Review Wolfenstein II – The New Colossus: Nazi Sudah Menjadi Bubur!

Jujur saja, sebagian besar gamer sepertinya berakhir tidak tertarik mencicipi usaha Bethesda dan Machine Games untuk melahirkan ulang franchise lawas – Wolfenstein lewat seri terbaru – The New Order beberapa tahun yang lalu. Ada rasa ketidakpercayaan bahwa selain sekedar sebuah game yang meminta Anda untuk membasmi Nazi dalam skenario timeline alternatif dari perang dunia kedua, tidak banyak yang bisa diantisipasi darinya. Namun ketika mencicipinya, hasil berkata lain. The New Order yang kemudian diikuti oleh standalone – The Old Blood, adalah salah satu game FPS modern terbaik yang pernah kami cicipi, yang sepertinya juga dirasakan oleh banyak gamer dan media di luar sana lewat review super positif yang meluncur. Bukan hanya karena mekanik dan sensasi memegang senjata yang ia tawarkan, tetapi lewat kemampuannya menawarkan cerita lewat serangkaian cut-scene yang ada. Kini, BJ Blazkowicz akhirnya kembali!
Sempat digoda lewat sedikit teaser dan kemudian dikonfirmasikan di E3 2017 kemarin, Wolfenstein II: The New Colosssus sepertinya menawarkan dua hal yang menjadi daya tarik seri pertamanya – cerita dan kekuatan gameplay. Bahwa sama seri perdananya, ia adalah sebuah game FPS lugas yang punya satu misi utama untuk Anda – membunuh para Nazi yang ada dengan cara terbrutal yang bisa Anda pikirkan. Bersamanya pula, Anda juga bisa menyelami sebuah dunia penuh mimpi buruk yang menggambarkan apa yang terjadi jika Nazi menguasai dunia lewat teknologi militer termutakhir, dengan cita rasa sci-fi yang kuat di atasnya. Namun apa yang ditawarkan oleh Wolfenstein II: The New Colossus ternyata lebih dari itu.
Lantas, apa yang sebenarnya ia tawarkan? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menjadikan nazi sebagai bubur di luar usaha untuk melemparkan joke receh yang mungkin membuat sebagian dari Anda menggerutu? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Seperti nama yang ia usung – Wolfenstein II: The New Colossus adalah sekuel langsung dari Wolfenstein: The New Order yang dilepas beberapa tahun silam. Setelah mengalami cedera super parah dari pertempurannya melawan Deathshead, Blazkowicz yang sedang bertatap muka dengan kematian berhasil diselematkann oleh teman-temannya dari Kreisau Circle. Namun pertempuran terakhirnya tersebut memang membuatnya tak lagi punya fungsi tubuh yang normal.
Dalam proses menunggu Blazkowicz pulih, yang bahkan sudah berjalan lebih dari 5 bulan tanpa kemajuan. Eva’s Hammer – markas untuk Kreisau Circle tiba-tiba diserang oleh pasukan Nazi. Untung tiba, Blazkowicz pun bangun dari koma dengan kaki yang tak lagi bisa digerakkan. Walaupun fungsi tubuhnya sendiri masih belum optimal, ia berhasil menggagalkan serangan yang dilancarkan oleh Jenderal Frau Engel – seorang sadist yang memang sempat ia cederai di masa lalu. Namun di tengah proses itu, Blazkowicz harus kehilangan sosok yang begitu ia kagumi dan hormati – Caroline. Nyawa yang harus dikorbankan untuk membuat perjuangan melawan Nazi ini bisa terus berlanjut.


Di tengah kondisi tubuh yang tidak lagi kooperatif, Blazkowicz kembali melanjutkan aksi pahlawannya dengan menggunakan teknologi armor milik Caroline yang kini memungkinkannya berdiri dan berlari seperti di masa lalu. Namun di tengah fakta bahwa kekasihnya – Anya tengah mengandung anak kembar yang begitu ia cintai dan perjuangan yang sepertinya tak kunjung mendapatkan titik terang, Blazkowicz yang tak lagi didukung kondisi fisik prima berhadapan dengan satu musuh yang lebih berat daripada Nazi – krisis eksistensi diri. Sesuatu yang membuatnya lebih kompleks dibandingkan seri sebelumnya.

Apakah Blazkowicz akan mampu mematahkan dominasi para Nazi yang kini bahkan sudah menguasai Amerika Serikat? Ataukah ia harus tunduk di bawah dominasi pemerintah fasis yang satu ini? Tantangan dan konflik seperti apa saja yang harus ia hadapi? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja bisa Anda dapatkan dengan memainkan Wolfenstein II: The New Colossus ini.












