpa Kekerasan!

Reading time:
August 8, 2017
Splatoon 2 jagatplay part 1 (3)

Nintendo adalah tulang punggung industri game selama puluhan tahun. Berawal dari perusahaan mainan yang beranjak masuk ke dalam permainan digital di era NES, ia tumbuh menjadi nama yang sudah pasti pernah didengar oleh siapapun, terlepas apakah mereka gamer atau tidak. Dari tangan dingin mereka, tidak hanya konsol lintas generasi yang lahir, tetapi juga franchise ikonik yang mendefinisikan industri game itu sendiri. Nama-nama game yang menolak untuk mati, terus bertahan hingga saat ini, dan menemukan begitu banyak iterasi yang berasosiasi kuat dengan kata inovasi. Satu hal yang menarik dari Nintendo? Di balik usianya yang sudah begitu “tua” sebagai sebuah perusahaan, tidak ada kata berhenti untuk menjajal sesuatu yang baru. Splatoon adalah hasil dari komitmen tersebut.

Anda yang sudah membaca artikel preview kami sepertinya sudah mendapatkan sedikit gambaran soal apa yang ditawarkan oleh seri terbaru – Splatoon 2 yang saat ini tersedia untuk Nintendo Switch. Sebagai gamer yang melewatkan seri pertamanya atas nama skeptis, seri kedua ini berhasil mencuri hati kami sejak pandangan pertama. Konsep multiplayer tanpa kekerasan yang ia usung memang membuatnya bisa dinikmati segala umur. Namun Nintendo tetap memastikan bahwa ia mengusung aura kompetitif dan lapisan konten yang cukup untuk membuat gamer yang mencintai genre action dengan darah, potongan tubuh, dan kematian sekalipun akan jatuh hati pada pertempuran antara cumi-cumi dengan tinta beragam warna yang satu ini.

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Splatoon 2? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menawarkan adiksi tanpa kekerasan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda!

Plot

Mengusung mode single-player, cerita Splatoon 2 diposisikan sebagai sekuel dari seri pertamanya.
Mengusung mode single-player, cerita Splatoon 2 diposisikan sebagai sekuel dari seri pertamanya.

Seperti halnya sang seri pertama, Splatoon 2  juga diposisikan sebagai game yang menjadikan multiplayer sebagai fokus. Walaupun demikian, ia tetap menyertakan porsi mode campaign yang menawarkan mekanik gameplay serupa dengan mode multiplayer-nya, namun kini dengan lapisan cerita di atasnya. Dan percaya atau tidak, mengikuti angka “2” yang ia usung, Splatoon 2 memang diposisikan sebagai seri sekuel langsung dari Splatoon tpertama.

Sembilan bulan setelah event Splatfest di seri Splatoon pertama, dua karakter utama di kala itu – Marie dan Callie harus berhadapan dengan konsekuensi hasil akhir yang mungkin mencederai hubungan persaudaraan mereka. Marie yang berhasil menang terus khawatir bahwa Callie sulit untuk menerima hasil akhir yang ditawarkan oleh event tersebut. Dengan kesibukan keduanya yang terus berjuang di panggung hiburan, kekhawatiran tersebut kian menjadi mengingat komunikasi yang kian jarang. Marie pun memutuskan untuk melihat seperti apa kondisi Callie.

Anda kini diminta untuk mencari dimana Callie dan Zapfish.
Anda kini diminta untuk mencari dimana Callie dan Zapfish.
Perjalanan yang tentu saja, tidak akan mudah.
Perjalanan yang tentu saja, tidak akan mudah.

Namun yang ia temukan cukup mengejutkan. Callie ternyata menghilang bersama dengan Great Zapfish. Tidak ingin diam begitu saja, Marie langsung meminta bantuan  para Inkling yang tengah bersantai di Inkpolis Square untuk membantunya menjadi Callie. Pertempuran berbasis tinta pun dimulai, dan Anda akan berperan sebagai Agent 4 yang akan mengusung peran penting tersebut. Tentu saja, perjalanan Anda tak akan mudah.

Lantas, apa yang terjadi dengan Callie?
Lantas, apa yang terjadi dengan Callie?

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan Callie? Siapa yang bertanggung jawab atas semua hal ini? Mampukah Anda sebagai Agent 4 menyelamatkannya? Semua pertanyaan tersebut tentu bisa Anda jawab, dengan memainkan Splatoon 2 ini.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…
July 3, 2024 - 0

Review Wuthering Waves: Penuh Pasang dan Surut!

Apa yang ditawarkan oleh Wuthering Waves? Mengapa kami menyebutnya sebagai…
June 28, 2024 - 0

Impresi Zenless Zone Zero (Build Terbaru): Lebih Cepat, Lebih Ketat!

Kami berkesempatan menjajal build terbaru Zenless Zone Zero. Apakah kami…

PlayStation

December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…
November 13, 2024 - 0

Review Dragon Age – The Veilguard: Seru Tanggung karena Canggung!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon Age: The Veilguard ini?…
November 1, 2024 - 0

Preview Dragon Quest III HD-2D Remake: Sebuah Mesin Waktu!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon Quest III HD-2D Remake?…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…